BAB II
Tinjauan pustaka
Hemoglobin adalah metaloprotein (protein yang mengandung zat besi) di dalam sel darah merah yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh, pada mamalia dan hewan lainnya. Hemoglobin juga pengusung karbon dioksida kembali menuju paru-paru untuk dihembuskan keluar tubuh. Molekul hemoglobin terdiri dari globin, apoprotein, dan empat gugus heme, suatu molekul organik dengan satu atom besi.
Mutasi pada gen protein hemoglobin mengakibatkan suatu golongan penyakit menurun yang
disebut hemoglobinopati, di antaranya yang paling sering ditemui adalah anemia sel sabit dan talasemia.
Gugus heme
Pada manusia dewasa, hemoglobin berupa
tetramer (mengandung 4 subunit protein), yang terdiri dari masing-masing dua
subunit alfa dan beta yang terikat secara nonkovalen. Subunit-subunitnya mirip
secara struktural dan berukuran hampir sama. Tiap subunit memiliki berat
molekul kurang lebih 16,000 Dalton, sehingga berat molekul total tetramernya menjadi
sekitar 64,000 Dalton. Tiap subunit hemoglobin mengandung satu heme, sehingga
secara keseluruhan hemoglobin memiliki kapasitas empat molekul oksigen:
Reaksi bertahap:
- Hb + O2 <-> HbO2
- HbO2 + O2 <-> Hb(O2)2
- Hb(O2)2 + O2
<-> Hb(O2)3
- Hb(O2)3 + O2
<-> Hb(O2)4
Reaksi keseluruhan:
- Hb + 4O2 -> Hb(O2)4
Ø Struktur Hemoglobin
Hemoglobin adalah
metaloprotein pengangkut oksigen yang mengandung besi dalam sel merah dalam
darah mamalia dan hewan lainnya. Hemoglobin adalah suatu protein dalam sel
darah merah yang mengantarkan oksigen dari paru-paru ke jaringan di seluruh
tubuh dan mengambil karbondioksida dari jaringan tersebut dibawa ke paru untuk
dibuang ke udara bebas.
Molekul hemoglobin
terdiri dari globin, apoprotein, dan empat gugus heme, suatu molekul organik
dengan satu atom besi. Mutasi pada gen protein hemoglobin mengakibatkan suatu
golongan penyakit menurun yang disebut hemoglobinopati, di antaranya yang
paling sering ditemui adalah anemia sel sabit dan talasemia.
Hemoglobin tersusun
dari empat molekul protein (globulin chain) yang terhubung satu sama lain.
Hemoglobin normal orang dewasa (HbA) terdiri dari 2 alpha-globulin chains dan 2
beta-globulin chains, sedangkan pada bayi yang masih dalam kandungan atau yang
sudah lahir terdiri dari beberapa rantai beta dan molekul hemoglobinnya
terbentuk dari 2 rantai alfa dan 2 rantai gama yang dinamakan sebagai HbF. Pada
manusia dewasa, hemoglobin berupa tetramer (mengandung 4 subunit protein), yang
terdiri dari masing-masing dua subunit alfa dan beta yang terikat secara nonkovalen.
Subunit-subunitnya mirip secara struktural dan berukuran hampir sama. Tiap
subunit memiliki berat molekul kurang lebih 16,000 Dalton, sehingga berat
molekul total tetramernya menjadi sekitar 64,000 Dalton.
Pada pusat molekul
terdapat cincin heterosiklik yang dikenal dengan porfirin yang menahan satu
atom besi; atom besi ini merupakan situs/loka ikatan oksigen. Porfirin yang
mengandung besi disebut heme Tiap subunit hemoglobin mengandung satu heme,
sehingga secara keseluruhan hemoglobin memiliki kapasitas empat molekul
oksigen. Pada molekul heme inilah zat besi melekat dan menghantarkan oksigen
serta karbondioksida melalui darah, zat ini pula yang menjadikan darah kita
berwarna merah.
Hemoglobin juga
berperan penting dalam mempertahankan bentuk sel darah yang bikonkaf, jika
terjadi gangguan pada bentuk sel darah ini, maka keluwesan sel darah merah
dalam melewati kapiler jadi kurang maksimal. Hal inilah yang menjadi alasan
mengapa kekurangan zat besi bisa mengakibatkan anemia. Nilai normal hemoglobin adalah
sebagai berikut :
·
Anak-anak
11 – 13 gr/dl
·
Lelaki dewasa 14 –
18 gr/dl
·
Wanita dewasa 12 – 16
gr/dl
·
Jika nilainya kurang dari nilai diatas bisa dikatakan
anemia, dan apabila nilainya kelebihan akan mengakibatkan polinemis.
B. Struktur Mioglobin
Mioglobin (BM 16700, disingkat Mb) merupakan protein
pengikat oksigen yang relatif sederhana, ditemukan dalam konsentrasi yang besar
pada tulang dan otot jantung, membuat jaringan ini berwarna merah yang
berfungsi sebagai penyimpan oksigen dan sebagai pembawa oksigen yang
meningkatkan laju transpor oksigen dalam sel otot. Mamalia yang menyelam
seperti ikan paus yang menyelam dalam waktu lama, memiliki mioglobin dalam
konsentrasi tinggi dalam ototnya. Protein seperti mioglobin juga banyak ditemukan
pada organisme sel tunggal. Mioglobin merupakan polipeptida tunggal dengan 153
residu asam amino dan satu molekul heme. Komponen protein dari mioglobin yang
disebut globin, merupakan rantai polipeptida tunggal yang berisi delapan
α-heliks (Gambar 1). Sekitar 78% residu asam amino dari protein ditemukan dalam
α-heliks ini.
Gambar 1. Struktur
mioglobin. Segmen delapan α-heliks (terlihat sebagai silinder) diberi label A
sampai H. Residu non heliks pada lipatan diberi label AB, CD, EF dan seterusnya
menandakan segmen yang disambung. Heme terikat pada ruang yang terbentuk oleh
heliks E dan F, meskipun residu asam amino dari segmen lain juga berpartisipasi
Lipatan rantai globin
membentuk celah yang hampir terisi gugus heme. Heme bebas [Fe2+] mempunyai
afinitas tinggi terhadap O2 dan dioksidasi searah membentuk hematin [Fe3+].
Hematin tidak dapat mengikat O2. Interaksi nonkovalen antara sisi asam amino
rantai dan cincin porfirin nonpolar yang mengandung celah sisi ikat oksigen
meningkatkan afinitas heme terhadap O2. Peningkatan afinitas melindungi Fe2+
dari oksidasi dan memungkinkan pengikatan oksigen yang reversibel. Semua asam
amino yang berinteraksi dengan heme nonpolar kecuali dua histidin, yang
berikatan langsung dengan atom besi heme dan histidin yang lain menstabilkan
sisi ikat oksigen. Ketika oksigen terikat pada heme bebas, aksis dari molekul
oksigen posisinya pada sudut ikatan Fe-O (Gambar 2a), berlawanan dengan hal ini,
ketika CO2 berikatan dengan heme bebas Fe, C dan O berada pada garis lurus
(Gambar 2b). Kedua kasus tersebut mencerminkan geometri orbital hibridisasi
masing-masing ligan. Pada mioglobin, His64 (His E7), pada sisi ikat O2 heme,
terlalu jauh untuk berkoordinasi dengan heme besi, tetapi berinteraksi dengan
ligan yang terikat pada heme. Residu ini disebut distal his, yang tidak berefek pada pengikatan oksigen
(Gambar 2c) tetapi dapat menghalangi pengikatan linier CO, menjelaskan
pengurangan pengikatan CO ke heme.
C. Fiksasi Oksigen
Protein yang
merupakan penyusun darah yang berperan mengikat oksigen adalah mioglobin.
Mioglobin tidak cocok sebagai protein pengangkut oksigen, tetapi efektif
sebagai protein penyimpan oksigen. Mioglobin pada jaringan otot merah mengikat
oksigen yang dalam keadaan kekurangan oksigen akan dilepas sehingga bisa
digunakan oleh mitokondria otot untuk sintesis ATP yang bergantung oksigen.
Mioglobin yang teroksigenasi, molekulo oksigen menempati posisi koordinasi
keenam dari atom besi dan juga gerakan His F8 serta residu yang secara kovalen
berikatan dengan His F8 ke arah bidang cincin. Gerakan ini menimbulkan
konformasi baru untuk bagian-bagian protein.
Ketika O2 berikatan dengan mioglobin, ikatan antara satu
molekul oksigen dengan Fe2+ berada tegak lurus
terhadap bidang heme. Molekul O2 kedua berikatan dengan sudut 121o terhadap bidang heme dan terarah menjauhi
histidin distal. Pengikiatan oksigen disertai dengan putusnya ikatan garam
anatar residu terminal karboksil pada keseluruhan subunit. Pengikatan O2
selanjutnya dipermudah karena jumlah ikatan garam yang putus menjadi lebih
sedikit. Perubahan ini mempengaruhi struktur hemoglobin. Satu pasang sub unit
α/ mengadakan
rotasi terhadap pasanganα/ lain, sehingga menempatlkan tentramer dan
meningkatkan afinitas heme terhadap O2.
Saat oksigenasi, atom besi
deoksihemoglobin bergerak ke dalam bidang cincin heme. Gerakan ini diteruskan
pada histidin proximal, yang bergerak menuju bidang cincin dan dan pada residu
asam amino yang melekat pada his F8. Oksigen yang telah terlepas dari
hemoglobin menuju ke jaringan, hemoglobin kemudian mengamgkut CO2 dan proton ke
dalam paru.
Ketika O2 berikatan dengan mioglobin, ikatan antara satu
molekul oksigen dengan Fe2+ berada tegak lurus
terhadap bidang heme. Molekul O2 kedua berikatan dengan sudut 121 derajat
terhadap bidang heme dab terarah menjauhi istidin distal.
Ø Hemoblobin
Pengikatan O2 disertai dengan putusnya ikatan garam antara
residu terminal karboksil pada keseluruhan empat sub unit. Pengikatan O2 berikutnya dipermudah karena jumlah ikatan garam
yang putus menjadi lebih sedikit. Perubahan ini juga sangat mempengaruhi
struktur sekunder, tersier, dan kwartener hemoglobin. Satu pasang subunit α/β
mengadakan rotasi terhadap pasangan α/β yang lain sehingga memampatkan tetramer
tersebut dan meningkatkan afinitas heme terhadap O2.
Struktur kuartener
hemoglobin yang teroksigenasi-sebagian dinyatakan sebagaistatus-T (taut,
tegang) dan struktur
kuartener hemoglobin yang teroksigenasi (HbO2) sebagai status R (rileks). R dan T juga digunakan untuk mencirikan struktur
kuartener enzim alosterik, dengan status T memiliki afinitas substrat yang
lebih rendah.Saat oksigenasi, atom besi deoksihemoglobin bergerak ke dalam
bidang cincin heme. Gerakan ini diteruskan pada histidin proksimal (F8), yang
bergerak menuju bidang cincin, dan pada residuasam amino yan melekat pada His
F8.
Kadar hemoglobin
Terdapat
bermacam-macam cara untuk menetapkan kadar hemoglobin tetapi yang sering
dikerjakan di laboratorium adalah yang berdasarkan kolorimeterik visual cara
Sahli dan
fotoelektrik cara sianmethemoglobin atau hemiglobinsianida. Cara Sahli kurang baik, karena tidak semua macam hemoglobin diubah menjadi hematin asam misalnya karboksihemoglobin, methemoglobin dan sulfhemoglobin . Selain itu alat untuk pemeriksaan hemoglobin cara Sahli tidak dapat distandarkan, sehingga ketelitian yang dapat dicapai hanya ±10%.
Cara sianmethemoglobin adalah cara yang dianjurkan untuk penetapan kadar hemoglobin di laboratorium karena larutan standar sianmethemoglobin sifatnya stabil, mudah diperoleh dan pada cara ini hampir semua hemoglobin terukur kecuali sulfhemoglobin. Pada cara ini ketelitian yang dapat dicapai ± 2%.
fotoelektrik cara sianmethemoglobin atau hemiglobinsianida. Cara Sahli kurang baik, karena tidak semua macam hemoglobin diubah menjadi hematin asam misalnya karboksihemoglobin, methemoglobin dan sulfhemoglobin . Selain itu alat untuk pemeriksaan hemoglobin cara Sahli tidak dapat distandarkan, sehingga ketelitian yang dapat dicapai hanya ±10%.
Cara sianmethemoglobin adalah cara yang dianjurkan untuk penetapan kadar hemoglobin di laboratorium karena larutan standar sianmethemoglobin sifatnya stabil, mudah diperoleh dan pada cara ini hampir semua hemoglobin terukur kecuali sulfhemoglobin. Pada cara ini ketelitian yang dapat dicapai ± 2%.
Berhubung
ketelitian masing-masing cara berbeda, untuk penilaian basil sebaiknya
diketahui cara mana yang dipakai. Nilai rujukan kadar hemoglobin tergantung
dari umur dan jenis kelamin. Pada bayi baru lahir, kadar hemoglobin lebih
tinggi dari pada orang dewasa yaitu berkisar antara 13,6 - 19, 6 g/dl. Kemudian
kadar hemoglobin menurun dan pada umur 3 tahun dicapai kadar paling rendah
yaitu 9,5 - 12,5 g/dl. Setelah itu secara bertahap kadar hemoglobin naik dan
pada pubertas kadarnya mendekati kadar pada dewasa yaitu berkisar antara 11,5 -
14,8 g/dl. Pada pria dewasa kadar hemoglobin berkisar antara 13 - 16 g/dl
sedangkan pada wanita dewasa antara 12 - 14 d/dl.
Pada wanita hamil
terjadi hemodilusi sehingga untuk batas terendah nilai rujukan ditentukan 10
g/dl.ada keadaan fisiologik kadar hemoglobin dapat bervariasi.
Kadar hemoglobin meningkat bila orang tinggal di tempat yang tinggi dari permukaan laut. Pada ketinggian 2 km dari permukaan laut, kadar hemoglobin kira-kira 1 g/dl lebih tinggi dari pada kalau tinggal pada tempat setinggi permukaan laut. Tetapi peningkatan kadar hemoglobin ini tergantung dari lamanya anoksia, juga tergantung dari respons individu yang berbeda-beda. Kerja fisik yang berat juga dapat menaikkan kadar hemoglobin, mungkin hal ini disebabkan masuknya sejumlah eritrosit yang tersimpan didalam kapiler-kapiler ke peredaran darah atau karena hilangnya plasma. Perubahan sikap tubuh dapat menimbulkan perubahan kadar hemoglobin yang bersifat sementara. Pada sikap berdiri kadar hemoglobin lebih tinggi dari pada berbaring. Variasi diurnal juga telah dilaporkan oleh beberapa peneliti, kadar hemoglobin tertinggi pada pagi hari dan terendah pada sore hari.Kadar hemoglobin yang kurang dari nilai rujukan merupakan salah satu tanda dari anemia.
Kadar hemoglobin meningkat bila orang tinggal di tempat yang tinggi dari permukaan laut. Pada ketinggian 2 km dari permukaan laut, kadar hemoglobin kira-kira 1 g/dl lebih tinggi dari pada kalau tinggal pada tempat setinggi permukaan laut. Tetapi peningkatan kadar hemoglobin ini tergantung dari lamanya anoksia, juga tergantung dari respons individu yang berbeda-beda. Kerja fisik yang berat juga dapat menaikkan kadar hemoglobin, mungkin hal ini disebabkan masuknya sejumlah eritrosit yang tersimpan didalam kapiler-kapiler ke peredaran darah atau karena hilangnya plasma. Perubahan sikap tubuh dapat menimbulkan perubahan kadar hemoglobin yang bersifat sementara. Pada sikap berdiri kadar hemoglobin lebih tinggi dari pada berbaring. Variasi diurnal juga telah dilaporkan oleh beberapa peneliti, kadar hemoglobin tertinggi pada pagi hari dan terendah pada sore hari.Kadar hemoglobin yang kurang dari nilai rujukan merupakan salah satu tanda dari anemia.
Menurut morfologi
eritrosit didalam sediaan apus, anemia dapat digolongkan atas 3 golongan yaitu
anemia mikrositik hipokrom, anemia makrositik dan anemia normositik normokrom
5. Setelah diketahui ada anemia kemudian ditentukan golongannya berdasarkan
morfologi eritrosit rata-rata. Untuk mencari penyebab suatu anemia diperlukan
pemeriksaan-pemeriksaan lebih lanjut.Bila kadar hemoglobin lebih tinggi dari
nilai rujukan, maka keadaan ini disebut polisitemia. Polisitemia ada 3 macam
yaitu polisitemia vera, suatu penyakit yang tidak diketahui penyebabnya; polisitemia
sekunder, suatu keadaan yang terjadi sebagai akibat berkurangnya saturasi
oksigen misalnya pada kelainan jantung bawaan, penyakit paru dan lain-lain,
atau karena peningkatan kadar eritropoietin misal pada tumor hati dan ginjal
yang menghasilkan eritropoietin berlebihan; dan polisitemia relatif, suatu keadaan
yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasmanya misal pada luka bakar.
Ø Laju endap darah
Proses pengendapan
darah terjadi dalam 3 tahap yaitu tahap pembentukan rouleaux, tahap pengendapan
dan tahap pemadatan.Di laboratorium cara untuk memeriksa laju endap darah yang
sering dipakai adalah cara Wintrobe dan cara Weetergren. Pada cara Wintrobe
nilai rujukan untuk wanita 0 - 20 mm/jam dan untuk pria 0 - 10 mm/jam, sedang
pada cara Westergren nilai rujukan untuk wanita 0 - 15 mm/jam dan untuk pria 0
- 10 mm/jam.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi laju endap darah adalah faktor eritrosit, faktor plasma dan faktor teknik. Jumlah eritrosit/ul darah yang kurang dari normal, ukuran eritrosit yang lebih besar dari normal dan eritrosit yang mudah beraglutinasi akan menyebabkan laju endap darah cepat. Walau pun demikian, tidak semua anemia disertai laju endap darah yang cepat. Pada anemia sel sabit, akantositosis, sferositosis serta poikilositosis berat, laju endap darah tidak cepat, karena pada keadaan-keadaan ini pembentukan rouleaux sukar terjadi.Pada polisitemia dimana jumlah eritrosit/µl darah meningkat, laju endap darah normal.Pembentukan rouleaux tergantung dari komposisi protein plasma.
Peningkatan kadar
fibrinogen dan globulin mempermudah pembentukan roleaux sehingga laju endap
darah cepat sedangkan kadar albumin yang tinggi menyebabkan laju endap darah
lambat.Laju endap darah terutama mencerminkan perubahan protein plasma yang
terjadi pada infeksi akut maupun kronik, proses degenerasi dan penyakit
limfoproliferatif. Peningkatan laju endap darah merupakan respons yang tidak
spesifik terhadap kerusakan jaringan dan merupakan petunjuk adanya penyakit.
Bila dilakukan
secara berulang laju endap darah dapat dipakai untuk menilai perjalanan
penyakit seperti tuberkulosis, demam rematik, artritis dan nefritis. Laju endap
darah yang
cepat menunjukkan suatau lesi yang aktif, peningkatan laju endap darah dibandingkan sebelumnya menunjukkan proses yang meluas, sedangkan laju endap darah yang menurun
dibandingkan sebelumnya menunjukkan suatu perbaikan.Selain pada keadaan patologik, laju endap darah yang cepat juga dapat dijumpai pada keadaan-keadaan fisiologik seperti pada waktu haid, kehamilan setelah bulan ketiga dan pada orang tua.
cepat menunjukkan suatau lesi yang aktif, peningkatan laju endap darah dibandingkan sebelumnya menunjukkan proses yang meluas, sedangkan laju endap darah yang menurun
dibandingkan sebelumnya menunjukkan suatu perbaikan.Selain pada keadaan patologik, laju endap darah yang cepat juga dapat dijumpai pada keadaan-keadaan fisiologik seperti pada waktu haid, kehamilan setelah bulan ketiga dan pada orang tua.
Dan akhirnya yang
perlu diperhatikan adalah faktor teknik yang dapat menyebabkan kesalahan dalam
pemeriksaan laju endap darah. Selama pemeriksaan tabung atau pipet harus tegak
lurus; miring 3° dapat menimbulkan kesalahan 30%. Tabung atau pipet tidak boleh
digoyang atau bergetar, karena ini akan mempercepat pengendapan. Suhu optimum
selama pemeriksaan adalah 20°C, suhu yang tinggi akan mempercepat pengendapan
dan sebaliknya suhu yang rendah akan memperlambat. Bila darah yang diperiksa
sudah membeku sebagian hasil pemeriksaan laju endap darah akan lebih lambat
karena sebagian fibrinogen sudah terpakai dalam pembekuan. Pemeriksaan laju
endap darah harus dikerjakan dalam waktu 2 jam
setelah pengambilan darah, karena darah yang dibiarkan terlalu lama akan berbentuk sferik sehingga sukar membentuk rouleaux dan hasil pemeriksaan laju endap darah menjadi lebih lambat.
Hitung leukosit
setelah pengambilan darah, karena darah yang dibiarkan terlalu lama akan berbentuk sferik sehingga sukar membentuk rouleaux dan hasil pemeriksaan laju endap darah menjadi lebih lambat.
Hitung leukosit
Terdapat dua cara
untuk menghitung leukosit dalam darah tepi. Yang pertama adalah cara manual
dengan memakai pipet leukosit, kamar hitung dan mikroskop. Cara kedua adalah
cara semi automatik dengan memakai alat elektronik. Cara kedua ini lebih unggul
dari cara pertama karena tekniknya lebih mudah, waktu yang diperlukan lebih
singkat dan kesalahannya lebih kecil yaitu ± 2%, sedang pada cara pertama
kesalahannya sampai ± 10%.Keburukan cara kedua adalah harga alat mahal dan
sulit untuk memperoleh reagen karena belum banyak laboratorium di Indonesia
yang memakai alat ini.Jumlah leukosit dipengaruhi oleh umur, penyimpangan dari
keadaan basal dan lain-lain.Pada bayi baru lahir jumlah leukosit tinggi,
sekitar 10.000 - 30.000/µl. Jumlah leukosit tertinggi pada bayi umur 12 jam
yaitu antara 13.000 - 38.000 /µl. Setelah itu jumlah leukosit turun secara
bertahap dan pada umur 21 tahun jumlah leukosit berkisar antara 4500 -
11.000/µl.
Pada keadaan basal
jumlah leukosit pada orang dewasa berkisar antara 5000 - 10.0004/µ1. Jumlah
leukosit meningkat setelah melakukan aktifitas fisik yang sedang, tetapi
jarang lebih dari 11.000/µl.Bila jumlah leukosit lebih dari nilai rujukan, maka keadaan tersebut disebut leukositosis. Leukositosis dapat terjadi secara fisiologik maupun patologik. Leukositosis yang fisiologik dijumpai pada kerja fisik yang berat, gangguan emosi, kejang, takhikardi paroksismal, partus dan haid.
jarang lebih dari 11.000/µl.Bila jumlah leukosit lebih dari nilai rujukan, maka keadaan tersebut disebut leukositosis. Leukositosis dapat terjadi secara fisiologik maupun patologik. Leukositosis yang fisiologik dijumpai pada kerja fisik yang berat, gangguan emosi, kejang, takhikardi paroksismal, partus dan haid.
Leukositosis yang
terjadi sebagai akibat peningkatan yang seimbang dari masing-masing jenis sel,
disebut balanced leokocytosis. Keadaan ini jarang terjadi dan dapat dijumpai
pada hemokonsentrasi. Yang lebih sering dijumpai adalah leukositosis yang
disebabkan peningkatan dari salah satu jenis leukosit sehingga timbul istilah
neutrophilic leukocytosis atau netrofilia, lymphocytic leukocytosis atau
limfositosis, eosinofilia dan basofilia. Leukositosis yang patologik selalu
diikuti oleh peningkatan absolut dari salah satu atau lebih jenis leukosit.
Leukopenia adalah keadaan dimana jumlah leukosit kurang dari 5000/0 darah. Karena pada hitung jenis leukosit, netrofil adalah sel yang paling tinggi persentasinya hampir selalu leukopenia disebabkan oleh netropenia.
Leukopenia adalah keadaan dimana jumlah leukosit kurang dari 5000/0 darah. Karena pada hitung jenis leukosit, netrofil adalah sel yang paling tinggi persentasinya hampir selalu leukopenia disebabkan oleh netropenia.
Hitung jenis
leukosit
Hitung jenis
leukosit hanya menunjukkan jumlah relatif dari masing-masing jenis sel. Untuk
mendapatkan jumlah absolut dari masing-masing jenis sel maka nilai relatif (%)
dikalikan jumlah leukosit total (sel/µl).Hitung jenis leukosit berbeda
tergantung umur. Pada anak limfosit lebih banyak dari netrofil segmen, sedang
pada orang dewasa kebalikannya. Hitung jenis leukosit juga bervariasi dari satu
sediaan apus ke sediaan lain, dari satu lapangan ke lapangan lain. Kesalahan
karena distribusi ini dapat mencapai 15%.Bila pada hitung jenis leukosit,
didapatkan eritrosit berinti lebih dari 10 per 100 leukosit, maka jumlah
leukosit/µl perlu dikoreksi.
Netrofilia
Netrofilia adalah suatu keadaan dimana jumlah netrofil lebih dari 7000/µl dalam darah tepi. Penyebab biasanya adalah infeksi bakteri, keracunan bahan kimia dan logam berat, gangguan metabolik seperti uremia, nekrosia jaringan, kehilangan darah dan kelainan mieloproliferatif.
Banyak faktor yang mempengaruhi respons netrofil terhadap infeksi, seperti penyebab infeksi, virulensi kuman, respons penderita, luas peradangan dan pengobatan. Infeksi oleh bakteri seperti Streptococcus hemolyticus dan Diplococcus pneumonine menyebabkan netrofilia yang berat, sedangkan infeksi oleh Salmonella typhosa dan Mycobacterium tuberculosis tidak menimbulkan netrofilia. Pada anak-anak netrofilia biasanya lebih tinggi dari pada orang dewasa.
Netrofilia adalah suatu keadaan dimana jumlah netrofil lebih dari 7000/µl dalam darah tepi. Penyebab biasanya adalah infeksi bakteri, keracunan bahan kimia dan logam berat, gangguan metabolik seperti uremia, nekrosia jaringan, kehilangan darah dan kelainan mieloproliferatif.
Banyak faktor yang mempengaruhi respons netrofil terhadap infeksi, seperti penyebab infeksi, virulensi kuman, respons penderita, luas peradangan dan pengobatan. Infeksi oleh bakteri seperti Streptococcus hemolyticus dan Diplococcus pneumonine menyebabkan netrofilia yang berat, sedangkan infeksi oleh Salmonella typhosa dan Mycobacterium tuberculosis tidak menimbulkan netrofilia. Pada anak-anak netrofilia biasanya lebih tinggi dari pada orang dewasa.
Pada penderita yang lemah, respons
terhadap infeksi kurang sehingga sering tidak disertai netrofilia. Derajat
netrofilia sebanding dengan luasnya jaringan yang meradang karena jaringan
nekrotik akan melepaskan leukocyte promoting substance sehingga abses yang luas
akan menimbulkan netrofilia lebih berat daripada bakteremia yang ringan.
Pemberian adrenocorticotrophic hormone (ACTH) pada orang normal akan
menimbulkan netrofilia tetapi pada penderita infeksi berat tidak dijumpai
netrofilia. Rangsangan yang menimbulkan netrofilia dapat mengakibatkan
dilepasnya granulosit muda keperedaran darah dan keadaan ini disebut pergeseran
ke kiri atau shift to the left. Pada infeksi ringan atau respons penderita yang
baik, hanya dijumpai netrofilia ringan dengan sedikit sekali pergeseran ke kiri.
Sedang pada infeksi berat dijumpai netrofilia berat dan banyak ditemukan sel
muda. Infeksi tanpa netrofilia atau dengan netrofilia ringan disertai banyak
sel muda menunjukkan infeksi yang tidak teratasi atau respons penderita yang
kurang.Pada infeksi berat dan keadaan toksik dapat dijumpai tanda degenerasi,
yang sering dijumpai pada netrofil adalah granula yang lebih kasar dan gelap
yang disebut granulasi toksik. Disamping itu dapat dijumpai inti piknotik dan
vakuolisasi baik pada inti maupun sitoplasma.
Eosinofilia
Eosinofilia adalah suatu keadaan dimana jumlah eosinofil lebih dari 300/µl darah. Eosinofilia terutama dijumpai pada keadaan alergi. Histamin yang dilepaskan pada reaksi antigen-antibodi merupakan substansi khemotaksis yang menarik eosinofil. Penyebab lain dari eosinofilia adalah penyakit kulit kronik, infeksi dan infestasi parasit, kelainan hemopoiesis seperti polisitemia vera dan leukemia granulositik kronik.
Eosinofilia adalah suatu keadaan dimana jumlah eosinofil lebih dari 300/µl darah. Eosinofilia terutama dijumpai pada keadaan alergi. Histamin yang dilepaskan pada reaksi antigen-antibodi merupakan substansi khemotaksis yang menarik eosinofil. Penyebab lain dari eosinofilia adalah penyakit kulit kronik, infeksi dan infestasi parasit, kelainan hemopoiesis seperti polisitemia vera dan leukemia granulositik kronik.
Basofilia
Basofilia adalah suatu keadaan dimana jumlah basofil lebih dari 100/µl darah. Basofilia sering dijumpai pada polisitemia vera dan leukemia granulositik kronik. Pada penyakit alergi seperti eritroderma, urtikaria pigmentosa dan kolitis ulserativa juga dapat dijumpai basofilia. Pada reaksi antigen-antibodi basofil akan melepaskan histamin dari granulanya.
Basofilia adalah suatu keadaan dimana jumlah basofil lebih dari 100/µl darah. Basofilia sering dijumpai pada polisitemia vera dan leukemia granulositik kronik. Pada penyakit alergi seperti eritroderma, urtikaria pigmentosa dan kolitis ulserativa juga dapat dijumpai basofilia. Pada reaksi antigen-antibodi basofil akan melepaskan histamin dari granulanya.
Limfositosis
Limfositosis adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan jumlah limfosit lebih dari 8000/µl pada bayi dan anak-anak serta lebih dari 4000/µl darah pada dewasa. Limfositosis
dapat disebabkan oleh infeksi virus seperti morbili, mononukleosis infeksiosa; infeksi kronik seperti tuberkulosis, sifilis, pertusis dan oleh kelainan limfoproliferatif seperti leukemia limfositik kronik dan makroglobulinemia primer.
Limfositosis adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan jumlah limfosit lebih dari 8000/µl pada bayi dan anak-anak serta lebih dari 4000/µl darah pada dewasa. Limfositosis
dapat disebabkan oleh infeksi virus seperti morbili, mononukleosis infeksiosa; infeksi kronik seperti tuberkulosis, sifilis, pertusis dan oleh kelainan limfoproliferatif seperti leukemia limfositik kronik dan makroglobulinemia primer.
Monositosis
Monositosis adalah suatu keadaan dimana jumlah monosit lebih dari 750/µl pada anak dan lebih dari 800/µl darah pada orang dewasa. Monositosis dijumpai pada penyakit mieloproliferatif seperti leukemia monositik akut dan leukemia mielomonositik akut; penyakit kollagen seperti lupus eritematosus sistemik dan reumatoid artritis; serta pada beberapa penyakit infeksi baik oleh bakteri, virus, protozoa maupun jamur.
Monositosis adalah suatu keadaan dimana jumlah monosit lebih dari 750/µl pada anak dan lebih dari 800/µl darah pada orang dewasa. Monositosis dijumpai pada penyakit mieloproliferatif seperti leukemia monositik akut dan leukemia mielomonositik akut; penyakit kollagen seperti lupus eritematosus sistemik dan reumatoid artritis; serta pada beberapa penyakit infeksi baik oleh bakteri, virus, protozoa maupun jamur.
Perbandingan antara
monosit : limfosit mempunyai arti prognostik pada tuberkulosis. Pada keadaan
normal dan tuberkulosis inaktif, perbandingan antara jumlah monosit dengan
limfosit lebih kecil atau sama dengan 1/3, tetapi pada tuberkulosis aktif dan
menyebar, perbandingan tersebut lebih besar dari 1/3.
Netropenia
Netropenia adalah suatu keadaan dimana jumlah netrofil kurang dari 2500/µl darah. Penyebab netropenia dapat dikelompokkan atas 3 golongan yaitu meningkatnya pemindahan netrofil dari peredaran darah, gangguan pembentukan netrofil dan yang terakhir yang tidak diketahui penyebabnya.Termasuk dalam golongan pertama misalnya umur netrofil yang memendek karena drug induced. Beberapa obat seperti aminopirin bekerja sebagai hapten dan merangsang pembentukan antibodi terhadap leukosit. Gangguan pembentukan dapat terjadi akibat radiasi atau obat-obatan seperti kloramfenicol, obat anti tiroid dan fenotiasin; desakan dalam sum-sum tulang oleh tumor. Netropenia yang tidak diketahui sebabnya misal pada infeksi seperti tifoid, infeksi virus, protozoa dan rickettisa; cyclic neutropenia, dan chronic idiopathic neutropenia.
Netropenia adalah suatu keadaan dimana jumlah netrofil kurang dari 2500/µl darah. Penyebab netropenia dapat dikelompokkan atas 3 golongan yaitu meningkatnya pemindahan netrofil dari peredaran darah, gangguan pembentukan netrofil dan yang terakhir yang tidak diketahui penyebabnya.Termasuk dalam golongan pertama misalnya umur netrofil yang memendek karena drug induced. Beberapa obat seperti aminopirin bekerja sebagai hapten dan merangsang pembentukan antibodi terhadap leukosit. Gangguan pembentukan dapat terjadi akibat radiasi atau obat-obatan seperti kloramfenicol, obat anti tiroid dan fenotiasin; desakan dalam sum-sum tulang oleh tumor. Netropenia yang tidak diketahui sebabnya misal pada infeksi seperti tifoid, infeksi virus, protozoa dan rickettisa; cyclic neutropenia, dan chronic idiopathic neutropenia.
Limfopenia
Pada orang dewasa limfopenia terjadi bila jumlah limfosit kurang dari 1000/µl dan pada anak-anak kurang dari 3000/µl darah. Penyebab limfopenia adalah produksi limfosit yang menurun seperti pada penyakit Hodgkin, sarkoidosis; penghancuran yang meningkat yang dapat disebabkan oleh radiasi, kortikosteroid dan obat-obat sitotoksis; dan kehilangan yang meningkat seperti pada thoracic duct drainage dan protein losing enteropathy.
Pada orang dewasa limfopenia terjadi bila jumlah limfosit kurang dari 1000/µl dan pada anak-anak kurang dari 3000/µl darah. Penyebab limfopenia adalah produksi limfosit yang menurun seperti pada penyakit Hodgkin, sarkoidosis; penghancuran yang meningkat yang dapat disebabkan oleh radiasi, kortikosteroid dan obat-obat sitotoksis; dan kehilangan yang meningkat seperti pada thoracic duct drainage dan protein losing enteropathy.
Eosinopenia dan lain-lain
Eosinopenia terjadi bila jumlah
eosinofil kurang dari 50/µl darah. Hal ini dapat dijumpai pada keadaan stress
seperti syok, luka bakar, perdarahan dan infeksi berat; juga dapat terjadi pada
hiperfungsi koreks adrenal dan pengobatan dengan kortikosteroid. Pemberian
epinefrin akan menyebabkan penurunan jumlah eosinofil dan basofil, sedang
jumlah monosit akan menurun pada infeksi akut. Walaupun demikian, jumlah
basofil, eosinofil dan monosit yang kurang dari normal kurang bermakna dalam
klinik. Pada hitung jenis leukosit pada pada orang normal, sering tidak
dijumlah basofil maupun eosinofil.
Kadar normal hemoglobin
Kadar hemoglobin menggunakan
satuan gram/dl. Yang artinya banyaknya gram hemoglobin dalam 100 mililiter darah.
Nilai
normal hemoglobin tergantung dari umur pasin :
- Bayi
baru lahir : 17-22 gram/dl
- Umur
1 minggu : 15-20 gram/dl
- Umur
1 bulan : 11-15 gram/dl
- Anak
anak : 11-13 gram/dl
- Lelaki
dewasa : 14-18 gram/dl
- Perempuan
dewasa : 12-16 gram/dl
- Lelaki
tua : 12.4-14.9 gram/dl
- Perempuan
tua : 11.7-13.8 gram/dl
Nilai
diatas dapat berbeda pada masing masing laboratorium namun tidak akan terlalu
jauh dari nilai diatas. Ada pula laboratorium yang tidak membedakan antara
lelaki atau perempuan dewasa dengan lelaki atau perempuan tua.
Kadar
hemoglobin dalam darah yang rendah dikenal dengan istilah anemia. Ada banyak
penyebab anemia diantaranya yang paling sering adalah perdarahan, kurang gizi,
gangguan sumsum tulang, pengobatan kemoterapi dan abnormalitas hemoglobin
bawaan.
Struktur
Molekul hemoglobin manusia terbina
daripada empat subunit protein berbentuk globul (iaitu hampir berbentuk sfera). Oleh
sebab satu subunit dapat membawa satu molekul oksigen, maka secara efektifnya
setiap molekul hemoglobin dapat membawa empat molekul oksigen. Setiap subunit
pula terdiri daripada satu rantai polipeptida yang mengikat kuat sebuah molekul
lain, dipanggil heme.
Struktur heme adalah
lebih kurang sama dengan klorofil. Ia terdiri daripada satu molekul bukan protein berbentuk
cincin yang dinamai porphyrin, dan satu atom besi (Fe) yang terletak di tengah-tengah molekul porphyrin
tadi. Di sinilah oksigen akan diikat semasa darah melalui peparu.Terdapat dua
keadaan pengoksidaan atom Fe iaitu +2 dan +3 (ion Fe2+ dan
Fe3+ masing-masing). Hemoglobin dalam keadan normal membawa ion
Fe2+, tetapi adakalanya ion ini dioksidakan kepada Fe3+.
Hemoglobin yang membawa ion Fe3+ dipanggil
methemoglobin. Methemoglobin tidak
mampu mengikat oksigen, jadi ion Fe3+ ini perluditurunkan kepada Fe2+. Proses ini memerlukan NADH,
iaitu sebuah koenzim pembawa hidrogen, dan dimangkin oleh enzim NADH cytochrome
b5 reductase
Terdapat beberapa jenis
hemoglobin. Dalam darah manusia dewasa, hemoglobin yang paling banyak ialah
hemoglobin A (HbA), yang terdiri daripada dua subunit α dan dua subunit β.
Konfigurasi ini dinamai α2β2. Setiap subunit terdiri
daripada 141 dan 146 molekul asid amino masing-masing.Oksihemoglobin terbentuk
apabila molekul oksigen diikat kepada hemoglobin. Proses ini berlaku di
kapilari darah di dalam peparu. Oksihemogloin berwarna merah terang. Setelah oksigen
digunakan oleh tubuh, hemoglobin dipanggil deoksihemoglobin. Ia berwarna merah
gelap.
Cara Mengukur
Terdapat beberapa cara bagi mengukur
kandungan hemoglobin dalam darah, kebanyakannya dilakukan secara automatik oleh mesin yang
direka khusus untuk membuat beberapa ujian terhadap darah. Di dalam mesin ini,
seldarah merah diceraikan untuk mengasingkan hemoglobin dalam
bentuk larutan. Hemoglobin yang terbebas ini dicampur dengan bahan kimia yang
mengandungi cyanide yang mengikat kuat dengan molekul hemoglobin untuk
membentuk cyanmethemoglobin. Dengan menyinarkan cahaya melalui larutan cyanmethemoglobin dan mengukur
jumlah cahaya yang diserap (khususnya bagi gelombang antara 540
nanometer), jumlah hemoglobin dapat ditentukan.
Penetapan Kadar Hemoglobin
Hemoglobin dapat ditetapkan
dengan berbagai cara, antara lain metode sahli, metode oksihemoglobin, atau
metode sianmethemoglobin. Metode sahli tidak dianjurkan karena mempunyai
kesalahan yang besar, alatnya tidak dapat distandarisasi, dan tidak semua jenis
hemoglobin dapat ditetapkan sebagai contoh karboksihemoglobin, methemoglobin,
dan sulfahemoglobin.
Hanya ada 2 metode yang dapat
diterima dalam hemoglobinometri klinik, yaitu oksihemoglobin, dan
sianmethemoglobin. Keduanya merupakan cara spektrofotometrik. Metode
oksihemoglobin hanya mengukur semua hemoglobin yang dapat diubah menjadi
oksihemoglobin, sedang karboksihemoglobin dan senyawa hemoglobin yang lain
tidak terukur.
Internasional
Committe for Standarization in Hematology (ICSH) merekomendasikan metode
sianmethemoglobin, sebab selain mudah dilakukan juga mempunyai standar yang
stabil dan hampir semua jenis hemoglobin terukur kecuali sulfahemoglobin.
1.
Metode Sahli
a.
Dasar
Metode sahli merupakan satu cara penetapan hemoglobin secara
visual. Darah diencerkan dengan larutan HCl sehingga hemoglobin berubah menjadi
hematin asam. Untuk dapat menentukan kadar hemoglobin dilakukan dengan
mengencerkan larutan campuran tersebut dengan aquadest sampai warnanya sama
dengan warna batang gelas standar.
b.
Peralatan dan Pereaksi
- alat
untuk mengambil darah vena atau darah kapiler
- hemometer
sahli, yang terdiri atas
- tabung
pengencer. panjang 12cm, dinding bergaris mulai angka 2(bawah) s/d
22(atas)
- dua
tabung standar warna
- pipet
Hb. dengan pipa karet panjang 12,5 cm terdapat angka 20
- pipet
HCl
- botol
tempat aquadest dan HCl 0,1N
- batang
pengaduk (dari glass)
- larutan
HCl 0,1N
- aquadest
c.
Spesimen
Dapat
berupa darah kapiler atau darah vena (darah EDTA)
d.
Cara Kerja
- isi
tabung pengencer dengan HCl 0,1N sampai angka 2
- dengan
pipet Hb, hisap darah sampai angka 20 mm, jangan sampai ada gelembung
udara yang ikut terhisap
- hapus
darah yang ada pada ujung pipet dengan tissue
- tuangkan
darah ke dalam tabung pengencer, bilas dengan aquadest bila masih ada
darah dalam pipet
- biarkan
satu menit
- tambahkan
aquadest tetes demi tetes, aduk dengan batang kaca pengaduk
- bandingkan
larutan dalam tabung pengencer dengan warna larutan standar
- bila
sudah sama penambahan aquades dihentikan, baca kadar Hb pada skala yang
ada ditabung pengencer
e.
Nilai Normal menurut Dacie
- dewasa
laki-laki : 13,5 – 18,0 gr%
- dewasa
wanita : 11,5 – 16,5 gr%
- bayi
(< 3bln) : 13,6 – 19,6 gr%
- umur
1 tahun : 11,0 – 13,0 gr%
- umur
12 tahun :11,5 – 14,8 gr%
f.
Sumber Kesalahan
- tidak
semua hemoglobin berubah menjadi hematin asam seperti karboksihemoglobin,
methemoglobin, sulfahemoglobin.
- cara
visual mempunyai kesalahan inheren 15-30%, sehingga tidak dapat untuk
menghitung indeks eritrosit.
- sumber
kesalahan yang sering terjadi :
- kemampuan
untuk membedakan warna tidak sama
- sumber
cahaya yang kurang baik.
- kelelahan
mata
- alat-alat
kurang bersih
- ukuran
pipet kurang tepat, perlu dikalibrasi
- pemipetan
yang kurang akurat
- warna
gelas standar pucat / kotor dan lain sebagainya
- penyesuaian
warna larutan yang diperiksa dalam komparator kurang akurat.
2.
Metode Oksihemoglobin
metode yang paling sederhana dan tercepat dalam fotometri.
Tetapi keterandalan ini tidak dipengaruhi oleh kenaikan bilirubin plasma.
Kerugiannya standar oksihemoglobin tidak stabil.
a.
Dasar
Darah
dicampur dengan larutan Natrium Karbonat 0,1% atau amonium hidroksida dan
dikocok terjadi oksihemoglobin, intensitas warnanya diukur secara
spektofotometrik.
b.
Peralatan dan Pereaksi
- Na-Karbonat
0,1% atau NH4OH 0,04%
- pipet
ukur 5 ml
- mikropipet
20 mikroliter
- tabung
reaksi ukuran 75X10mm
- spektofotometer.
c.
Cara Kerja
- siapkan
tabung reaksi yang berisi 5 ml larutan Na-Karbonat 0,1%
- tambahkan
EDTA atau Darah kapiler 20 mikro, bilaslah mikropipet yang digunakan,
paling sedikit 3 kali.
- tutuplah
tabung reaksi tersebut dan kocoklah 10 detik. baca serapan dengan
spektrofotometri pada 540 nm
- baca
kadar hemoglobinnya pada kuvet kalibrasi yang telah dipersiapkan
sebelumnya.
3.
Metode Sianmethemoglobin
a.
Dasar
Ferrosianida mengubah besi pada Hb
dari bentuk ferro ke bentuk ferri menjadi methemoglobin yang kemudian bereaksi
dengan KCN membentuk pigmen yang stabil yaitu sianmethemoglobin. Intensitas
warna yang terbentuk yang diukur fotometrok 540 nm. Kalium-hidrogen-fosfat
digunakan agar pH tetap di mana reaksi dapat berlangsung sempurna pada saat
yang tepat. Deterjen berfungsi mempercepat hemolisa darah serta mencegah
kekeruhan yang terjadi oleh protein plasma.
b.
Peralatan dan Pereaksi
- mikropipet
20 mikroliter / mmk atau pipet Sahli
- pipet
volumetrik 5 ml
- tabung
reaksi ukuran 75 x 10mm
- spektrofotometer/kolorimeter
dengan panjang gelombang 540 nm
- larutan
Drabkin atau modifikasinya (diperdagangkan dalam bentuk kit), yang berisi
kandungan :
- kalium
ferrosianida 200mg
- KCN
50 mg
- Kalium
Hydrogen fosfat 140 mg
- detergen
0,5-1 ml
- aquadest
/ detenized water ad. 1000 ml
c.
Spesimen
Darah
kapiler atau darah EDTA
d.
Cara Kerja
- ke
dalam tabung reaksi 75 x 10 mm, pipetkan 5 ml pereaksi
- dengan
mikropipet tambahkan 20mikroliter / mmk darah penderita ke dalam pereaksi
tersebut serta hindarilah terjadinya gelembung dan bersihkan bagian
mikropipet.
- campurkan
isinya dan iarkan pada suhu kamar selama 3-5 menit dan serapannya dibaca
dalam spektrofotometri pada panjang gelombang 540nm dengan pereaksi
sebagai blangko
- kadar
hemoglobin dapat dibaca pada kurva kalibrasi atau dihitung dengan
menggunakan faktor; dimana kadar Hb = serapan x faktor kurva kalibrasi dan
faktor telah dipersiapkan sebelumnya.
e.
Pembuatan Kurva Kalibrasi dan Perhitungan faktor.
Sebelum fotometer dipergunakan untuk penetapan kadar
hemoglobin, harus dikalibrasi dulu, atau dihitung faktornya. Untuk keperluan
tersebut dipergunakan larutan standart hemisianida (sianmethemoglobin) dan
pengenceran larutan tersebut dalam pereaksi Drapkin. Kadar Hb dari larutan
standart hemisianida dapat dihitung dalam gr/100ml atau gr/dl sebagai berikut :
Kadar
HbLarutan Standart = Kadar hemisianida mg/dl = X (500 +
20) mikroliter = kadar hemisianida X 0,251 mg/dl
1000/100
20 mikroliter
Buatlah pengenceran larutan standar 100, 75, 50, 25, dan 0%
sebagai blanko dengan larutan Drapkin. Setelah masing-masing tercampur sempurna
biarkan pada suhu kamar 3 menit dan baca serapan pada fotometer dengan 540 nm.
Buatlah kurvanya dengan kadar Hb sebagai absisi dan serapan sebagai ordinat,
maka hasil percobaan serapan pasien tinggi memplotkan pada kurva tera. Atau
menggunakan factor sebagai berikut :
Faktor
(F) = Jumlah Kadar Hb
Jumlah
Serapan
f.
Pengawasan Mutu
Hemolisat yang dipergunakan atau dibuat sendiri dengan
standar hemosianida, CV optimal = 3% dan CV tidak boleh lebih dari 6%
g.
Sumber Kesalahan
- terjadinya
jendalan darah
- darah
yang hipemik menyebabkan hasilnya lebih tinggi dari seharusnya.
- leukositosis
berat mempengaruhi pengukuran lebih rendah dari seharusnya
- kerusakan
pereaksi
- pemipetan
yang tidak akurat
- fotometer
yang kurang baik
BAB III
Metode Percobaan
3.1
Alat dan Bahan
Alat
Ø
Tabung
reaksi
Ø
Fotometer
Ø
mikropipet
Ø
Tip
Ø
Rak
tabung reaksi
Ø
Sentrifuge
Ø
Spuit
Ø
Tisu
Bahan
Ø Reagen
hemoglobin 2500 ul
Ø Sampel
darah 10 ul
Ø Standar
hemoglobin 2500 ul
3.2
Prosedur Percoban
Ø Siapkan
alat,tabung reaksi dan reagen hemoglobin,standart hemoglobin juga sampel serum.
Ø Kemudian
pipet reagen hemoglobin sebanyak 2500ul kedalam tabung reaksi kemudian
bersihkan tip dengan tissue agar reagen tidak terkontaminasi.
Ø Lalu
pipet lagi reagen hemoglobin sebanyak 2500ul ke dalam tabung reaksi dan tambahkan
standar hemoglobin sebanyak 10ul.
Ø Kemudian
pipet reagen hemoglobin lagi sebanyak 2500 ke dalam tabung reaksi lalu
tambahkan serum sebanyak 5ul.
Ø Kemudian
inkubasi ke tiga tabung reaksi selama 5 menit.
Ø Lalu
baca hasil pada photometer.
Diagram Alir
2500 ul reagen Hb
Tabung reaksi
|
2500 ul reagen Hb + standar HB 10 ul
Tabung reaksi
|
2500 ul reagen Hb + serum 10 ul
Tabung reaksi
|
Inkubasi selama 5 menit lalu baca pada fotometer.
Pada Sampel : C =16,1 gr/dl
C = 16,1 gr/dl (normal)
|
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Hemoglobin adalah metaloprotein (protein yang mengandung zat besi) di dalam sel darah merah yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh,[1] pada mamalia dan hewan lainnya. Hemoglobin juga pengusung karbon dioksida kembali menuju paru-paru untuk dihembuskan keluar tubuh. Molekul hemoglobin terdiri dari globin, apoprotein, dan empat gugus heme, suatu molekul organik dengan satu atom besi.
Mutasi pada gen protein hemoglobin mengakibatkan suatu golongan penyakit menurun yang
disebut hemoglobinopati, di antaranya yang paling sering ditemui adalah anemia sel sabit dan talasemia.
Tes hemoglobin adalah suatu tes darah yang digunakan untuk
menentukan berapa banyak hemoglobin pasien menderita dalam tubuh-nya. Tes ini
biasanya dilakukan sebagai bagian dari jumlah darah lengkap, screening rutin
yang memeriksa pada tingkat beberapa komponen darah. Tingkat hemoglobin yang
berbeda dari norma dapat merupakan indikasi dari berbagai masalah kesehatan,
dan tes ini dapat menjadi alat diagnostik yang sangat berguna. Selain itu,
orang dapat menggunakan tes hemoglobin untuk memantau kemajuan berbagai kondisi
medis seperti anemia.
Hemoglobin adalah protein yang ditemukan secara alami dalam darah. Ia melakukan banyak fungsi, namun salah satu paling penting adalah transportasi oksigen ke seluruh tubuh. Pada orang dewasa, tingkat hemoglobin berkisar antara 12 dan 18 gram per decaliter, dengan tingkat yang lebih rendah pada wanita hamil. Anak-anak cenderung memiliki antara 11 dan 16 gram per decaliter. Hal ini dimungkinkan untuk tes hemoglobin untuk mengungkapkan bilangan yang mungkin lebih tinggi atau lebih rendah dari norma.Tingkat rendah pada tes hemoglobin dapat menunjukkan adanya anemia dan masalah seperti kekurangan gizi, sedangkan tingkat tinggi yang terkait dengan hal-hal seperti dehidrasi dan penyakit jantung. Hal ini juga memungkinkan untuk melakukan tes pada hemoglobin itu sendiri untuk mempelajari lebih lanjut tentang kondisi pasien. Sebuah hemoglobin glycated atau tes A1c, misalnya, memeriksa jumlah glukosa dalam darah, indikator diabetes kurang dikelola atau peningkatan risiko terkena diabetes.
Hemoglobin adalah protein yang ditemukan secara alami dalam darah. Ia melakukan banyak fungsi, namun salah satu paling penting adalah transportasi oksigen ke seluruh tubuh. Pada orang dewasa, tingkat hemoglobin berkisar antara 12 dan 18 gram per decaliter, dengan tingkat yang lebih rendah pada wanita hamil. Anak-anak cenderung memiliki antara 11 dan 16 gram per decaliter. Hal ini dimungkinkan untuk tes hemoglobin untuk mengungkapkan bilangan yang mungkin lebih tinggi atau lebih rendah dari norma.Tingkat rendah pada tes hemoglobin dapat menunjukkan adanya anemia dan masalah seperti kekurangan gizi, sedangkan tingkat tinggi yang terkait dengan hal-hal seperti dehidrasi dan penyakit jantung. Hal ini juga memungkinkan untuk melakukan tes pada hemoglobin itu sendiri untuk mempelajari lebih lanjut tentang kondisi pasien. Sebuah hemoglobin glycated atau tes A1c, misalnya, memeriksa jumlah glukosa dalam darah, indikator diabetes kurang dikelola atau peningkatan risiko terkena diabetes.
Daftar Pustaka
http://id.shvoong.com/medicine-and-health/nutrition/2016231-apa-artinya-hb-rendah-dan/#ixzz1dNC6EE6Q
Harper, V. W Rodwell, P. A Mayes. 1979. Biokimia. Jakarta: EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar