BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
Fisiologi Kelenjar Mammae
Payudara (mammae) adalah kelenjar yang terletak di bawah
kulit, di atas otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk
nutrisi bayi dan mempunyai peranan penting dalam respon dan rangsangan seksual.
Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang beratnya kurang lebih 200
gram, saat hamil 600 gram dan saat menyusui 800 gram. Pada payudara terdapat
tiga bagian utama, yaitu :
1.
Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar.
2.
Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah.
3.
Papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara.
a. Korpus
Korpus
terdiri dari jaringan kelenjar payudara, saluran susu (duktus laktiferus),
jaringan ikat, lemak, pembuluh darah, saraf dan pembuluh limfe. Alveolus, yaitu
unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian dari alveolus adalah sel Aciner,
jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos dan pembuluh darah. Hormon prolaktin
mempengaruhi sel alveoli untuk menghasilkan ASI.Lobulus, yaitu kumpulan dari
alveolus. Lobus, yaitu beberapa lobulus yang berkumpul menjadi 15-20 lobus pada
tiap payudara. ASI disalurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil (duktulus),
kemudian beberapa duktulus bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus
laktiferus).
1.
Duktus laktiferus adalah saluran
kecil yang berfungsi menyalurkan ASI dari alveoli ke sinus laktiferus.
2.
Sinus laktiferus disebut juga
sebagai ampula. Merupakan saluran ASI yang melebar dan membentuk kantung di
sekitar aerola, yang berfungsi untuk menyimpan ASI.
3. Jaringan lemak di sekeliling alveoli dan duktus laktiferus menentukan
besar kecilnya ukuran payudara. Ukuran payudara yang besar atau kecil memiliki
alveoli dan sinus laktiferusyang sama, sehingga dapat menghasilkan ASI yang
sama banyaknya. Di sekeliling alveoli juga terdapat otot polos yang akan
berkontraksi dan memeras keluar ASI. Keberadaan hormon oksitosin menyebabkan
otot tersebut berkontraksi.
b. Areola
Areola
merupakan bagian yang lebih berpigmen di sekeliling puting. Areola terdiri dari
kelenjar-kelenjar kecil yang disebut sebagai kelenjar Montgomery, yang
menghasilkan cairan berminyak untuk menjaga kesehatan kulit di sekitar areola
juga berfungsi melemaskan dan melindungi areola sewaktu menyusui. Selain
itu pada areola juga terdapat otot polos dan ujung-ujung serabut saraf. Fungsi
otot polos dalam puting dan areola adalah mengurangi permukaan areola, menonjolkan
puting dan mengosongkan sinus laktiferus waktu menyusui.
c. Papilla
Puting susu bagian dari kulit payudara. Puting
mengandung ujung-ujung saraf sensitif,
dan otot polos yang akan berkontraksi bila ada rangsangan.Bentuk puting ada
empat, yaitu bentuk yang normal, pendek/ datar, panjang dan terbenam
(inverted).
Tumbuh kembang payudara berawal saat memasuki
pubertas dimana sistem hormonal wanita mulai berfungsi. Hormon estrogen
mempengaruhi pertumbuhan sistem saluran, puting dan jaringan lemak. Sedangkan hormon
progesteron berperan dalam tumbuh kembang kelenjar susu. Selama masa kehamilan,
payudara membesar akibat pengaruh hormon estrogen dan progesteron yang
meningkat. Umumnya air susu belum diproduksi saat hamil. Segera setelah
melahirkan kelenjar hipofisis mulai mengeluarkan hormon prolaktin yang
bertanggung jawab atas produksi air susu pada kelenjar susu akibat adanya
rangsang puting dari hisapan bayi. Sedangkan proses pengeluaran air susu
dibantu oleh kontraksi otot disekitar puting dan areola yang dirangsang oleh
hormon oksitosin (hormon yang utamanya bertanggung jawab dalam kontraksi rahim
saat bersalin).
2.2 Fisiologi Laktasi
Laktasi
atau menyusui mempunyai dua pengertian, yaitu produksi ASI (prolaktin) dan
pengeluaran ASI (oksitosin).
a.
Produksi ASI (Prolaktin)
Pembentukan payudara dimulai sejak embrio berusia 18-19 minggu, dan berakhir ketika mulai menstruasi. Hormon yang berperan adalah hormon esterogen dan progesteron yang membantu maturasi alveoli. Sedangkan hormon prolaktin berfungsi untuk produksi ASI. Selama kehamilan hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI belum keluar karena pengaruh hormon estrogen yang masih tinggi. Kadar estrogen dan progesteron akan menurun pada saat hari kedua atau ketiga pasca persalinan, sehingga terjadi sekresi ASI. Pada proses laktasi terdapat dua reflek yang berperan, yaitu refleks prolaktin dan refleks aliran yang timbul akibat perangsangan puting susu dikarenakan isapan bayi.
Pembentukan payudara dimulai sejak embrio berusia 18-19 minggu, dan berakhir ketika mulai menstruasi. Hormon yang berperan adalah hormon esterogen dan progesteron yang membantu maturasi alveoli. Sedangkan hormon prolaktin berfungsi untuk produksi ASI. Selama kehamilan hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI belum keluar karena pengaruh hormon estrogen yang masih tinggi. Kadar estrogen dan progesteron akan menurun pada saat hari kedua atau ketiga pasca persalinan, sehingga terjadi sekresi ASI. Pada proses laktasi terdapat dua reflek yang berperan, yaitu refleks prolaktin dan refleks aliran yang timbul akibat perangsangan puting susu dikarenakan isapan bayi.
1.
Refleks prolaktin
Akhir kehamilan hormon
prolaktin memegang peranan untuk membuat kolostrum, tetapi jumlah kolostrum
terbatas dikarenakan aktivitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan progesteron
yang masih tinggi. Pasca persalinan, yaitu saat lepasnya plasenta dan
berkurangnya fungsi korpus luteum maka estrogen dan progesteron juga berkurang.
Hisapan bayi akan merangsang puting susu dan kalang payudara, karena
ujung-ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik. Rangsangan
ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla spinalis hipotalamus dan akan
menekan pengeluaran faktor penghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya
merangsang pengeluaran faktor pemacu sekresi prolaktin. Faktor pemacu sekresi
prolaktin akan merangsang hipofise anterior sehingga keluar prolaktin. Hormon
ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu. Kadar
prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan
sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada peningkatan
prolaktin walau ada isapan bayi, namun pengeluaran air susu tetap berlangsung.Pada
ibu nifas yang tidak menyusui, kadar prolaktin akan menjadi normal pada minggu
ke 2 – 3. Sedangkan pada ibu menyusui prolaktin akan meningkat dalam keadaan
seperti: stress atau pengaruh psikis, anastesi, operasi dan rangsangan puting
susu.
b.
Refleks Aliran (Let Down Reflek)
Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise anterior, rangsangan yang berasal dari isapan bayi dilanjutkan ke hipofise posterior (neurohipofise) yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah, hormon ini menuju uterus sehingga menimbulkan kontraksi. Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah terbuat, keluar dari alveoli dan masuk ke sistem duktus dan selanjutnya mengalir melalui duktus lactiferus masuk ke mulut bayi.
Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise anterior, rangsangan yang berasal dari isapan bayi dilanjutkan ke hipofise posterior (neurohipofise) yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah, hormon ini menuju uterus sehingga menimbulkan kontraksi. Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah terbuat, keluar dari alveoli dan masuk ke sistem duktus dan selanjutnya mengalir melalui duktus lactiferus masuk ke mulut bayi.
Faktor-faktor yang
meningkatkan let down adalah: melihat bayi, mendengarkan suara bayi, mencium
bayi, memikirkan untuk menyusui bayi.
Faktor-faktor yang menghambat reflek let down adalah stress, seperti: keadaan bingung/ pikiran kacau, takut dan cemas.
Faktor-faktor yang menghambat reflek let down adalah stress, seperti: keadaan bingung/ pikiran kacau, takut dan cemas.
Refleks yang penting
dalam mekanisme hisapan bayi :
1.
Refleks menangkap (rooting
refleks)
Timbul saat bayi baru lahir tersentuh pipinya, dan bayi akan menoleh ke
arah sentuhan. Bibir bayi dirangsang dengan papilla mamae, maka bayi akan
membuka mulut dan berusaha menangkap puting susu.
2.
Refleks menghisap
Refleks ini timbul apabila langit-langit mulut bayi tersentuh oleh
puting. Agar puting mencapai palatum, maka sebagian besar areola masuk ke dalam
mulut bayi. Dengan demikian sinus laktiferus yang berada di bawah areola,
tertekan antara gusi, lidah dan palatum sehingga ASI keluar.
3.
Refleks menelan
Refleks ini timbul apabila
mulut bayi terisi oleh ASI, maka ia akan menelannya.
b.
Pengeluaran ASI
Apabila bayi disusui, maka gerakan menghisap yang berirama akan
menghasilkan rangsangan saraf yang terdapat pada glandula pituitaria posterior,
sehingga keluar hormon oksitosin. Hal ini menyebabkan sel-sel miopitel di
sekitar alveoli akan berkontraksi dan mendorong ASI masuk dalam pembuluh
ampula. Pengeluaran oksitosin selain dipengaruhi oleh isapan bayi, juga oleh
reseptor yang terletak pada duktus. Bila duktus melebar, maka secara
reflektoris oksitosin dikeluarkan oleh hipofisis.
2.3 Manajemen
Laktasi
Manajemen
laktasi adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk menunjang keberhasilan
menyusui. Dalam pelaksanaannya terutama dimulai pada masa kehamilan, segera
setelah persalinan dan pada masa menyusui selanjutnya.
Adapun upaya-upaya yang dilakukan adalah sebagai
berikut :
a. Pada masa Kehamilan (antenatal)
- Memberikan penernagan dan
penyuluhan tentang manfaat dan keunggulan ASI, manfaat menyusui baik bagi ibu maupun
bayinya, disamping bahaya pemberian susu botol.
- Pemeriksaan kesehatan, kehamilan dan
payudara/keadaan putting susu, apakah ada kelainan atau tidak. Disamping itu perlu
dipantau kenaikan berat badan ibu hamil.
- Perawatan payudara mulai kehamilan umur enam bulan agar ibu
mampu memproduksi dan memberikan ASI yang cukup.
- Memperhatikan gizi/makanan ditambah mulai dari
kehamilan trisemester kedua sebanyak 1 1/3 kali dari makanan pada saat belum
hamil.
- Menciptakan suasana
keluarga yang menyenangkan. Dalam hal ini perlu diperhatikan keluarga terutama
suami kepada istri yang sedang hamil untuk memberikan dukungan dan membesarkan
hatinya.
b. Pada masa segera setelah persalinan
(prenatal)
- Ibu dibantu menyusui 30
menit setelah kelahiran dan ditunjukkan cara menysui yang baik dan benar,
yakni: tentang posisi dan cara melakatkan bayi pada payudara ibu.
- Membantu terjadinya
kontak langsung antara bayi-ibu selama 24 jam sehari agar menyusui dapat
dilakukan tanpa jadwal.
- Ibu nifas diberikan kapsul vitamin A dosis
tinggi (200.000S1) dalam waktu dua minggu setelah melahirkan.
c. Pada masa menyusui selanjutnya (post-natal)
- Menyusui dilanjutkan
secara ekslusif selama 4 bulan pertama usia bayi, yaitu hanya memberikan ASI
saja tanpa makanan/minuman lainnya.
- Perhatikan
gizi/makanan ibu menyusui, perlu makanan 1 ½ kali lebih banyak dari biasa dan
minum minimal 8 gelas sehari.
-
Ibu menyusui harus cukup istirahat dan menjaga ketenangan pikiran dan
menghindarkan kelelahan yang berlebihan agar produksi ASI tidak terhambat.
-
Pengertian dan dukungan keluarga terutama suami penting untuk menunjang
keberhasilan menyusui.
- Rujuk ke Posyandu atau
Puskesmas atau petugas kesehatan apabila ada permasalahan menysusui seperti
payudara banyak disertai demam.
- menghubungi kelompk pendukung
ASI terdekat untuk meminta pengalaman dari ibu-ibu lain yang sukses menyusui
bagi mereka.
- Memperhatikan gizi/makanan anak, terutama
mulai bayi 4 bulan.
2.4 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi
Gizi Ibu Menyusui
1.
Pengaruh makanan erat kaitannya dengan
volume ASI yang diproduksi per hari.
2. Protein, dengan adanya variasi individu maka dianjurkan penambahan 15-20
gram protein sehari.
3. Suplementasi, jika makan sehari seimbang, suplementasi tidak diperlukan
kecuali jika kekurangan satu atau lebih zat gizi.
4.
Aktivitas.
2.5
Komposisi Zat Gizi
Kolostrum, ASI dan PASI
Kandungan zat gizi dalam kolostrum, ASI dan PASI (pengganti air susu ibu) memiliki komposisi yang berbeda. Kandungan protein dalam kolostrum jauh lebih tinggi dari pada ASI. Hal ini menguntungkan bayi yang baru lahir karena dengan mendapat sedikit kolostrum ia sudah mendapat cukup protein yang dapat memenuhi kebutuhan bayi pada minggu pertama.
Kandungan zat gizi dalam kolostrum, ASI dan PASI (pengganti air susu ibu) memiliki komposisi yang berbeda. Kandungan protein dalam kolostrum jauh lebih tinggi dari pada ASI. Hal ini menguntungkan bayi yang baru lahir karena dengan mendapat sedikit kolostrum ia sudah mendapat cukup protein yang dapat memenuhi kebutuhan bayi pada minggu pertama.
a. Karbohidrat
Karbohidrat dalam ASI berbentuk laktosa yang jumlahnya berubah-ubah setiap hari menurut kebutuhan tumbuh kembang bayi. Rasio jumlah laktosa dalam ASI dan PASI adalah 7:4 sehingga ASI terasa lebih manis dibandingkan dengan PASI. Hal ini menyebabkan bayi yang sudah mengenal ASI dengan baik cenderung tidak mau minum PASI. Dengan demikian pemberian ASI akan semakin sukses.
Hidrat arang dalam ASI merupakan nutrisi yang penting untuk pertumbuhan sel syaraf otak dan pemberi energi untuk kerja sel-sel syaraf. Selain itu karhidrat memudahkan penyerapan kalsium mempertahankan factor bifidus di dalam usus (faktor yang menghambat pertumbuhan bakteri yang berbahaya dan menjadikan tempat yang baik bagi bakteri yang menguntungkan) dan dan mempercepat pengeluaran kolostrum sebagai antibody bayi.
Karbohidrat dalam ASI berbentuk laktosa yang jumlahnya berubah-ubah setiap hari menurut kebutuhan tumbuh kembang bayi. Rasio jumlah laktosa dalam ASI dan PASI adalah 7:4 sehingga ASI terasa lebih manis dibandingkan dengan PASI. Hal ini menyebabkan bayi yang sudah mengenal ASI dengan baik cenderung tidak mau minum PASI. Dengan demikian pemberian ASI akan semakin sukses.
Hidrat arang dalam ASI merupakan nutrisi yang penting untuk pertumbuhan sel syaraf otak dan pemberi energi untuk kerja sel-sel syaraf. Selain itu karhidrat memudahkan penyerapan kalsium mempertahankan factor bifidus di dalam usus (faktor yang menghambat pertumbuhan bakteri yang berbahaya dan menjadikan tempat yang baik bagi bakteri yang menguntungkan) dan dan mempercepat pengeluaran kolostrum sebagai antibody bayi.
b. Protein
Protein dalam ASI lebih rendah dibandingkan dengan PASI. Namun demikian protein ASI sangat cocok karena unsur protein didalamnya hampir seluruhnya terserap oleh sistem pencernan bayi yaitu protein unsur whey.
Protein dalam ASI lebih rendah dibandingkan dengan PASI. Namun demikian protein ASI sangat cocok karena unsur protein didalamnya hampir seluruhnya terserap oleh sistem pencernan bayi yaitu protein unsur whey.
c. Lemak
Kadar lemak dalam ASI pada mulanya rendah kemudian meningkat jumlahnya. Lemak dalam ASI berubah kadarnya setiap kali diisap oleh bayi dan hal ini terjadi secara otomatis. Komposisi lemak pada lima menit pertama isapan akan berbeda dengan 10 menit kemudian, Kadar lemak pada hari pertama berbeda dengan hari kedua dan akan terus berubah menurut perkembangan bayi dan kebutuhan energi yang diperlukan. Jenis lemak yang ada dalam ASI mengandung lemak rantai panjang yang dibutuhkan oleh sel jaringan otak dan sangat mudah dicerna karena mengandung enzim lipase.Lemak dalam bentuk Omega 3, Omega 6, dan DHA yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan sel-sel jaringan otak. Susu formula tidak mengandung enzim, karena enzim akan mudah rusak bila dipanaskan. Dengan tidak adanya enzim, bayi akan sulit menyerap lemak PASI sehingga menyebabkan bayi lebih mudah terkena diare. Jumlah asam linoleat dalam ASI sangat tinggi dan perbandinganya dengan PASI yaitu 6:1. Asam linoleat adalah jenis asam lemak yang tidak dapat dibuat oleh tubuh yang berfungsi untuk memacu perkembangan sel syaraf otak bayi.
Kadar lemak dalam ASI pada mulanya rendah kemudian meningkat jumlahnya. Lemak dalam ASI berubah kadarnya setiap kali diisap oleh bayi dan hal ini terjadi secara otomatis. Komposisi lemak pada lima menit pertama isapan akan berbeda dengan 10 menit kemudian, Kadar lemak pada hari pertama berbeda dengan hari kedua dan akan terus berubah menurut perkembangan bayi dan kebutuhan energi yang diperlukan. Jenis lemak yang ada dalam ASI mengandung lemak rantai panjang yang dibutuhkan oleh sel jaringan otak dan sangat mudah dicerna karena mengandung enzim lipase.Lemak dalam bentuk Omega 3, Omega 6, dan DHA yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan sel-sel jaringan otak. Susu formula tidak mengandung enzim, karena enzim akan mudah rusak bila dipanaskan. Dengan tidak adanya enzim, bayi akan sulit menyerap lemak PASI sehingga menyebabkan bayi lebih mudah terkena diare. Jumlah asam linoleat dalam ASI sangat tinggi dan perbandinganya dengan PASI yaitu 6:1. Asam linoleat adalah jenis asam lemak yang tidak dapat dibuat oleh tubuh yang berfungsi untuk memacu perkembangan sel syaraf otak bayi.
d. Mineral
ASI megandung mineral yang lengkap walaupun kadarnya relatif rendah, tetapi bisa mencukupi kebutuhan bayi sampai berumur 6 bulan. Zat besi dan kalsium dalam ASI merupakan mineral yang sangat stabil dan mudah diserap dan jumlahnya tidak dipengaruhi oleh diet ibu. Dalam PASI kandungan mineral jumlahnya tinggi, tetapi sebagian besar tidak dapat diserap. Hal ini akan memperberat kerja usus bayi serta menganggu keseimbangan dalam usus dan meningkatkan pertumbuhan bakteri yang merugikan sehingga mengakibatkan kontraksi usus bayi tidak normal. Bayi akan kembung, gelisah karena obstipasi atau ganguan metabolisme.
ASI megandung mineral yang lengkap walaupun kadarnya relatif rendah, tetapi bisa mencukupi kebutuhan bayi sampai berumur 6 bulan. Zat besi dan kalsium dalam ASI merupakan mineral yang sangat stabil dan mudah diserap dan jumlahnya tidak dipengaruhi oleh diet ibu. Dalam PASI kandungan mineral jumlahnya tinggi, tetapi sebagian besar tidak dapat diserap. Hal ini akan memperberat kerja usus bayi serta menganggu keseimbangan dalam usus dan meningkatkan pertumbuhan bakteri yang merugikan sehingga mengakibatkan kontraksi usus bayi tidak normal. Bayi akan kembung, gelisah karena obstipasi atau ganguan metabolisme.
e. Vitamin
ASI mengandung vitamin yang lengkap yang dapat mencukupi kebutuhan bayi sampai 6 bulan kecuali vitamin K, karena bayi baru lahir ususnya belum mampu membentuk vitamin K.
ASI mengandung vitamin yang lengkap yang dapat mencukupi kebutuhan bayi sampai 6 bulan kecuali vitamin K, karena bayi baru lahir ususnya belum mampu membentuk vitamin K.
2.6 PENGERTIAN
AIR SUSU IBU
Air Susu
Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan
garam-garam anorganik yang sekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna sebagai
makanan bagi bayinya. Sedangkan ASI Ekslusif adalah perilaku dimana hanya
memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi sampai umur 4 (empat) bulan
tanpa makanan dan ataupun minuman lain kecuali sirup obat. ASI dalam jumlah
cukup merupakan makanan terbaik pada bayi dan dapat memenuhi kebutuhan gizi
bayi selama 4 bulan pertama. ASI merupakan makanan alamiah yang pertama dan
utama bagi bayi sehingga dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal.
2.7 KEBAIKAN ASI DAN MENYUSUI.
ASI sebagai makanan
bayi mempunyai kebaikan/sifat sebagai berikut :
Ø ASI merupakan makanan alamiah yang baik untuk
bayi, praktis, ekonomis, mudah dicerna untuk memiliki komposisi, zat gizi yang
ideal sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan pencernaan bayi.
Ø ASI mengadung laktosa yang lebih tinggi dibandingkan
dengan susu buatan. Didalam usus laktosa akan dipermentasi menjadi asam laktat yang
bermanfaat untuk:
· Menghambat pertumbuhan bakteri yang bersifat
patogen.
· Merangsang pertumbuhan mikroorganisme yang dapat
menghasilkan asam organik dan mensintesa beberapa jenis vitamin.
· Memudahkan terjadinya pengendapan
calsium-cassienat.
· Memudahkan penyerahan herbagai jenis mineral,
seperti calsium, magnesium.
Ø ASI mengandung zat pelindung (antibodi) yang
dapat melindungi bayi selama 5-6 bulan pertama, seperti: Immunoglobin,
Lysozyme, Complemen C3 dan C4, Antistapiloccocus, lactobacillus,
Bifidus, Lactoferrin.
Ø ASI tidak mengandung beta-lactoglobulin yang
dapat menyebabkan alergi pada bayi
Ø Proses pemberian ASI dapat menjalin hubungan
psikologis antara ibu dan bayi.
Selain
memberikan kebaikan bagi bayi, menyusui dengan bayi juga dapat memberikan
keuntungan bagi ibu, yaitu:
Ø Suatu rasa kebanggaan dari ibu, bahwa ia dapat
memberikan “kehidupan” kepada bayinya.
Ø Hubungan yang lebih erat karena secara alamiah
terjadi kontak kulit yang erat, bagi perkembangan psikis dan emosional antara
ibu dan anak.
Ø Dengan menyusui bagi rahim ibu akan berkontraksi
yang dapat menyebabkan pengembalian keukuran sebelum hamil.
Ø Mempercepat berhentinya pendarahan post partum.
Ø Dengan menyusui maka kesuburan ibu menjadi
berkurang untuk beberpa bulan (menjarangkan kehamilan).
Ø Mengurangi kemungkinan kanker payudara pada masa
yang akan datang.
2.8 Produksi ASI
Proses terjadinya
pengeluaran air susu dimulai atau dirangsang oleh isapan mulut bayi pada
putting susu ibu. Gerakan tersebut merangsang kelenjar Pictuitary Anterior
untuk memproduksi sejumlah prolaktin, hormon utama yang mengandalkan pengeluaran
Air Susu. Proses pengeluaran air susu juga tergantung pada Let Down Replex,
dimana hisapan putting dapat merangsang kelenjar Pictuitary Posterior untuk
menghasilkan hormon oksitolesin, yang dapat merangsang serabutotot halus di
dalam dinding saluran susu agar membiarkan susu dapat mengalir secara lancar.
Susu diproduksi pada
akhir ranting dan mengalir kedalam cabang-cabang besar menuju saluran ke dalam
putting. Secara visual payudara dapat di gambarkan sebagai setangkai buah
anggur, mewakili tenunan kelenjar yang mengsekresi dimana setiap selnya mampu
memproduksi susu, bila sel-sel Myoepithelial di dalam dinding alveoli
berkontraksi, anggur tersebut terpencet dan mengeluarkan susu ke dalam ranting
yang mengalir ke cabang-cabang lebih besar, yang secara perlahan-lahan bertemu
di dalam aerola dan membentuk sinus lactiterous. Pusat dari areda (bagan yang
berpigmen) adalah putingnya, yang tidak kaku letaknya dan dengan mudah dihisap
(masuk kedalam) mulut bayi.
Berdasarkan waktu
diproduksi, ASI dapat dibagi menjadi 3 yaitu:
a. Colostrum merupakan cairan yang pertama kali
disekresi oleh kelenjar mamae yang mengandung tissue debris dan redual material
yang terdapat dalam alveoli dan ductus dari kelenjar mamae sebelum dan segera
sesudah melahirkan anak.
Ø Disekresi oleh kelenjar mamae dari hari pertama
sampai hari ketiga atau keempat, dari masa laktasi.
Ø Komposisi colostrum dari hari ke hari berubah.
Ø Merupakan cairan kental yang ideal yang berwarna
kekuning-kuningan, lebih kuning dibandingkan ASI Mature.
Ø Merupakan suatu laxanif yang ideal untuk
membersihkan meconeum usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran
pencernaan bayi untuk menerima makanan selanjutnya.
Ø Lebih banyak mengandung protein dibandingkan ASI
Mature, tetapi berlainan dengan ASI Mature dimana protein yang utama adalah
casein pada colostrum protein
yang utama adalah globulin, sehingga dapat
memberikan daya perlindungan tubuh terhadap infeksi.
Ø Lebih banyak mengandung antibodi dibandingkan
ASI Mature yang dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai 6 bulan pertama.
Ø Lebih rendah kadar karbohidrat dan lemaknya
dibandingkan dengan ASI Mature.
Ø Total energi lebih rendah dibandingkan ASI
Mature yaitu 58 kalori/100 ml colostrum.
Ø Vitamin larut lemak lebih tinggi. Sedangkan
vitamin larut dalam air dapat lebih tinggi atau lebih rendah.
Ø Bila dipanaskan menggumpal, ASI Mature tidak.
Ø PH lebih alkalis dibandingkan ASI Mature.
Ø Lemaknya lebih banyak mengandung Cholestrol dan
lecitin di bandingkan ASI Mature.
Ø Terdapat trypsin inhibitor, sehingga hidrolisa
protein di dalam usus bayi menjadi krang sempurna, yangakan menambah kadar
antobodi pada bayi.
Ø Volumenya berkisar 150-300 ml/24 jam.
b. Air Susu Masa
Peralihan (Masa Transisi)
Ø Merupakan ASI peralihan dari colostrum menjadi
ASI Mature.
Ø Disekresi dari hari ke 4 – hari ke 10 dari masa
laktasi, tetapi ada pula yang berpendapat bahwa ASI Mature baru akan terjadi
pada minggu ke 3 – ke 5.
Ø Kadar protein semakin rendah, sedangkan kadar
lemak dan karbohidrat semakin tinggi.
Ø Volume semakin meningkat.
c. Air
Susu Mature
Ø ASI yang disekresi pada hari ke 10 dan
seterusnya, yang dikatakan komposisinya relatif konstan, tetapi ada juga yang
mengatakan bahwa minggu ke 3 sampai ke 5 ASI komposisinya baru konstan.
Ø Merupakan makanan yang dianggap aman bagi bayi,
bahkan ada yang mengatakan pada ibu yangs ehat ASI merupakan makanan
satu-satunya yang diberikan selama 6 bulan pertamabagi bayi.
Ø ASI merupakan makanan yang mudah di dapat,
selalu tersedia, siap diberikan pada bayi tanpa persiapan yang khusus dengan
temperatur yang sesuai untu bayi.
Ø Merupakan cairan putih kekuning-kuningan, karena
mengandung casienat, riboflaum dan karotin.
Ø Tidak menggumpal bila dipanaskan.
Ø Volume: 300 – 850 ml/24 jam
Ø Terdapat
anti microbaterial factor, yaitu:
· Antibodi terhadap bakteri dan virus.
· Cell (phagocyle, granulocyle, macrophag,
lymhocycle type T)
· Enzim (lysozime, lactoperoxidese)
· Protein (lactoferrin, B12 Ginding
Protein)
· Faktor resisten terhadap staphylococcus.
· Complecement ( C3 dan C4).
2.9 Volume Produksi ASI
Pada
minggu bulan terakhir kehamilan, kelenjar-kelenjar pembuat ASI mulai
menghasilkan ASI. Apabila tidak ada kelainan, pada hari pertama sejak bayi
lahir akan dapat menghasilkan 50-100 ml sehari dari jumlah ini akan terus
bertambah sehingga mencapai sekitar 400-450 ml pada waktu bayi mencapai usia
minggu kedua
Dalam
keadaan produksi ASI telah normal, volume susu terbanyak yang dapat diperoleh
adalah 5 menit pertama. Konsumsi ASI selama satu kali menyusui atau jumlahnya
selama sehari penuh sangat bervariasi. Ukuran payudara tidak ada hubungannya
dengan volume air susu yang diproduksi, meskipun umumnya payudara yang
berukuran sangat kecil, terutama yang ukurannya tidak berubah selama masa
kehamilan hanya memproduksi sejumlah kecil ASI.
Produksi
ASI dari ibu yang kekurangan gizi seringkali menurun jumlahnya dan akhirnya
berhenti, dengan akibat yang fatal bagi bayi yang masih sangat muda. Kekurangan gizi seringkali ditemukan “merasmus” pada
bayi-bayi berumur sampai enam bulan yang hanya diberi ASI.
3.0 Faktor-faktor
yang mempengaruhi Produksi ASI
Adapun hal-hal yang mempengaruhi produksi ASI
antara lain adalah:
a. Makanan Ibu
Makanan
yang dimakan seorang ibu yang sedang dalam masa menyusui tidak secara langsung
mempengaruhi mutu ataupun jumlah air susu yang dihasilkan. Dalam tubuh terdapat
cadangan berbagai zat gizi yang dapat digunakan bila sewaktu-waktu diperlukan.
Akan tetapi jika makanan ibu terus menerus tidak mengandung cukup zat gizi yang
diperlukan tentu pada akhirnya kelenjar-kelenjar pembuat air susu dalam buah
dada ibu tidak akan dapat bekerja dengan sempurna, dan akhirnya akan
berpengaruh terhadap produksi ASI.
Unsur
gizi dalam 1 liter ASI setara dengan unsur gizi yang terdapat dalam 2 piring
nasi ditambah 1 butir telur. Jadi diperlukan kalori yang setara dengan jumlah
kalori yang diberikan 1 piring nasi untuk membuat 1 liter ASI. Agar Ibu
menghasilkan 1 liter ASI diperlukan makanan tamabahan disamping untuk keperluan
dirinya sendiri, yaitu setara dengan 3 piring nasi dan 1 butir telur.
Apabila ibu yang sedang
menyusui bayinya tidak mendapat tamabahan makanan, maka akan terjadi kemunduran
dalam pembuatan ASI. Terlebih jika pada masa kehamilan ibu juga mengalami
kekurangan gizi. Karena itu tambahan makanan bagi seorang ibu yang sedang
menyusui anaknya mutlak diperlukan. Dan walaupun tidak jelas pengaruh jumlah
air minum dalam jumlah yang cukup. Dianjurkan disamping bahan makanan sumber
protein seperti ikan, telur dan kacang-kacangan, bahan makanan sumber vitamin
juga diperlukan untuk menjamin kadar berbagai vitamin dalam ASI.
b. Ketentraman Jiwa dan Pikiran
Pembuahan
air susu ibu sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan. Ibu yang selalu dalam
keadaan gelisah, kurang percaya diri, rasa tertekan dan berbagai bentuk
ketegangan emosional, mungkin akan gagal dalam menyusui bayinya.
Pada ibu
ada 2 macam, reflek yang menentukan keberhasilan dalam menyusui bayinya, reflek
tersebut adalah:
-
Reflek Prolaktin
Reflek
ini secara hormonal untuk memproduksi ASI. Waktu bayi menghisap payudara ibu,
terjadi rangsangan neorohormonal pada putting susu dan aerola ibu. Rangsangan
ini diteruskan ke hypophyse melalui nervus vagus, terus kelobus anterior. Dari
lobus ini akan mengeluarkan hormon prolaktin, masuk ke peredaran darah dan
sampai pada kelenjar –kelenjar pembuat ASI. Kelenjar ini akan terangsang untuk
menghasilkan ASI.
-
Let-down Refleks (Refleks Milk Ejection)
Refleks
ini membuat memancarkan ASI keluar. Bila bayi didekatkan pada payudara ibu,
maka bayi akan memutar kepalanya kearah payudara ibu. Refleks memutarnya kepala
bayi ke payudara ibu disebut :”rooting reflex (reflex menoleh). Bayi secara
otomatis menghisap putting susu ibu dengan bantuan lidahnya. Let-down reflex
mudah sekali terganggu, misalnya pada ibu yang mengalami goncangan emosi,
tekanan jiwa dan gangguan pikiran. Gangguan terhadap let down reflex
mengakibatkan ASI tidak keluar. Bayi tidak cukup mendapat ASI dan akan
menangis. Tangisan bayi ini justru membuat ibu lebih gelisah dan semakin
mengganggu let down reflex.
c. Pengaruh persalinan
dan klinik bersalin
Banyak
ahli mengemukakan adanya pengaruh yang kurang baik terhadap kebiasaan
memberikan ASI pada ibu-ibu yang melahirkan di rumah sakit atau klinik bersalin
lebih menitik beratkan upaya agar persalinan dapat berlangsung dengan baik, ibu
dan anak berada dalam keadaan selamat dan sehat. Masalah pemebrian ASI kurang
mendapat perhatian. Sering makanan pertama yang diberikan justru susu buatan
atau susu sapi. Hal ini memberikan kesan yang tidak mendidik pada ibu, dan ibu
selalu beranggapan bahwa susu sapi lebih dari ASI. Pengaruh itu akan semakin
buruk apabila disekeliling kamar bersalin dipasang gambar-gambar atau poster
yang memuji penggunaan susu buatan.
d. Penggunaan alat kontrasepsi yang mengandung
estrogen dan progesteron.
Bagi
ibu yang dalam masa menyusui tidak dianjurkan menggunakan kontrasepsi pil yang
mengandung hormon estrogen, karena hal ini dapat mengurangi jumlah produksi ASI
bahkan dapat menghentikan produksi ASI secara keseluruhan oleh karena itu alat kontrasepsi
yang paling tepat digunakan adalah alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) yaitu
IUD atau spiral. Karena AKDR dapat merangsang uterus ibu sehingga secara tidak
langsung dapat meningkatkan kadar hormon oxitoksin, yaitu hormon yang dapat
merangsang produksi ASI.
e. Perawatan Payudara
Perawatan
fisik payudara menjelang masa laktasi perlu dilakukan, yaitu dengan mengurut
payudara selama 6 minggu terakhir masa kehamilan. Pengurutan tersebut
diharapkan apablia terdapat penyumbatan pada duktus laktiferus dapat
dihindarkan sehingga pada waktunya ASI akan keluar dengan lancar.
BAB
III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
·
Air Susu
Ibu merupakan makanan yang terbaik bagi bayi yang harus diberikan pada bayi
sampai bayi berusia 4 bulan tanpa makanan pendamping.
·
Adanya
kecenderungan semakin tinggi tingkat pendidikan semakin besar persentase ASI
secara Eksklusif.
·
Masih
rendahnya tingkat pengetahuan ibu-ibu tentang pemberian ASI.
·
Faktor lain yang
berpengaruh terhadap pemberian ASI adalah sikap ibu terhadap lingkungan
sosialnya dan kebudayaan dimana dia dididik. Apabila pemikiran tentang menyusui
dianggap tidak sopan dan memerlukan , maka “let down reflex” (reflex keluar)
akan terhambat. Sama halnya suatu kebudayaan tidak mencela penyusunan, maka
pengisapan akan tidak terbatas dan permintaan akan menolong pengeluaran ASI.
3.2. SARAN
·
Perlu meningkatan
penyuluhan kesehatan secara umum khususnya tentang ASI dan menyusui kepada
masyarakat, khususnya kepada ibu hamil tentang gizi dan perawatan payudara
selama masa kehamilan, sehingga produksi ASI cukup.
·
Perlu
ditingkatkan peranan tenaga kesehatan baik di rumah sakit, klinik bersalin,
Posyandu di dalam memberikan penyuluhan atau petunjuk kepada ibu hamil, ibu
baru melahirkan dan ibu menyusui tentang ASI dan menyusui.
·
Perlu
upaya yang dilakukan oleh kalangan ibu untuk meningkatkan penggunaan ASI.
DAFTAR PUSTAKA
Moehji,Sjahmien.
1992. Pemeliharaan Gizi Bayi dan Balita. Bharatara.
Mochtadi,Deday.1994.
Gizi untuk Bayi. Sinar Harapan :
Jakarta.
Moehji,Sjahmien.1992.
Ilmu Gizi. Bhratara, Jakarta.
Puspita,Theresia.1995.Bahan Kuliah Gizi Dalam Daur Kehidupan Akzi. Banda Aceh.
Roesli,U.
2005. Panduan Praktik Menyusui.
Jakarta : Puspawara
Saleha
.2004. Program Manajemen Laktasi.
Jakarta
http://botefilia
.com/index.php/archives/2009/01/10/asi-laktasi/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar