BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pemenuhan Gizi Pada Balita
1.Mengenal.Balita
Secara harfiah, balita atau anak bawah lima tahun adalah anak usia kurang dari lima tahun sehingga bayi usia dibawah satu tahun juga termasuk dalam golongan ini. Namun, karena faal (kerja alat tubuh semestinya) bayi usia di bawah satu tahun berbeda dengan anak usia diatas satu tahun, banyak ilmuwan yang membedakannya.
Utamanya, makanan
bayi berbentuk cair, yaitu air susu ibu (ASI), sedangkan umumnya anak usia
lebih dari satu tahun mulai menerima makanan padat seperti orang dewasa. Anak
usia 1-5 tahun dapat pula dikatakan mulai disapih atau selepas menyusu sampai
dengan prasekolah. Sesuai dengan pertumbuhan badan dan perkembangan
kecerdasannya, faal tubuhnya juga mengalami perkembangan sehingga jenis makanan
dan cara pemberiannya pun harus disesuaikan dengan keadaannya. Menurut Persagi
(1992), berdasarkan karakteristiknya, balita usia 1-5 tahun dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu anak usia lebih dari satu tahun sampai tiga tahun yang
dikenal dengan “ batita “ dan anak usia lebih dari tiga tahun sampai lima tahun
yang dikenal dengan usia “ prasekolah”. Batita sering disebut konsumen pasif,
sedangkan usia prasekolah lebih dikenal sebagai konsumen aktif.Secara harfiah, balita atau anak bawah lima tahun adalah anak usia kurang dari lima tahun sehingga bayi usia dibawah satu tahun juga termasuk dalam golongan ini. Namun, karena faal (kerja alat tubuh semestinya) bayi usia di bawah satu tahun berbeda dengan anak usia diatas satu tahun, banyak ilmuwan yang membedakannya.
2. Karakteristik.Balita
Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima makanan dari apa yang disediakan ibunya. Dengan kondisi demikian, sebaiknya anak balita diperkenalkan dengan berbagai bahan makanan. Laju pertumbuhan masa batita lebih besar dari masa usia prasekolah sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif lebih besar. Namun, perut yang masih lebih kecil menyebabkan jumlah makanan yang mampu diterimanya dalam sekali makan lebih kecil daripada anak yang usianya lebih besar. Oleh karena itu, pola makan yang diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi sering.
Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima makanan dari apa yang disediakan ibunya. Dengan kondisi demikian, sebaiknya anak balita diperkenalkan dengan berbagai bahan makanan. Laju pertumbuhan masa batita lebih besar dari masa usia prasekolah sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif lebih besar. Namun, perut yang masih lebih kecil menyebabkan jumlah makanan yang mampu diterimanya dalam sekali makan lebih kecil daripada anak yang usianya lebih besar. Oleh karena itu, pola makan yang diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi sering.
3. Karakteristik Usia Prasekolah
Pada usia prasekolah, anak menjadi konsumen aktif,
yaitu mereka sudah dapat memilih makanan yang disukainya. Masa ini juga sering
dikenal sebagai “ masa keras kepala “. Akibat pergaulan dengan lingkungannya
terutama dengan anak-anak yang lebih besar, anak mulai senang jajan. Jika hal
ini dibiarkan, jajanan yang dipilih dapat mengurangi asupan zat gizi yang
diperlukan bagi tubuhnya sehingga anak kurang gizi.
Perilaku makan sangat dipengaruhi oleh kedaan psikologis, kesehatan, dan sosial anak. Oleh karena itu, kedaan lingkungan dan sikap keluarga merupakan hal yang sangat penting dalam pemberian makan pada anak agar anak tidak cemas dan khawatir terhadap makanannya. Seperti pada orang dewasa, suasana yang menyenangkan dapat membangkitkan selera makan anak.
Perilaku makan sangat dipengaruhi oleh kedaan psikologis, kesehatan, dan sosial anak. Oleh karena itu, kedaan lingkungan dan sikap keluarga merupakan hal yang sangat penting dalam pemberian makan pada anak agar anak tidak cemas dan khawatir terhadap makanannya. Seperti pada orang dewasa, suasana yang menyenangkan dapat membangkitkan selera makan anak.
4. Peran Makanan Bagi Balita
a. Makanan sebagai sumber zat gizi
a. Makanan sebagai sumber zat gizi
Didalam makanan terdapat enam jenis zat gizi, yaitu
karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air. Zat gizi ini diperlukan
bagi balita sebagai zat tenaga, zat pembangun , dan zat pengatur.
1) Zat tenaga
Zat gizi yang menghasilkan tenaga atau energi adalah karbohidrat , lemak, dan protein. Bagi balita, tenaga diperlukan untuk melakukan aktivitasnya serta pertumbuhan dan perkembangannya. Oleh karena itu, kebutuhan zat gizi sumber tenaga balita relatif lebih besar daripada orang dewasa.
Zat gizi yang menghasilkan tenaga atau energi adalah karbohidrat , lemak, dan protein. Bagi balita, tenaga diperlukan untuk melakukan aktivitasnya serta pertumbuhan dan perkembangannya. Oleh karena itu, kebutuhan zat gizi sumber tenaga balita relatif lebih besar daripada orang dewasa.
2) Zat Pembangun
Protein sebagai zat pembangun bukan hanya untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan organ-organ tubuh balita, tetapi juga menggantikan jaringan yang aus atau rusak.
Protein sebagai zat pembangun bukan hanya untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan organ-organ tubuh balita, tetapi juga menggantikan jaringan yang aus atau rusak.
3) Zat pengatur
Zat pengatur berfungsi agar faal organ-organ dan jaringan tubuh termasuk otak dapat berjalan seperti yang diharapkan.
Zat pengatur berfungsi agar faal organ-organ dan jaringan tubuh termasuk otak dapat berjalan seperti yang diharapkan.
Berikut
ini zat yang berperan sebagai zat pengatur.
a) Vitamin, baik yang larut air ( vitamin B kompleks dan vitamin C ) maupun yang larut dalam lemak ( vitamin A, D, E, dan K ).
b) Berbagai mineral, seperti kalsium, zat besi, iodium, dan flour.
c) Air, sebagai alat pengatur vital kehidupan sel-sel tubuh.
a) Vitamin, baik yang larut air ( vitamin B kompleks dan vitamin C ) maupun yang larut dalam lemak ( vitamin A, D, E, dan K ).
b) Berbagai mineral, seperti kalsium, zat besi, iodium, dan flour.
c) Air, sebagai alat pengatur vital kehidupan sel-sel tubuh.
5. Kebutuhan Gizi Balita
Kebutuhan gizi seseorang adalah jumlah yang diperkirakan cukup untuk memelihara kesehatan pada umumnya. Secara garis besar, kebutuhan gizi ditentukan oleh usia, jenis kelamin, aktivitas, berat badan, dan tinggi badan. Antara asupan zat gizi dan pengeluarannya harus ada keseimbangan sehingga diperoleh status gizi yang baik. Status gizi balita dapat dipantau dengan menimbang anak setiap bulan dan dicocokkan dengan Kartu Menuju Sehat (KMS).
a. Kebutuhan Energi
Kebutuhan gizi seseorang adalah jumlah yang diperkirakan cukup untuk memelihara kesehatan pada umumnya. Secara garis besar, kebutuhan gizi ditentukan oleh usia, jenis kelamin, aktivitas, berat badan, dan tinggi badan. Antara asupan zat gizi dan pengeluarannya harus ada keseimbangan sehingga diperoleh status gizi yang baik. Status gizi balita dapat dipantau dengan menimbang anak setiap bulan dan dicocokkan dengan Kartu Menuju Sehat (KMS).
a. Kebutuhan Energi
Kebutuhan
energi bayi dan balita relatif besar dibandingkan dengan orang dewasa, sebab
pada usia tersebut pertumbuhannya masih sangat pesat. Kecukupannya akan semakin
menurun seiring dengan bertambahnya usia.
b. Kebutuhan zat pembangun
Secara fisiologis, balita sedang dalam masa pertumbuhan sehingga kebutuhannya relatif lebih besar daripada orang dewasa. Namun, jika dibandingkan dengan bayi yang usianya kurang dari satu tahun, kebutuhannya relatif lebih kecil.
Secara fisiologis, balita sedang dalam masa pertumbuhan sehingga kebutuhannya relatif lebih besar daripada orang dewasa. Namun, jika dibandingkan dengan bayi yang usianya kurang dari satu tahun, kebutuhannya relatif lebih kecil.
c. Kebutuhan zat pengatur
Kebutuhan air bayi dan balita dalam sehari berfluktuasi seiring dengan bertambahnya usia.
Kebutuhan air bayi dan balita dalam sehari berfluktuasi seiring dengan bertambahnya usia.
2.2 Faktor Yang Mendorong Terjadinya Gangguan Gizi
Ada
beberapa hal yang sering merupakan penyebab terjadinya gangguan gizi, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Sebagai penyebab langsung gangguan gizi,
khususnya gangguan gizi pada bayi dan anak usia dibawah lima tahun (balita)
adalah
tidak sesuainya jumlah gizi yang mereka peroleh dari makanan dengan kebutuhan
tubuh mereka.
Berbagai
faktor yang secara tidak langsung mendorong terjadinya gangguan gizi terutama
pada anak Balita antara lain sebagai berikut:
a.
Ketidaktahuan akan hubungan makanan
dan kesehatan
Dalam kehidupan masyarakat
sehari-hari sering terlihat keluarga yang sungguh berpenghasilan cukup akan tetapi makanan yang
dihidangkan seadanya saja. Dengan demikian, kejadian gangguan gizi tidak hanya
ditemukan pada keluarga yang berpenghasilan kurang akan tetapi juga pada
keluarga yang berpenghasilan relatif baik (cukup). Keadaan ini menunjukkan
bahwa ketidaktahuan akan faedah makanan bagi kesehatan tubuh mempunyai sebab
buruknya mutu gizi makanan keluarga, khususnya makanan anak balita.
Menurut Dr. Soegeng Santoso, M.pd, 1999, masalah gizi Karena kurang pengetahuan dan keterampilan dibidang memasak menurunkan komsumsi anak, keragaman bahan dan keragaman jenis masakan yang mempengaruhi kejiwaan misalnya kebosanan
Menurut Dr. Soegeng Santoso, M.pd, 1999, masalah gizi Karena kurang pengetahuan dan keterampilan dibidang memasak menurunkan komsumsi anak, keragaman bahan dan keragaman jenis masakan yang mempengaruhi kejiwaan misalnya kebosanan
b.
Prasangka buruk terhadap bahan
makanan tertentu
Banyak bahan makanan yang
sesungguhnya bernilai gizi tinggi tetapi tidak digunakan atau hanya digunakan
secara terbatas akibat adanya prasangka yang tidak baik terhadap bahan makanan
itu. Penggunaan bahan makanan itu dianggap dapae menurunkan harkat keluarga.
Jenis sayuran seperti genjer, daun turi, bahkan daun ubi kayu yang kaya akan
zat besi, vitamin A dan protein dibeberapa daerah masih dianggap sebagai
makanan yang dapat menurunkan harkat keluarga.
c.
Adanya kebiasaan atau pantangan yang
merugikan
Berbagai kebiasaan yang
bertalian dengan pantang makan makanan tertentu masih sering kita jumpai
terutama di daerah pedesaan. Larangan terhadap anak untuk makan telur, ikan,
ataupun daging hanya berdasarkan kebiasaan yang tidak ada datanya dan hanya
diwarisi secara dogmatis turun temurun, padahal anak itu sendiri sangat
memerlukan bahan makanan seperti itu guna keperluan pertumbuhan tubuhnya. Kadang-kadang
kepercayaan orang akan sesuatu makanan
anak kecil membuat anak sulit mendapat cukup protein. Beberapa orang tua
beranggap ikan, telur, ayam, dan jenis makanan protein lainnya memberi pengaruh
buruk untuk anak kecil.
Anak yang terkena diare malah dipuasakan (tidak diberi makanan). Cara
pengobatan seperti ini akan memperburuk gizi anak. ( Dr. Harsono, 1999).
d.
Kesukaan yang berlebihan terhadap
jenis makanan tertentu
Kesukaan yang berlebihan
terhadap suatu jenis makanan tertentu atau disebut sebagai faddisme makanan
akan mengakibatkan tubuh tidak memperoleh semua zat gizi yang diperlukan.
e.
Jarak kelahiran yang terlalu rapat
Banyak hasil penelitian
yang membuktikan bahwa banyak anak yang menderita gangguan gizi oleh karena
ibunya sedang hamil lagi atau adiknya yang baru telah lahir, sehingga ibunya
tidak dapat merawatnya secara baik.
Anak yang dibawah usia 2 tahun masih sangat memerlukan perawatan ibunya, baik perawatan makanan maupun perawatan kesehatan dan kasih sayang, jika dalam masa 2 tahun itu ibu sudah hamil lagi, maka bukan saja perhatian ibu terhadap anak akan menjadi berkurang.akan tetapi air susu ibu ( ASI ) yang masih sangat dibutuhkan anak akan berhenti keluar. Anak yang belum dipersiapkan secara baik untuk menerima makanan pengganti ASI, yang kadang-kadang mutu gizi makanan tersebut juga sangat rendah, dengan penghentian pemberian ASI karena produksi ASI berhenti, akan lebih cepat mendorong anak ke jurang malapetaka yang menderita gizi buruk, yang apabila tidak segera diperbaiki maka akan menyebabkan kematian. Karena alasan inilah dalam usaha meningkatkan kesejahteraan keluarga, disamping memperbaiki gizi juga perlu dilakukan usaha untuk mengatur jarak kelahiran dan kehamilan.
Anak yang dibawah usia 2 tahun masih sangat memerlukan perawatan ibunya, baik perawatan makanan maupun perawatan kesehatan dan kasih sayang, jika dalam masa 2 tahun itu ibu sudah hamil lagi, maka bukan saja perhatian ibu terhadap anak akan menjadi berkurang.akan tetapi air susu ibu ( ASI ) yang masih sangat dibutuhkan anak akan berhenti keluar. Anak yang belum dipersiapkan secara baik untuk menerima makanan pengganti ASI, yang kadang-kadang mutu gizi makanan tersebut juga sangat rendah, dengan penghentian pemberian ASI karena produksi ASI berhenti, akan lebih cepat mendorong anak ke jurang malapetaka yang menderita gizi buruk, yang apabila tidak segera diperbaiki maka akan menyebabkan kematian. Karena alasan inilah dalam usaha meningkatkan kesejahteraan keluarga, disamping memperbaiki gizi juga perlu dilakukan usaha untuk mengatur jarak kelahiran dan kehamilan.
f.
Sosial Ekonomi
Keterbatasan penghasilan
keluarga turut menentukan mutu makanan yang disajikan. Tidak dapat disangkal
bahwa penghasilan keluarga akan turut menentukan hidangan yang disajikan untuk
keluarga sehari-hari, baik kualitas maupun jumlah makanan.
g.
Penyakit infeksi
Infeksi dapat menyebabkan
anak tidak merasa lapar dan tidak mau makan. Penyakit ini juga menghabiskan
sejumlah protein dan kalori yang seharusnya dipakai untuk pertumbuhan. Diare
dan muntah dapat menghalangi penyerapan makanan. Penyakit-penyakit umum yang
memperburuk keadaan gizi adalah: diare, infeksi saluran pernapasan atas,
tuberculosis, campak, batuk rejan, malaria kronis, cacingan. ( Dr. Harsono,
1999).
2.2.1 Akibat Gizi yang Tidak
Seimbang
a. Kekurangan Energi dan Protein
(KEP)
Berikut ini sebab-sebab kurangnya asupan energi dan protein :
1) Makanan yang tersedia kurang mengandung energi
2) Nafsu makan anak terganggu sehingga tidak mau makan
3) Gangguan dalam saluran pencernaan sehingga penyerapan sari makanan dalam usus terganggu
4) Kebutuhan yang meningkat, misalnya karena penyakit infeksi yang tidak diimbangi dengan asupan yang memadai.
Berikut ini sebab-sebab kurangnya asupan energi dan protein :
1) Makanan yang tersedia kurang mengandung energi
2) Nafsu makan anak terganggu sehingga tidak mau makan
3) Gangguan dalam saluran pencernaan sehingga penyerapan sari makanan dalam usus terganggu
4) Kebutuhan yang meningkat, misalnya karena penyakit infeksi yang tidak diimbangi dengan asupan yang memadai.
Kekurangan energi dan protein
mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan balita terganggu.Gangguan asupan
gizi yang bersifat akut menyebabkan anak kurus kering yang disebut dengan
wasting. Wasting, yaitu berat badan anak tidak sebanding dengan tinggi
badannya. Jika kekurangna ini bersifat menahun ( kronik), artinya sedikit demi
sedikit, tetapi dalam jangka waktu yang lama maka akan terjadi kedaan stunting.
Stunting , yaitu anak menjadi pendek dan tinggi badan tidak sesuai dengan
usianya walaupun secara sekilas anak tidak kurus.
Berdasarkan penampilan yang ditunjukkan, KEP akut derajat berat dapat dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu :
1) Marasmus
Berdasarkan penampilan yang ditunjukkan, KEP akut derajat berat dapat dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu :
1) Marasmus
Pada
kasus marasmus, anak terlihat kurus kering sehingga wajahnya seperti orang
tua.Bentuk ini dikarenakan kekurangan energi yang dominan.
2) Kwashiorkor
Anak terlihat gemuk semu
akibat edema, yaitu penumpukan cairan di sela- sela sel dalam jaringan.
Walaupun terlihat gemuk, tetapi otot-otot tubuhnya mengalami pengurusan (
wasting ). Edema dikarenakan kekurangan asupan protein secara akut ( mendadak
), misalnya karena penyakit infeksi padahal cadangan protein dalam tubuh sudah
habis.
3) Marasmus-kwashiorkor
Bentuk ini merupakan kombinasi
antara marasmus dan kwashiorkor. Kejadian ini dikarenakan kebutuhan energi dan
protein yang meningkat tidak dapat terpenuhi dari asupannya.
b. Obesitas
Timbulnya Obesitas dipengaruhi
berbagai faktor, diantaranya faktor keturunan dan lingkungan. Tentu saja,
faktor utama adalah asupan energi yang tidak sesuai dengan penggunaan. Menurut
Aven-Hen (1992), obesitas sering ditemui pada anak-anak sebagai berikut:
1) Anak yang setiap menangis sejak bayi diberi susu botol.
2) Bayi yang terlalu dini diperkenalkan dengan makanan padat.
3) Anak dari ibu yang terlalu takut anaknya kekurangan gizi.
4) Anak yang selalu mendapat hadiah cookie atau gula-gula jika ia berbuat sesuai keinginan orangtua.
5) Anak yang malas untuk beraktivitas fisik.
1) Anak yang setiap menangis sejak bayi diberi susu botol.
2) Bayi yang terlalu dini diperkenalkan dengan makanan padat.
3) Anak dari ibu yang terlalu takut anaknya kekurangan gizi.
4) Anak yang selalu mendapat hadiah cookie atau gula-gula jika ia berbuat sesuai keinginan orangtua.
5) Anak yang malas untuk beraktivitas fisik.
2.2.2 Penyebab
Balita Kurang Nafsu makan
Penyebab Balita kurang nafsu makan
adalah sebagai berikut :
a. Faktor penyakit organis
b. Faktor gangguan psikologi
a. Faktor penyakit organis
b. Faktor gangguan psikologi
Anak akan kehilangan nafsu makan
karena hal-hal sebagai berikut:
1) Air Susu Ibu yang diberikan terlalu sedikit sehingga bayi menjadi frustasi dan menangis
1) Air Susu Ibu yang diberikan terlalu sedikit sehingga bayi menjadi frustasi dan menangis
2) Anak terlalu dipaksa untuk menghabiskan makanan dalam jumlah/ takaran tertentu sehingga anak menjadi tertekan
3) Makanan yang disajikan tidak sesuai dengan yang diinginkan / membosankan
4) Susu formula yang diberikan tidak disukai anak atau ukuran / dosis yang diberikan tidak sesuai dengan sehingga susu yang diberikan tidak dihabiskan
5) Suasana makan tidak menyenangkan/ anak
tidak pernah makan bersama kedua orang tuanya.
c. Faktor pengaturan makanan yang kurang
baik
Berikut ini beberapa
upaya untuk mengatasi anak sulit makan ( faktor organis, faktor psikologis,
atau faktor pengaturan makanan ).
1) Jika penyebabnya faktor organis, yang harus dilakukan adalah dengan menyembuhka penyakitnya melalui dokter.
2) Jika penyebabnya faktor psikologis, berikut beberapa hal yang dapat dilakukan.
1) Jika penyebabnya faktor organis, yang harus dilakukan adalah dengan menyembuhka penyakitnya melalui dokter.
2) Jika penyebabnya faktor psikologis, berikut beberapa hal yang dapat dilakukan.
(a) Makanan dibuat dengan resep
masakan yang mudah dan praktis sehingga dapat menggugah selera makan anak dan
disajikan semenarik mungkin.
(b) Jangan memaksa anak untuk menghabiskan makanan, orangtua harus sabar saat memberi makan anak.
(c) Upayakan suasana makan menyenangkan , sebaiknya waktu makan disesuaikan denga waktu makan keluarga karena anak punya semangat untuk menghabiskan makanannya dengan makan bersama keluarga (orangtua)
(d) Pembicaraan yang kurang menyenangkan terhadap suatu jenis makanan sebaiknya dihindari dan ditanamkan pada anak memilih bahan /jenis makanan yang baik.
Jika penyebabnya adalah faktor pengaturan makanan maka dapat dilakukan
(b) Jangan memaksa anak untuk menghabiskan makanan, orangtua harus sabar saat memberi makan anak.
(c) Upayakan suasana makan menyenangkan , sebaiknya waktu makan disesuaikan denga waktu makan keluarga karena anak punya semangat untuk menghabiskan makanannya dengan makan bersama keluarga (orangtua)
(d) Pembicaraan yang kurang menyenangkan terhadap suatu jenis makanan sebaiknya dihindari dan ditanamkan pada anak memilih bahan /jenis makanan yang baik.
Jika penyebabnya adalah faktor pengaturan makanan maka dapat dilakukan
beberapa hal berikut ini.
(a) Diusahakan waktu makan teratur dan makanan diberikan pada saat anak benar-benar lapar dan haus
(b) Makanan selingan dapat diberikan asalkan makanan tersebut tidak membuat anak menjadi kenyang agar anak tetap mau makan nasi.
(a) Diusahakan waktu makan teratur dan makanan diberikan pada saat anak benar-benar lapar dan haus
(b) Makanan selingan dapat diberikan asalkan makanan tersebut tidak membuat anak menjadi kenyang agar anak tetap mau makan nasi.
(c) Untuk membeli makanan jajanan sebagai makanan selingan, sebaiknya didampingi oleh orang tuanya sehingga anak dapat memilih makanan jajanan yang baik dari segi kandungan gizi maupun kebersihannya
(d) Kuantitas dan kualitas makanan
yang diberikan harus diatur disesuaikan dengan kebutuhan/kecukupan gizinya
sehingga anak tidak menderita gizi kurang atau gizi lebih.
(e) Bentuk dan jenis makanan yang
diberikan harus disesuaikan dengan tahap pertumbuhan dan perkembangan anak.
2.2.3 Menu
Makanan Balita
Makanan memegang peranan penting dalam pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak. Oleh karenanya, pola makan yang baik dan teratur perlu diperkenalkan sejak dini, antara lain dengan pengenalan jam-jam makan dan variasi makanan.
Gizi seimbang dapat dapat dipenuhi dengan pemberian makanan sebagai berikut :
• Agar kebutuhan gizi seimbang anak terpenuhi, makanan sehari-hari sebaiknya terdiri atas ketiga golongan bahan makanan tersebut.
• Kebutuhan bahan makanan itu perlu diatur, sehingga anak mendapatkan asupan gizi yang diperlukannya secara utuh dalam satu hari. Waktu-waktu yang disarankan adalah:
o Pagi hari waktu sarapan.
o Pukul 10.00 sebagai selingan. Tambahkan susu.
o Pukul 12.00 pada waktu makan siang.
o Pukul 16.00 sebagai selingan
o Pukul 18.00 pada waktu makan malam.
o Sebelum tidur malam, tambahkan susu.
o Jangan lupa kumur-kumur dengan air putih atau gosok gigi.
Makanan memegang peranan penting dalam pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak. Oleh karenanya, pola makan yang baik dan teratur perlu diperkenalkan sejak dini, antara lain dengan pengenalan jam-jam makan dan variasi makanan.
Gizi seimbang dapat dapat dipenuhi dengan pemberian makanan sebagai berikut :
• Agar kebutuhan gizi seimbang anak terpenuhi, makanan sehari-hari sebaiknya terdiri atas ketiga golongan bahan makanan tersebut.
• Kebutuhan bahan makanan itu perlu diatur, sehingga anak mendapatkan asupan gizi yang diperlukannya secara utuh dalam satu hari. Waktu-waktu yang disarankan adalah:
o Pagi hari waktu sarapan.
o Pukul 10.00 sebagai selingan. Tambahkan susu.
o Pukul 12.00 pada waktu makan siang.
o Pukul 16.00 sebagai selingan
o Pukul 18.00 pada waktu makan malam.
o Sebelum tidur malam, tambahkan susu.
o Jangan lupa kumur-kumur dengan air putih atau gosok gigi.
Contoh Pola Jadwal Pemberian Makanan
Menjelang Anak Usia 1 Tahun
Perlu diketahui, jadwal pemberian makanan ini fleksibel (dapat bergeser, tapi jangan terlalu jauh)
• Pukul 06.00 : Susu
• Pukul 08.00 : Bubur saring/Nasi tim
• Pukul 10.00 : Susu/Makanan selingan
Perlu diketahui, jadwal pemberian makanan ini fleksibel (dapat bergeser, tapi jangan terlalu jauh)
• Pukul 06.00 : Susu
• Pukul 08.00 : Bubur saring/Nasi tim
• Pukul 10.00 : Susu/Makanan selingan
• Pukul 12.00 : Bubur saring/Nasi tim
• Pukul 14.00 : Susu
• Pukul 16.00 : Makanan selingan
• Pukul 18.00 : Bubur saring /nasi tim
• Pukul 20.00 : Susu.
a. Makanan Selingan Balita
Pada usia balita juga
membutuhkan gizi seimbang yaitu makanan yang mengandung zat-zat gizi yang
dibutuhkan oleh tubuh sesuai umur. Makanan seimbang pada usia ini perlu
diterapkan karena akan mempengaruhi kualitas pada usia dewasa sampai lanjut.
Gizi makanan sangat
mempengaruhi pertumbuhan termasuk pertumbuhan sel otak sehingga dapat tumbuh
optimal dan cerdas, untuk ini makanan perlu diperhatikan keseimbangan gizinya
sejak janin melalui makanan ibu hamil. Pertum-buhan sel otak akan berhenti pada
usia 3-4 tahun.
Pemberian makanan balita
sebaiknya beraneka ragam, menggunakan makanan yang telah dikenalkan sejak bayi
usia enam bulan yang telah diterima oleh bayi, dan dikembangkan lagi dengan
bahan makanan sesuai makanan keluarga. Pembentukan pola makan perlu diterapkan
sesuai pola makan keluarga. Peranan orangtua sangat dibutuhkan untuk membentuk
perilaku makan yang sehat. Seorang ibu dalam hal ini harus mengetahui, mau, dan
mampu menerapkan makan yang seimbang atau sehat dalam keluarga karena anak akan
meniru perilaku makan dari orangtua dan orang-orang di sekelilingnya dalam
keluarga.
Makanan selingan tidak kalah
pentingnya yang diberikan pada jam di antara makan pokoknya. Makanan selingan
dapat membantu jika anak tidak cukup menerima porsi makan karena anak susah
makan. Namun, pemberian yang berlebihan pada makanan selingan pun tidak baik
karena akan mengganggu nafsu makannya. Jenis makanan selingan yang baik adalah
yang mengandung zat gizi lengkap yaitu sumber karbohidrat, protein, vitamin dan
mineral, seperti arem-arem nasi isi daging sayuran, tahu isi daging sayuran,
roti isi ragout ayam sayuran, piza, dan lain-lain
Fungsi makanan selingan adalah :
1. Memperkenalkan aneka jenis bahan makanan yang terdapat dalam bahan makanan selingan.
2. Melengkapi zat-zat gizi yang mungkin kurang dalam makanan utamanya (pagi, siang dan malam).
3. Mengisi kekurangan kalori akibat banyaknya aktivitas anak pada usia balita.
Makanan selingan yang baik
dibuat sendiri di rumah sehingga sangat higienis dibandingkan jika dibeli di
luar rumah. Bila terpaksa membeli, sebaiknya dipilih tempat yang bersih dan
dipilih yang lengkap gizi, jangan hanya sumber karbohidrat saja seperti hanya
mengandung gula saja. Makanan ini jika diberikan terus-menerus sangat
berbahaya. Jika sejak kecil hanya senang yang manis-manis saja maka kebiasaan
ini akan dibawa sampai dewasa dan risiko mendapat kegemukan menjadi meningkat.
Kegemukan merupakan faktor risiko pada usia yang relatif muda dapat terserang
penyakit tertentu.
b. Menu untuk Balita yang Sedang Sakit
b. Menu untuk Balita yang Sedang Sakit
Penyakit balita secara umum
biasanya adalah gejala panas, diare, batuk, muntah. Tindakan terbaik adalah
berkonsultasi ke dokter supaya lekas ditangani dengan obat yang tepat, sehingga
cepat sembuh. Untuk mempercepat kesembuhan balita, bisa diimbangi dengan
pengaturan makanannya.
1. Untuk balita dengan panas tinggi
1. Untuk balita dengan panas tinggi
Penderita
penyakit yang disertai panas tinggi kebutuhan gizinya meningkat. Hal ini
disebabkan metabolisme tubuh meningkat, penyerapan zat-zat gizi menurun dan
adanya faktor lain yang berhubungan dengan penyakitnya. Nafsu makan pun
biasanya menurun.
Makanan hendaknya memenuhi syarat-syarat :
a. Konsistensinya lunak. Makanan pokok seperti nasi tim, kentang pure, bubur dan lain-lain.
b. Kebutuhan kalori meningkat, sebaiknya diberikan porsi kecil dan sering.
c. Sumber protein seperti susu, daging, hati, ikan, telur, tahu, tempe, dan kacang-kacangan diberikan lebih dari porsi normalnya.
Makanan hendaknya memenuhi syarat-syarat :
a. Konsistensinya lunak. Makanan pokok seperti nasi tim, kentang pure, bubur dan lain-lain.
b. Kebutuhan kalori meningkat, sebaiknya diberikan porsi kecil dan sering.
c. Sumber protein seperti susu, daging, hati, ikan, telur, tahu, tempe, dan kacang-kacangan diberikan lebih dari porsi normalnya.
d. Kebutuhan air diberikan lebih banyak, karena suhu lebih tinggi dari normal sehingga banyak terjadi penguapan melalui keringat. Sari buah sangat baik karena mengandung air, vitamin dan mineral. Berikan minuman lebih banyak dari biasanya.
e. Makanan minuman tidak boleh diberikan terlalu panas atau terlalu dingin.
2. Untuk balita dengan gejala mencret (diare)
Diare pada bayi dan anak merupakan
penyakit utama di Indonesia. Diare diartikan sebagai buang air besar tidak
normal atau bentuk tinja encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya.
Penyebab diare ada beberapa faktor, yaitu:
a. Infeksi. Infeksi virus atau infeksi bakteri pada saluran pencernaan merupakan penyebab diare pada anak.
b. Malabsorpsi. Gangguan absorpsi biasanya terhadap zat-zat gizi yaitu karbohidrat (umumnya laktosa), lemak dan protein.
c. Makanan. Makanan basi, beracun, atau alergi terhadap makanan tertentu.
d. Faktor psikologis. Rasa takut, cemas (umumnya jarang terjadi pada anak).
Penyebab diare ada beberapa faktor, yaitu:
a. Infeksi. Infeksi virus atau infeksi bakteri pada saluran pencernaan merupakan penyebab diare pada anak.
b. Malabsorpsi. Gangguan absorpsi biasanya terhadap zat-zat gizi yaitu karbohidrat (umumnya laktosa), lemak dan protein.
c. Makanan. Makanan basi, beracun, atau alergi terhadap makanan tertentu.
d. Faktor psikologis. Rasa takut, cemas (umumnya jarang terjadi pada anak).
Akibat diare (mencret), anak akan
kehilangan banyak air dan elektrolit (dehidrasi) yang menyebabkan tubuh
kekurangan cairan, gangguan gizi sebab masukkan makanan kurang sedang
pengeluaran bertambah, dan hipoglikemia yaitu kadar gula darah turun di bawah
normal. Pengaturan makanannya secara umum adalah:
a. Cairan harus cukup untuk mengganti cairan yang hilang, baik melalui muntah maupun diare. Setiap kali buang air besar beri minum satu gelas larutan oralit atau larutan gula garam.
b. Berikan makanan yang rendah serat, cukup energi, protein, vitamin dan mineral.
c. Suhu makanan dan minuman lebih baik dalam keadaan hangat, tidak panas atau terlalu dingin.
d. Bentuk makanan lunak.
a. Cairan harus cukup untuk mengganti cairan yang hilang, baik melalui muntah maupun diare. Setiap kali buang air besar beri minum satu gelas larutan oralit atau larutan gula garam.
b. Berikan makanan yang rendah serat, cukup energi, protein, vitamin dan mineral.
c. Suhu makanan dan minuman lebih baik dalam keadaan hangat, tidak panas atau terlalu dingin.
d. Bentuk makanan lunak.
3. Untuk balita
dengan gejala penyakit saluran pernapasan
Penyakit saluran pernapasan yang
dikenal adalah bronchitis, dan umumnya disebabkan virus, misalnya virus
influenza. Selain juga karena cuaca dan polusi udara. Mengatur makanannya
dengan :
a. Banyak diberi minum, terutama sari buah-buahan, sebaiknya diberikan dalam keadaan hangat.
b. Makanan diberikan dalam keadaan lunak dan tidak merangsang.
c. Susu dapat diberikan dalam bentuk minuman atau campuran seperti sirup dan lain-lain. Bisa juga dibentuk makanan kecil seperti puding.
d. Hindari makanan yang digoreng.
a. Banyak diberi minum, terutama sari buah-buahan, sebaiknya diberikan dalam keadaan hangat.
b. Makanan diberikan dalam keadaan lunak dan tidak merangsang.
c. Susu dapat diberikan dalam bentuk minuman atau campuran seperti sirup dan lain-lain. Bisa juga dibentuk makanan kecil seperti puding.
d. Hindari makanan yang digoreng.
4. Untuk balita
dengan gejala muntah
Muntah adalah gejala dari beberapa penyakit antara lain keracunan makanan, infeksi appendiks, gula darah yang sangat rendah, dan lain-lain.
Syarat makanannya:
a. Berikan makanan lunak yang mudah dicerna, dalam porsi kecil tetapi bertahap dan sering.
b. Banyak cairan untuk mengganti cairan yang keluar, seperti sari buah yang segar dan susu campur buah supaya segar.
c. Cukup protein, mengingat karena penyakitnya ia membutuhkan peningkatan protein dibandingkan dengan kebutuhan biasa. Bisa diperoleh dari telur, susu, daging, ayam dan lain-lain.
d. Lemak perlu diberikan, untuk memberi rasa dan meningkatkan kalori. Tetapi berikan makanan yang mudah dicerna dan secukupnya, karena kelebihan lemak akan membuat mual.
Muntah adalah gejala dari beberapa penyakit antara lain keracunan makanan, infeksi appendiks, gula darah yang sangat rendah, dan lain-lain.
Syarat makanannya:
a. Berikan makanan lunak yang mudah dicerna, dalam porsi kecil tetapi bertahap dan sering.
b. Banyak cairan untuk mengganti cairan yang keluar, seperti sari buah yang segar dan susu campur buah supaya segar.
c. Cukup protein, mengingat karena penyakitnya ia membutuhkan peningkatan protein dibandingkan dengan kebutuhan biasa. Bisa diperoleh dari telur, susu, daging, ayam dan lain-lain.
d. Lemak perlu diberikan, untuk memberi rasa dan meningkatkan kalori. Tetapi berikan makanan yang mudah dicerna dan secukupnya, karena kelebihan lemak akan membuat mual.
5. Untuk balita
dengan gejala batuk
Gejala batuk bisa bercampur dengan gejala lain, misalnya pada penyakit bronchitis yang disertai panas, demikian juga penyakit lain seperti flu dan sebagainya. Pengaturan makanan yang perlu diperhatikan :
Gejala batuk bisa bercampur dengan gejala lain, misalnya pada penyakit bronchitis yang disertai panas, demikian juga penyakit lain seperti flu dan sebagainya. Pengaturan makanan yang perlu diperhatikan :
a. Kalau ada gejala panas, beri makanan
lunak dan banyak cairan atau minum.
b. Nafsu makan yang menurun akibat batuk terus-menerus harus diimbangi makan yang cukup supaya kondisi tubuh membaik.
c. Untuk memudahkan pengaturan makannya, berikan porsi kecil tetapi sering dan bertahap supaya kebutuhan gizinya terpenuhi.
d. Cukup protein karena penyakit dengan gejala batuk membutuhkan protein lebih tinggi dari biasanya.
e. Jangan makan gorengan atau bumbu yang merangsang agar tidak menimbulkan batuk. Kurangi mengonsumsi yang terlalu manis dan bisa menimbulkan batuk seperti cokelat, permen, manisan dan minuman manis.
f. Setelah anak sembuh, kalau berat badannya turun perlu ditingkatkan konsumsi makanannya.
b. Nafsu makan yang menurun akibat batuk terus-menerus harus diimbangi makan yang cukup supaya kondisi tubuh membaik.
c. Untuk memudahkan pengaturan makannya, berikan porsi kecil tetapi sering dan bertahap supaya kebutuhan gizinya terpenuhi.
d. Cukup protein karena penyakit dengan gejala batuk membutuhkan protein lebih tinggi dari biasanya.
e. Jangan makan gorengan atau bumbu yang merangsang agar tidak menimbulkan batuk. Kurangi mengonsumsi yang terlalu manis dan bisa menimbulkan batuk seperti cokelat, permen, manisan dan minuman manis.
f. Setelah anak sembuh, kalau berat badannya turun perlu ditingkatkan konsumsi makanannya.
2.3. Kebutuhan
Energi Dan Zat Gizi Balita
• Perhitungan Berat Badan Ideal
• Perhitungan Berat Badan Ideal
Berat badan ideal anak umur 1 tahun = 3 X
BB lahir
Berat badan ideal anak umur 2 tahun = 4 X BB lahir
Berat badan ideal anak umur 2 tahun = 4 X BB lahir
2.4 Gizi Untuk Balita
Usia dibawah 5 tahun atau balita merupakan usia penting dalam pertumbuhan
dan perkembangan fisik anak. Pada usia ini, anak masih rawan dengan berbagai
gangguan kesehatan, baik jasmani maupun rohani. Secara psikologis, rentang usia
ini sangat menentukan karakter anak. Jika anak sering diejek atau dicemooh,
kemungkinan besar akan tumbuh menjadi anak yang tidak mempunyai kepercayaan
diri. Anak yang selalu dimanja akan tumbuh menjadi anak yang selalu bergantung
kepada orang lain. Demikian juga anak yang selalu ditekan dengan ancaman, anak
akan tumbuh dengan ketakutan bahkan sampai depresi. Sebaliknya, anak yang
dididik dengan pujian dan arahan yang benar, akan tumbuh menjadi anak yang
percaya diri karena sejak kecil dia merasa dihargai oleh lingkungan
terdekatnya, yaitu keluarga.
Demikian pula dengan cara orang tua memberi makan kepada anak. Jika dengan
paksaan, anak semakin tidak menyukai makanan tersebut dan cenderung semakin
menolak. Selain itu, jika melarang makanan tertentu yang tidak baik seperti
permen tetapi tidak diikuti dengan memberi pemahaman jelas, juga akan
menimbulkan rasa untuk memberontak. Pemberontakan tersebut biasanya diwujudkan
dengan semakin menyukai makanan tersebut, dan dengan sembunyi-sembunyi makan
dalam jumlah yang banyak karena takut ketahuan.
Salah satu faktor yang menentukan daya tahan tubuh seorang anak adalah
keadaan gizinya. Pertumbuhan anak pasa masa balita sangat pesat, sehingga
membutuhkan zat gizi yang relatif lebih tinggi daripada orang dewasa. Disisi
lain, alat pencernakan usia ini belum berkembang sempurna. Selain itu, anak
balita sangat rentan terhadap penyakit gigi sehingga menyulitkan makannya. Gigi
susu telah lengkap pada umur 2-2,5 tahun, tetapi belum dapat digunakan untuk
mengerat dan mengunyah makanan yang keras. Karena itu, pengaturan makanan dan
perencanaan menu harus hati-hati dan sesuai dengan kebutuhan kesehatannya.
Status gizi balita merupakan hal penting yang harus diketahui oleh setiap
orang tua. Perlunya perhatian lebih dalam tumbuh kembang di usia balita
didasarkan fakta bahwa kurang gizi yang terjadi pada masa emas ini, bersifat
irreversible (tidak dapat pulih).
Orang tua tentu menginginkan anak anak balitanya tumbuh sehat dan cerdas.
Menurut Prof. Ali, untuk membedakan balita kurang gizi dan gizi buruk dapat
dilakukan dengan cara berikut. Gizi kurang adalah bila berat badan menurut umur
yang dihitung menurut Skor Z nilainya kurang dari -2, dan gizi buruk bila Skor
Z kurang dari -3. Artinya gizi buruk kondisinya lebih parah daripada gizi
kurang.
Balita penderita gizi kurang berpenampilan kurus, rambut kemerahan
(pirang), perut kadang-kadang buncit, wajah moon face karena oedema
(bengkak) atau monkey face(keriput), anak cengeng, kurang responsif.
Bila kurang gizi berlangsung lama akan berpengaruh pada kecerdasannya.
Penyebab utama kurang gizi pada balita adalah kemiskinan sehingga akses
pangan anak terganggu. Penyebab lain adalah infeksi (diare), ketidaktahuan
orang tua karena kurang pendidikan sehingga pengetahuan gizi rendah, atau
faktor tabu makanan dimana makanan bergizi ditabukan dan tak boleh dikonsumsi
anak balita.
Kurang gizi pada anak balita dapat mempengarui tumbuh kembang mental si
anak itu sendiri.si anak akan kelihatan lebih pendek dan lebih kurus,kurang
gesit di bandingkan dengan anak2 balita seusianya.
Kecerdasan, keterampilan, dan perkembangan mental
balita tidak lepas dari pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak. Agar otak
anak berkembang optimal, tentu saja bunda harus memenuhi aneka zat gizi yang
diperlukan. Apalagi, ilmu pengetahuan mengajarkan bahwa otak terus tumbuh
hingga anak berusia dua tahun. Artinya, pada masa emas itulah, balita
selayaknya mengonsumsi makanan bergizi lengkap dan seimbang, terutama untuk
perkembangan otaknya.
Di dunia banyak sekali aneka zat gizi yang berperan penting bagi
perkembangan otak, namun ada beberapa yang paling penting. Di antaranya adalah
kelompok asam lemak tak jenuh, kalori dan protein, zat besi, kelompok vitamin
B, dan seng (Zn).
Asam lemak tak jenuh
Asam lemak tak jenuh
Asam lemak tak
jenuh sangat dominan dalam susunan sel-sel saraf di otak anak. Bahkan diketahui
bahwa 60% otak manusia terdiri dari aneka jenis lemak itu. Yang termasuk asam
lemak tak jenuh itu adalah:
- DHA (asam dokosaheksaenoat) atau
yang kita kenal sebagai omega-3
Asam lemak
omega-3 berperan besar dalam perkembangan sel saraf, otak, dan penglihatan.
Kekurangan omega-3 bisa mengganggu perkembangan sistem saraf. Akibatnya,
mungkin saja terjadi gangguan pada sistem daya tahan tubuh, daya ingat, mental,
dan penglihatan.
- AA (asam arakidonat) atau omega-6
Asam lemak ini
berfungsi membantu pembentukan senyawa yang bersifat seperti hormon, yaitu
bertugas sebagai pengantar perintah dari satu sel saraf ke sel saraf lainnya
dalam tubuh, termasuk ke otak.
Kedua asam lemak ini terdapat dalam ASI. Setelah
mendapat asupan makanan, asam lemak ini bisa diperoleh dari ikan tenggiri atau
tuna, bayam, minyak kedelai, dan minyak bunga matahari.
Kalori dan protein
Kekurangan kalori dan protein dapat menyebabkan otak
anak tidak tumbuh optimal dan akan mengakibatkan gangguan motorik dan
kecerdasan. Kalori dibutuhkan dalam proses metabolisme otak, sementara protein
berperan dalam pembentukan sel-sel saraf baru, termasuk otak. Sumber-sumber
kedua zat gizi ini adalah daging sapi, ayam, ikan, telur, serta susu dan produk
olahannya. Juga minyak ikan, tempe, tahu, dan kedelai.
Zat besi
Zat besi
Zat besi berperan besar dalam pembentukan sel-sel baru, termasuk otak, di
mana ia mengangkut dan membagikan oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. Ia
juga berperan dalam pembentukan sel darah merah di dalam sumsum tulang
belakang. Sistem imun yang berfungsi dengan baik adalah tanda cukupnya zat besi
dalam tubuh. Sumber-sumbernya adalah hati, daging merah, ikan, telur, serealia,
dan sayuran berwarna hijau tua.
Kelompok vitamin B
Kelompok vitamin B
Berbagai jenis vitamin B sangat besar peranannya dalam
perkembangan otak anak, yaitu B1, B3, B6, dan B12. Vitamin B1 melindungi
sel-sel saraf dalam jaringan sel pusat, B3 menjaga keseimbangan kerja sel-sel
saraf, B6 berperan dalam proses pembentukan sel darah merah, serta membantu
tubuh dalam proses penyerapan karbohidrat, protein, dan lemak; B12 berperan
dalam membentuk senyawa kimia yang mendukung pertumbuhan dan fungsi sel saraf
dan pertumbuhan tulang belakang, serta mencegah kerusakan saraf dan
meningkatkan daya ingat. Bersama zat besi, vitamin B12 jga membantu pembentukan
sel darah merah. Sumber vitamin B adalah serealia,
kacang-kacangan, biji-bijian, ikan, ayam, daging tanpa lemak, produk olahan
susu, dan sayuran berwarna hijau.
Seng (Zn)
Seng (Zn)
Seng berfungsi membantu otak dalam mengantar informasi
genetik dalam sel. Selain itu, seng juga bertugas membantu proses pembentukan
sel-sel tubuh, termasuk otak. Kekurangan seng dapat berpengaruh terhadap
perkembangan kecedasan anak dan gangguan fungsi otak. Seng banyak terdapat
dalam daging, hati, ayam, seafood, susu, biji-bijian, dan kacang-kacangan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
a. Pemenuhan gizi balita dapat dilihat dari karakteristik anak itu sendiri.
b. Pemberian asupan zat makanan seperti zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur sangat diperlukan bagi balita.
c. Dan pengeluarannya asupan makanan harus ada keseimbangan sehingga diperoleh status gizi yang baik.
a. Pemenuhan gizi balita dapat dilihat dari karakteristik anak itu sendiri.
b. Pemberian asupan zat makanan seperti zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur sangat diperlukan bagi balita.
c. Dan pengeluarannya asupan makanan harus ada keseimbangan sehingga diperoleh status gizi yang baik.
d. Faktor yang mempengaruhi status
nutrisi untuk balita yaitu serat makan dan kemudahan dalam mencerna makanan
dari sumber makanan yang ia makan, vitamin serta pengaruh obat yang diminum dan
faktor endokrin dan emosional.
e. Anak pada usia balita sangatlah memerlukan perhatian dari orang tua
mengenai gizinya. Karena bila hal mengenai gizi ini tidak terpenuhi dengan
baik, kemungkinan besar anak akan mengalami gangguan pada masa hidupnya.
Gangguan tersebut bisa berupa gangguan fisik seperti polio, kelumpuhan ataupun
pertumbuhan berfikir si anak tersebut.
3.2 Saran
1. Pengetahuan ibu harus luas mengenai pemahaman tentang anak.
2. Sebaiknya seorang ibu harus bisa mengatur / memilih makanan untuk balita.
1. Pengetahuan ibu harus luas mengenai pemahaman tentang anak.
2. Sebaiknya seorang ibu harus bisa mengatur / memilih makanan untuk balita.
3. Jangan lupa pemberian makanan yang
sehat serta suplemen yang teratur untuk pertumbuhan dan kecerdasannya.
DAFTAR PUSTAKA
Sutomo, Budi. 2008. Makanan Untuk Balita. Jakarta :
PT. Primamedia Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar