BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan
pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan,
sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan
bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan. Penyuluhan
kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan
prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana individu,
keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu
bagaimana caranya dan melakukan apa yang bisa dilakukan, secara perseorangan
maupun secara kelompok dan meminta pertolongan (Effendy, 1998).
Pendidikan kesehatan adalah suatu
proses perubahan pada diri seseorang yang dihubungkan dengan pencapaian tujuan
kesehatan individu, dan masyarakat. Pendidikan kesehatan tidak dapat diberikan
kepada seseorang oleh orang lain, bukan seperangkat prosedur yang harus
dilaksanakan atau suatu produk yang harus dicapai, tetapi sesungguhnya
merupakan suatu proses perkembangan yang berubah secara dinamis, yang
didalamnya seseorang menerima atau menolak informasi, sikap, maupun praktek
baru, yang berhubungan dengan tujuan hidup sehat (Suliha, dkk., 2002).
1.2 Tujuan
1.
Mampu
memahami dan mengetahui perencanaan dalam penyuluhan
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Pengertian Perencanaan Program Penyuluhan
Venugopal
(Mardikanto,1993) mendefinisikan perencanaan program penyuluhan
sebagai suatu prosedur kerja bersama-sama masyarakat dalam upaya
untuk merumuskan
masalah (keadaan-keadaan yang belum memuaskan) dan upaya
pemecahan yang mungkin dapat dilakukan demi tercapainya
tujuan dan sasaran yang ingin dicapai.
Pendapat yang
hampir sama dikemukakan oleh Mueller (Mardikanto,1993) yang mengartikan perencanaan
program sebagai upaya sadar yang dirancang atau dirumuskan guna tercapainya
tujuan (Kebutuhan, keinginan, minat) masyarakat, untuk siapa program tersebut
ditujukan.
Dalam kaitan
perencanaan program ini Martinez (Mardikanto, 1993) mengungkapkan bahwa
perencanaan program merupakan upaya perumusan, pengembangan,dan pelaksanaan
program-program. Perencanaan program merupakan suatu proses yang berkelanjutan,
melalui semua warga masyarakat, penyuluh dan para ilmuwan memusatkan
pengetahuan dan keputusan keputusan dalam upaya mencapai pembangunan yang
mantap. Di dalam perencanaan program, sedikitnya terdapat tiga pertimbangan
yang menyangkut: hal-hal, waktu, dan cara kegiatan-kegiatan yang direncanakan
itu dilaksanakan.
Martinez juga
menekankan bahwa perencanaan program merupakan proses berkelanjutan, melalui
mana warga masyarakat merumuskan kegiatan-kegiatan yang berupa serangkaian
aktivitas yang diarahkan untuk tercapainya tujuan-tujuan tertentu yang
diinginkan masyarakat setempat. Sehubungan dengan pengertian perencanaan
program ini, Lawrence (Mardikanto,1993) menyatakan bahwa perencanaan program
penyuluhan menyangkut perumusan tentang:
(a) proses perancangan program,
(b) penulisan perencanaan program,
(c) rencana kegiatan,
(d) rencana pelaksanaan program (kegiatan), dan
(e) rencana evaluasi hasil pelaksanaan program tersebut.
Dari beberapa
definisi dan pengertian tentang perencanaan program penyuluhan tersebut, maka
dapat diambil suatu kesimpulan bahwa perencanaan program merupakan proses
berkesinambungan tentang pengambilan keputusan menyangkut situasi, pentingnya
masalah, atau kebutuhan, perumusan tujuan, dan upaya pemecahan yang mungkin
dilakukan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Keputusan yang diambil pada
perencanaan program harus mengandung pengetahuan yang tepat di masa yang akan
datang.
Hal inilah yang
membedakan perencanaan dengan peramalan. Perencanaan harus dapat mengukur
hasil-hasil yang dicapai berdasarkan pengetahuan yang tepat tentang kondisi
masyarakat. Oleh karenanya beberapa pokok pikiran yang perlu diperhatikan dalam
perencanaan program penyuluhan:
1)
Merupakan
suatu proses yang berkelanjutan. Rangkaian pengambilan keputusan dalam
perencanaan program tidak pernah berhenti sampai tercapainya tujuan (kebutuhan,
keinginan, minat) yang dikehendaki.
2)
Proses
pengambilan keputusan tersebut berdasarkan fakta dan sumber daya yang ada.
3)
Dirumuskan
secara bersama oleh penyuluh dengan masyarakat sasarannya,dengan didukung oleh
para spesialis, praktisi dan penentu kebijaksanaan.
4)
Meliputi
perumusan tentang: keadaan, masalah, tujuan, dan cara pencapaian tujuan, yang
dinyatakan secara tertulis.
5)
Harus
mencerminkan perubahan ke arah kemajuan.
2.1.1 Manfaat
Program Penyuluhan
Dalam Penyuluhan,
adanya program sangat penting bagi kelangsungan penyuluhan tersebut. Selain
memberi acuan, dengan adanya program, masyarakat diharapkan berpartisipasi atau
turut ambil bagian dalam perubahan yang direncanakan tersebut. Oleh karena itu
pula Kelsey dan Hearne (Mardikanto, 1993) menekankan pentingnya
"pernyataan tertulis" yang jelas dan dapat dimengerti oleh setiap
warga masyarakat yang diharapkan untuk berpartisipasi. Adanya pernyataan tertulis
ini dapat menjamin kelangsungan program dan selalu memperoleh partisipasi masyarakat.
Perlunya atau manfaat program penyuluhan tersebut
didasarkan pada alasan berikut:
A.
Memberi
acuan dalam mempertimbangkan secara seksama tentang hal-hal yang harus
dilakukan dan cara melaksanakannya.
B.
Merupakan
acuan tertulis yang dapat digunakan oleh masyarakat untuk menghindari
terjadinya salah pengertian.
C.
Sebagai
pedoman pengambilan keputusan terhadap adanya usul atau saran penyempurnaan.
D.
Menjadi
pedoman untuk mengukur (mengevaluasi) pelaksanaan program.
E.
Adanya
patokan yang jelas tentang masalah-masalah yang insidentil (menuntut perlunya
revisi program), dan pemantapan dari perubahan-perubahan sementara (hanya
direvisi jika memang diperlukan).
F.
Mencegah
adanya salah pengertian tentang tujuan akhir, dan mengembangkan kebutuhan-kebutuhan
yang dirasakan maupun yang tidak dirasakan.
G.
Memberikan
keterlibatan personil dalam setiap tahapan program yang berkesinambungan
tersebut, hingga tercapainya tujuan.
H.
Membantu
pengembangan kepemimpinan, yaitu menggerakkan semua pihak yang terlibat dan
menggunakan sumber daya yang tersedia.
I.
Menghindarkan
pemborosan sumber daya, dan sebaliknya merangsang efiiiensi.
J.
Menjamin
kelayakan kegiatan yang dilakukan di dalam masyarakat dan yang dilaksanakan
sendiri oleh masyarakat setempat.
2.1.2 Perubahan
sebagai Asas Pengembangan Program
Perubahan yang
dimaksudkan dalam hal ini bukanlah perubahan yang bersifat alami, tetapi
perubahan yang sengaja dilakukan manusia untuk meningkatkan kesejahteraan
hidupnya. Perubahan pada hakekatnya merupakan dasar dari pembuatan program.
Dengan kata lain program yang dibuat harus mengandung suatu perubahan dalam
masyarakat sasaran.
Lippitt dkk.
(Mardikanto, 1993) mengemukakan bahwa perubahan-perubahan yang tidak alami itu
disebabkan dua hal pokok:
1)
Adanya
keinginan manusia untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan atau untuk memecahkan
masalah-masalah yang dirasakan, dengan memodifikasi sumber daya dan lingkungan
hidupnya, melalui penerapan ilmu pengetahuan atau teknologi yang dikuasainya.
2)
Ditemukannya inovasi-inovasi yang memberikan
peluang bagi setiap manusia untuk memenuhi kebutuhan atau memperbaiki
kesejahteraan hidupnya, tanpa harus mengganggu lingkungan aslinya.
Sehubungan
perubahan yang menjadi asas pengembangan program tersebut, maka penyuluh
bersama-sama masyarakat harus merancang kegiatan-kegiatan yang menunjang
perubahan yang diinginkan dari situasi dan permasalahan yang ada dalam bentuk
program. Perubahan semacam ini disebut dengan perubahan berencana.
Tentang perubahan
berencana ini Lippitt dkk (1958) mendefinisikannya sebagai suatu perubahan yang
diperoleh dari keputusan yang menginginkan adanya perbaikan sistem kehidupan
secara personal ataupun sistem sosial dengan bantuan
profesional dari luar.
Sedangkan
Soemardjan (Soekanto,1982) mengungkapkan perubahan berencana merupakan
perubahan yang diperkirakan atau yang telah direncanakan terlebih dahulu oleh
pihak-pihak yang hendak mengadakan perubahan di dalam masyarakat. Pihak-pihak
yang menghendaki adanya perubahan itu dinamakan "agent of change",
yakni seseorang atau sekelompok orang yang mendapat kepercayaan dari masyarakat
sebagai pemimpin satu atau lebih lembaga kemasyarakatan. Suatu perubahan yang
dikehendaki atau yang direncanakan selalu berada di bawah pengendalian serta
pengawasan "agent of change".
Dari pengertian di
atas dapat ditarik kesimpulan bahwa perubahan terencana merupakan suatu proses
perubahan yang diinginkan dan untuk tercapainya dibutuhkan adanya bantuan dari
pihak luar, yakni agen-agen pembaharuan.
Selanjutnya Lippitt
dkk. (1958) mengungkapkan bahwa untuk menumbuhkan kebutuhan untuk berubah pada
diri masyarakat dlbutuhkan tahapan-tahapan sebagai berikut :
a)
Menumbuhkan
kebutuhan untuk berubah. Pada tahap ini masyarakat yang menjadi sasaran
ditumbuhkan kebutuhannya dengan merumuskan hal-hal yang menjadi kesulitan,
kebutuhan, ketidakpuasan, dan sebagainya. Hal-hal yang menjadi kesulitan,
kebutuhan, ketidakpuasan tersebut kemudian dijadikan sebagai masalah yang harus
dipecahkan. Sadar akan adanya masalah ini menimbulkan keinginan untuk berubah
dalam diri masyarakat, yang kemudian akan mencari bantuan dari luar sistem
sosialnya.
b)
Membangun
hubungan untuk berubah. Hubungan yang dimaksudkan dalam hal ini adalah
terbinanya hubungan yang baik antara penyuluh dengan masyarakat. Penyuluh dapat
melakukannya dari pendekatan masalah yang dihadapi masyarakat.
c)
Melakukan
hal-hal yang berkenaan dengan perubahan. Dalam tahap ini dilakukan klarifikasi
atau diagnosis atas masalah-masalah yang dihadapi masyarakat. Hal lainnya
adalah mencari alternatif pemecahan masalah termasuk menetapkan tujuan dan
tekad untuk berubah. Tekad ini kemudian diwujudkan dalam usaha-usaha untuk
berubah yang nyata.
d)
Memperluas
dan memantapkan perubahan. Pada tahap ini keuntungan-keuntungan (ekonomis dan
nonekonomis) yang diperoleh dari perubahan perlu diperluas. Perluasan ini juga
sebaiknya diikuti dengan penyempurnaan dan pengembangan perubahan-perubahan
yang terjadi. Dengan demikian, selaln dapat dirasakan oleh masyarakat,
perubahan tersebut dapat bersifat permanen.
e)
Pemutusan
hubungan Tahap ini merupakan tahap pemutusan hubungan antara penyuluh dengan masyarakat.
Pemutusan ini penting untuk tidak menimbulkan ketergantungan masyarakat
terhadap keberadaan penyuluh.
Berdasarkan uraian
tahapan di atas, maka dalam melaksanakan tugasnya penyuluh harus memperhatikan
tahapan tersebut. Penyuluh harus mampu menumbuhkan kebutuhan untuk berubah
dalam diri masyarakat, membina hubungan, melakukan segala sesuatu yang
berkenaan dengan perubahan yang diinginkan, memperluas dan memantapkan
perubahan tersebut, dan pada akhirnya memutuskan hubungan.
2.1.3 Model Perencanaan Program Penyuluhan
Ada banyak model
perencanaan yang dikembangkan oleh para ahli, yakni Model Leagans (1955), Model
Federal Extension Service (1956), Mode KOK (1962), Model Kelsey dan Hearne
(1963), Model Raudabaugh (1967) dan Model Pesso n (1966).
Dalam tulisan ini penulis hanya menguraikan Model Pesson.
Karena model inilah yang digunakan untuk menganalisis perencanaan program
penyuluhan yang akan dilakukan.
Ada delapan tahap proses perumusan program penyuluhan
yang dikemukakan oleh Model Pesson, yaitu:
(a) pengumpulan data,
(b) analisis keadaan,
(c) identifikasi masalah,
(d) perumusan tujuan,
(e) penyusunan rencana kegiatan,
(f) pelaksanaan rencana kegiatan,
(g) menentukan kemajuan kegiatan, dan
(h) rekonsiderasi.
Secara singkat, tahap-tahap perencanaan dari Model Pesson
tersebut dapat
diuraikan sebagai berikut:
(1) Pengumpulan data.
Pengumpulan data
merupakan kegiatan pengumpulan data-data dasar atau fakta yang diperlukan untuk
menentukan masalah, tujuan, dan cara mencapai tujuan atau kegiatan yang akan
direncanakan, Data-data tersebut meliputi: sumber daya alam, sumber daya
manusia, kelembagaan, sarana dan prasarana yang diperlukan untuk pelaksanaan
kegiatan, teknologi yang telah digunakan, dan peraturan yang ada.
(2) Analisis keadaan.
Tahap ini merupakan
tahap penganalisisan data yang diperoleh dari lapangan, termasuk di dalamnya
menganalisis sumber daya yang potensial untuk dikembangkan, perilaku masyarakat
sasaran, keadaan yang ingin dicapai dan yang sudah dicapai, dan sebagainya.
(3) Identifikasi masalah.
Tahap ini m
erupakan upaya merum uskan faktor-faktor yang menyebabkan tidak tercapainya
tujuan yang dikehendaki. Identifikasi ini dapat dilakukan dengan menganalisis
kesenjangan antara data potensial dengan data aktual, antara keadaan. yang
ingin dicapai dengan yang sudah dicapai, dan sebagainya. Kesenjangan-kesenjangan
ini kemudian diinventarisir dan disusun berdasarkan prioritas.
(4) Perumusan tujuan.
Dalam tahap
perumusan tujuan yang harus diperhatikan adalah realistisnya tujuan yang hendak
dicapai, ditinjau dari kemampuan sumber daya (biaya,jumlah dan kualitas tenaga)
maupun waktu yang tersedia.
(5) Penyusunan rencana kegiatan
Tahap ini merupakan
penyusunan rencana kerja yang meliputi penjadwalan, metoda yang digunakan,
pihak-pihak yang terlibat, lokasi kegiatan, bahan dan peralatan yang
dibutuhkan, pembiayan dan sebagainya.
(6) Pelaksanaan rencana kegiatan
Tahap ini merupakan
tahap pelaksanaan dari rencana kerja yang telah disusun. Masalah utama yang
harus diperhatikan dalam tahap ini adalah partisipasi masyarakat sasaran. Oleh
karenanya perlu dipilih waktu yang tepat, lokasi yang tepat, agar masyarakat
ikut berpartisipasi dalam kegiatan yang dilakukan.
(7) Menentukan kemajuan kegiatan
Tahap ini merupakan
kegiatan monitoring pelaksanaan kegiatan yang dilakukan, untuk melihat sejauh
mana tujuan telah dicapai.
(8) Rekonsiderasi
Rekonsiderasi
dimaksudkan untuk meninjau kembali rumusan program, termasuk kegiatan-kegiatan
yang telah dilakukan. Pada tahap ini dilihat hal-hal yang menjadi kendala atau
sebaliknya keberhasilan yang dicapai, dalam rangka menyusun program berikutnya.
2.1.4 Ukuran
Perencanaan Program Yang Baik
Untuk mengetahui
seberapa jauh perencanaan program yang dirumuskan itu telah "baik",
berikut ini disampaikan beberapa acuan tentang pengukurannya, yang mencakup:
a. Analisis fakta dan keadaan
Perencanaan program
yang baik harus mengungkapkan hasil analisis fakta dan keadaan yang
"lengkap" yang menyangkut: keadaan sumberdaya-alam, sumber daya-manusia,
kelembagaan, tersedianya sarana/prasarana, dan dukungan kebijaksanaan, keadaan
sosial, keamanan, dan stabilitas politik. Untuk keperluan tersebut, pengumpulan
data dapat dilakukan dengan menghubungi beberapa pihak (seperti: lembaga/aparat
pemerintah, tokoh-tokoh masyarakat, organisasi profesi, dll) dengan menggunakan
berbagai teknik pengumpulan data (wawancara, pengamatan, pencatatan
data-sekunder, pengalaman empirik, dll), agar data yang terkumpul tidak saja
cukup lengkap tetapi juga dijamin kebenarannya.
b. Pemilihan masalah berlandaskan pada kebutuhan
Hasil analisis
fakta dan keadaan biasanya menghasilkan berbagai masalah (baik masalah yang
sudah dirasakan maupun belum dirasakan masyarakat setempat). Sehubungan dengan hal
ini, perumusan masalah perlu dipusatkan pada masalah-masalah nyata
(real-problems) yang telah dirasakan masyarakat (felt-problems). Artinya,
perumusan masalah hendaknya dipusatkan pada masalah-masalah yang dinilai
sebagai penyebab tidak terpenuhinya kebutuhannyata (real-needs) masyarakat,
yang telah dapat dirasakan (felt-needs) oleh mereka.
c. Jelas dan menjamin keluwesan.
Perencanaan program
harus dengan jelas (dan tegas) sehingga tidak menimbulkan keragu-raguan atau
kesalahpengertian dalam pelaksanaannya. Akan tetapi, di dalam kenyataannya, seringkali
selama proses pelaksanaan dijumpai hal-hal khusus yang menuntut modifikasi
perencanaan yang telah ditetapkan. Sehubungan dengan hat ini, setiap
perencanaan harus luwes (memberikan peluang untuk dimodifikasi), sebab jika
tidak, program tersebut tidak dapat dilaksanakan, dan pada gilirannya justru
tidak dapat mencapai tujuan untuk memenuhi kebutuhan yang dirasakan
masyarakatnya. Karena itu selain jelas dan tegas, harus berpandangan jauh ke
depan.
d. Merumuskan tujuan dan pemecahan masalah yang menjanjikan
kepuasan.
Tujuan yang ingin
dicapai haruslah menjanjikan perbaikan kesejahteraan atau kepuasan masyarakat
sasarannya. Jika tidak, program semacam ini tidak mungkin dapat menggerakkan
motivasi masyarakat untuk berpartisipasl di dalamnya. Dengan demikian,
masyarakat harus tahu betul tentang manfaat apa yang dapat mereka rasakan
setelah tujuan program tersebut tercapai. Seringkali, untuk keperluan ini,
tujuan-tujuan dinyatakan secara sederhana, tetapi didramatlsir sehingga mampu
menggerakkan partisipasi masyarakat bagi tercapainya tujuan.
e. Menjaga keseimbangan.
Setiap perencanaan
program harus mampu mencakup kepentingan sebagian besar masyarakat, dan
bukannya demi kepentingan sekelompok kecil masyarakat saja. Karena itu, setiap
pengambilan keputusan harus ditekankan kepada kebutuhan yang harus diutamakan,
yang mencakup kebutuhan orang banyak. Efisiensi, harus diarahkan demi
pemerataan kegiatan dan waktu pelaksanaan; dan harap dihindari
kegiatan-kegiatan yang terlalu besar menumpuk pada penyuluh atau pada
masyarakat sasarannya.
f. Pekerjaan yang jelas
Perencanaan program
harus merumuskan prosedur dan tujuan serta sasaran kegiatan yang jelas, yang
mencakup:
a)
Masyarakat
sasarannya
b)
Tujuan,
waktudan tempatnya
c)
Metode yang akan digunakan
d)
Tugas
dan tanggung jawab masing-masing pihak yang terkait (termasuk tenaga sukarela)
e)
Pembagian
tugas atau kegiatan yang harus dilaksanakan oleh setiap kelompok personel
(penyuluh, masyarakat, dll)
f)
Ukuran-ukuran
yang digunakan untuk evaluasi kegiatannya.
g)
Proses
yang berkelanjutan Perumusan masalah, pemecahan masalah, dan tindak lanjut
(kegiatan yang harus dilakukan) pada tahapan berikutnya harus dinyatakan dalam
suatu rangkaian kegiatan yang berkelanjutan.
Termasuk di dalam
hal ini adalah perubahan-perubahan yang perlu dilakukan, selaras dengan
perubahan kebutuhan dan masalah yang akan dihadapi. masyarakat, bahkan
sebaliknya akan menghadapi berbagai hambatan dan tantangan karena program yang direncanakan
itu dinilai akan lebih menyusahkan kehidupan masyarakat yang sudah lama mengalami
penderitaan. Semua pihak yang terlibat dalam perumusan program penyuluhan harus
membekali dirinya dengan pemahaman bahwa di manapun masyarakat itu berada, pada
dasarnya menginginkan suatu perubahan yang menuju ke arah perbaikian mutu hidup
atau kesejahteraannya.
Harus dianggap bahwa masyarakat menginginkan
"kebebasan", baik dalam menentukan garis hidupnya sendiri dan memutuskan
bentuk-bentuk ekonomi, kepercayaan, lembaga politik dan pendidikan yang mereka
inginkan demi tercapainya perbaikan mutu kehidupan mereka. Berkaitan dengan
itu, setiap perumusan program harus sejauh mungkin mengajak mereka untuk mengemukakan
kebutuhan-kebutuhannya, tujuan-tujuan yang diharapkan, serta alternatif-alternatif
pemecahan masalah atau pemilihan kegiatan yang diinginkan masyarakat. Jika
terdapat perbedaan pendapat antara kehendak masyarakat
dengan perumus program, harus diupayakan adanya dialog
atau diskusi dengan mereka untuk meyakinkan bahwa alternatif yang dikemukakan
oleh perumus program tersebut memiliki keunggulan-keunggulan yang dapat
dipahami dan diterima oleh masyarakat sasaran. Dialog atau forum diskusi
seperti itu harus selalu disediakan untuk menghindari terjadinya pertentangan,
hambatan, atau pemborosan enersi yang biasanya tersedia sangat langka.
Nilai-nilai dalam
masyarakat harus dipertimbangkan selayaknya, artinya rum usan program harus
sudah mencakup dan mempertimbangkan nilai-nilai kerjasama, keputusan kelompok,
tanggung jawab sosial, kepercayaan, dan kemampuan masyarakat untuk melaksanakan
kegiatan. Pertimbangan atas halhal seperti itu, di dalam perumusan program
penyuluhan seringkali memiliki arti strategis. Sebab setiap kegiatan yang
dilakukan dalam masyarakat, harus selalu dilandasi oleh nilai-nilai adat dan
kepercayaan yang mereka anut; dan di lain pihak setiap keputusan yang diambil
seringkali juga merupakan keputusan kelompok yang menuntut kerjasama dan
tanggung jawab bersama untuk dapat dilaksanakan sesuai dengan sumberdaya yang
tersedia di dalam masyarakatnya sendiri. Karena itu, pengabaian terhadap
hal-hal tersebut seringkali berakibat pada tidak tercapainya tujuan seperti
yang diharapkan, atau tidak memperoleh partisipasi aktif dari masyarakatnya.
Bahkan, pengambilan keputusan seperti itu seringkali merupakan pengalaman buruk
yang akan selalu mewarnai keputusan masyarakat terhadap setiap upaya
pembangunan masyarakat di masa-masa mendatang.
Membantu dirinya
sendiri. Artinya, secara nyata warga masyarakat harus diarahkan (atau
setidak-tidaknya dilibatkan) untuk mau dan mampu merencanakan dan melaksanakan
sendiri setiap pekerjaan yang diupayakan untuk memecahkan masalah mereka
sendiri yang akan dirumuskan dalam program. Jika masyarakat tidak terlibat atau
dilibatkan dalam proses perumusan program, seringkali pelaksanaan programnya
juga tidak memperoleh partisipasi aktif dari mereka, sehingga seluruh rangkaian
kegiatan sejak perencanaan sampai pelaksanaannya dilakukan oleh "orang
luar". Dalam keadaan seperti ini, masyarakat sasaran tidak dapat dikaitkan
dalam proses membangun. Akibatnya, lambat laun mereka akan kehilangan kepekaan
terhadap masalahnya sendiri, tidak memiliki inisiatif dan kreafivitas unfuk
memecahkan masalahnya sendiri, dan akan kehilangan kemandiriannya. Sehingga
proses pembangunan yang direncanakan justru menumbuhkan kondisi ketergantungan.
Masyarakat adalah
sumberdaya yang terbesar. Artinya dalam perumusan program penyuluhan, harus
sebesar-besarnya memanfaatkan potensi sumber daya yang tersedia di dalam
masyarakat sasaran sendiri, baik modal, sumberdaya alam, sumberdaya manusia,
dan kelembagaan yang sudah ada. Dalam hubungan ini, harus selalu diingat bahwa
pembangunan yang dilaksanakan adalah pembangunan dari, oleh dan untuk
masyarakat. Sehingga setiap upaya pembangunan harus menggali, mengembangkan,
dan memanfaatkan potensi sumberdaya yang tersedia di masyarakat. Melalui
cara seperti ini, proses pembangunan akan memberikan dampak ganda bagi
tumbuhnya upaya-upaya pembangunan lanjutan di masa-masa mendatang. Sebab dengan
tergarapnya sumberdaya alam, manusia, dan kelembagaan yang ada, akan
meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan masyarakat untuk
berswakarsa dan berswadaya melaksanakan pembangunan di masa mendatang pada
cakupan bidang garapan yang semakin luas pula. Sebaliknya, jika potensi
sumberdaya lokal tidak tergarap dan menggantungkan dari luar, pada suatu saat
pasti akan kehabisan kemampuan untuk mendatangkan sumberdaya tersebut, dan
karena sumberdaya lokal (terutama sumberdaya manusia dan kelembagaan) tidak
pernah tergarap, tidak akan tumbuh inisiatif dan kemampuan baru untuk
melaksanakan pembangunan lanjutan, sehingga berhentilah pembangunan di wilayah
tersebut.
Program mencakup
perubahan sikap, kebiasaan, dan pola pikir, yang artinya perumusan program
harus mencakup banyak dimensi perilaku manusia. Sehubungan ini harus selalu
diingat bahwa setiap pembangunan pada dasarnya harus mampu membangun perilaku
manusianya. Pembangunan fisik yang tanpa membangun perilaku manusia, seringkali
mengakibatkan tidak termanfaatkannya hasil-hasil pembangunan secara maksimal.
Sebaliknya, melalui pembangunan yang berakibat pada perubahan perilaku
manusianya, akan menghasilkan manusia-manusia yang berjiwa selalu ingin
membangun, serta memiliki kemampuan pengetahuan dan keterampilan yang
dibutuhkan untuk melaksanakan pembangunan yang diinginkan.
2.2 Materi/pesan
Materi atau pesan
yang disampaikan kepada sasaran hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan
kesehatan dari individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, sehingga materi
yang disampaikan dapat dirasakan langsung manfaatnya. Materi yang disampaikan sebaiknya
menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, tidak terlalu sulit untuk dimengerti
oleh sasaran, dalam penyampaian materi sebaiknya menggunakan metode dan media
untuk mempermudah pemahaman dan untuk menarik perhatian sasaran (Effendy,
2003).
2.3 Metode
Menurut Notoatmodjo
(2007), metode penyuluhan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
tercapainya suatu hasil penyuluhan secara optimal. Metode
yang dikemukakan antara lain :
1. Metode penyuluhan perorangan (individual)
Dalam penyuluhan
kesehatan metode ini digunakan untuk membina perilaku baru atau seseorang yang
telah mulai tertarik pada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Dasar
digunakan pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai masalah atau
alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku baru
tersebut. Bentuk dari pendekatan ini antara lain :
a. Bimbingan dan penyuluhan
Dengan cara ini
kontak antara klien dengan petugas lebih intensif. Setiap masalah yang dihadapi
oleh klien dapat dikoreksi dan dibantu penyelesaiannya. Akhirnya klien akan
dengan sukarela, berdasarkan kesadaran dan penuh pengertian akan menerima
perilaku tersebut.
b. Wawancara
Cara ini sebenarnya
merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan. Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk
menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, ia tertarik
atau belum menerima perubahan, untuk mempengaruhi apakah perilaku yang sudah
atau akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat,
apabila belum maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.
2. Metode penyuluhan kelompok
Dalam memilih
metode penyuluhan kelompok harus mengingat besarnya kelompok sasaran serta
tingkat pendidikan formal pada sasaran. Untuk kelompok yang besar, metodenya
akan berbeda dengan kelompok kecil. Efektifitas suatu metode akan tergantung
pula pada besarnya sasaran penyuluhan. Metode ini mencakup :
a. Kelompok besar, yaitu apabila peserta penyuluhan lebih
dari 15 orang. Metode yang baik untuk kelompok ini adalah ceramah dan seminar.
1). Ceramah
Metode ini baik
untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah. Hal hal yang perlu
diperhatikan dalam menggunakan metode ceramah adalah :
a. Persiapan
Ceramah yang
berhasil apabila penceramah itu sendiri menguasai materi apa yang akan
diceramahkan, untuk itu penceramah harus mempersiapkan diri. Mempelajari materi
dengan sistematika yang baik. Lebih baik lagi kalau disusun dalam diagram atau
skema dan mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran.
b. Pelaksanaan
Kunci keberhasilan
pelaksanaan ceramah adalah apabila penceramah dapat menguasai sasaran Untuk
dapat menguasai sasaran penceramah dapat menunjukkan sikap dan penampilan yang
meyakinkan. Tidak boleh bersikap ragu-ragu dan gelisah. Suara hendaknya cukup
keras dan jelas. Pandangan harus tertuju ke seluruh peserta. Berdiri di depan atau
dipertengahan.
2). Seminar
Metode ini hanya
cocok untuk sasaran kelompok besar deng pendidikan menengah ke atas. Seminar
adalah suatu penyajian dari seseorang ahli atau beberapa orang ahli tentang
suatu topik yang dianggap penting dan dianggap hangat di masyarakat.
b. Kelompok kecil, yaitu apabila peserta penyuluhan
kurang dari 15 orang. Metode yang cocok untuk kelompok ini adalah diskusi
kelompok, curah pendapat, bola salju, memainkan peranan, permainan simulasi.
3. Metode penyuluhan massa
Dalam metode ini
penyampaian informasi ditujukan kepada masyarakat yang sifatnya massa atau publik. Oleh karena sasaran bersifat
umum dalam arti tidak membedakan golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan,
status ekonomi, tingkat pendidikan dan sebagainya, maka pesan kesehatan yang
akan disampaikan harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh
massa tersebut. Pada umumnya bentuk pendekatan masa ini tidak langsung,
biasanya menggunakan media massa. Beberapa contoh dari metode ini adalah
ceramah umum, pidato melalui media massa, simulasi, dialog antara pasien dan
petugas kesehatan, sinetron, tulisan dimajalah atau koran, bill board yang dipasang di
pinggir jalan, spanduk, poster dan sebagainya.
2.4 Alat
Bantu dan Media Penyuluhan
2.4.1 Alat Bantu
Penyuluhan (Peraga)
Alat bantu
penyuluhan adalah alat-alat yang digunakan oleh penyuluh dalam menyampaikan
informasi. Alat bantu ini sering disebut alat peraga karena berfungsi untuk
membantu dan meragakan sesuatu dalam proses penyuluhan (Notoatmodjo, 2007).
Alat peraga ini
disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap manusia itu
diterima atau ditangkap melalui panca indera. Semakin banyak indera yang digunakan
untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan semakin jelas pula
pengertian/pengetahuan yang diperoleh. Dengan kata lain, alat peraga ini dimaksudkan
untuk mengerahkan indera sebanyak mungkin kepada suatu objek sehingga
mempermudah persepsi. Secara terperinci, fungsi alat peraga adalah untuk
menimbulkan minat sasaran, mencapai sasaran yang lebih banyak, membantu
mengatasi hambatan bahasa, merangsang sasaran untuk melaksanakan pesan
kesehatan, membantu sasaran untuk belajar lebih banyak dan tepat, merangsang
sasaran untuk meneruskan pesan yang diterima kepada orang lain, mempermudah
memperoleh informasi oleh sasaran, mendorong keinginan orang untuk mengetahui,
kemudian lebih mendalami dan akhirnya memberikan pengertian yang lebih baik,
dan membantu menegakkan pengertian yang diperoleh.
Pada garis besarnya
ada 3 macam alat bantu penyuluhan yaitu :
a. Alat bantu lihat
Alat ini berguna
dalam membantu menstimulasikan indera mata pada waktu ternyadinya penyuluhan.
Alat ini ada 2 bentuk yaitu alat yang diproyeksikan misalnya slide, film dan alat
yang tidak diproyeksikan misalnya dua dimensi, tiga dimensi, gambar peta,
bagan, bola dunia, boneka dan lain-lain.
b. Alat bantu dengar
Alat ini berguna
dalam membantu menstimulasi indera pendengar, pada waktu proses penyampaian
bahan penyuluhan misalnya piringan hitam, radio, pita suara dan lain-lain.
c. Alat bantu lihat-dengar
Alat ini berguna
dalam menstimulasi indera penglihatan dan pendengaran pada waktu proses
penyuluhan, misalnya televisi, video cassette dan lain-lain. Sebelum
membuat alat-alat peraga kita harus merencanakan dan memilih alat peraga yang
paling tepat untuk digunakan dalam penyuluhan. Untuk itu perlu diperhatikan
hal-hal sebagai berikut :
1. Tujuan yang hendak dicapai
a. Tujuan pendidikan adalah untuk mengubah
pengetahuan/pengertian, pendapat dan konsep-konsep, mengubah sikap dan
persepsi, menanamkan tingkah laku/kebiasaan yang baru.
b. Tujuan penggunaan alat peraga adalah sebagai alat
bantu dalam latihan,penataran, penyuluhan, untuk menimbulkan perhatian terhadap
sesuatumasalah, mengingatkan sesuatu pesan atau informasi dan menjelqskan
fakta-fakta, prosedur dan tindakin.
2. Persiapan penggunaan alat peraga
Semua alat peraga yang dibuat0berguna sebagai alat rantu
belajar dan tetap harus diingat bahwa alat ini dapat berfungsi mengajar dengan
sendirinya. Kita harus mengemfangkan keterampilan dalam memilih, mengadakan
alat peraga secara tepat sehingga mempunyai hasil yang maksimal.
2.4.2 Media Penyuluhan
Media penyuluhan
adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan informasi yang ingin
disampaikan oleh komunikator sehingga sasaran dapat meningkatkan pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah
perilakunya ke arah positif terhadap kesehatan. Penyuluhan kesehatan tak dapat
lepas dari media karena melalui media, pesan yang disampaikan dapat lebih
menarik dan dipahami, sehingga sasaran dapat
mempelajari pesan tersebut sehingga sampai memutuskan
untuk mengadopsinya ke perilaku yang positif. Tujuan atau alasan mengapa media
sangat diperlukan di dalam pelaksanaan penyuluhan kesehatan antara lain adalah
:
a. Media dapat mempermudah penyampaian informasi.
b. Media dapat menghindari kesalahan persepsi.
c. Media dapat memperjelas informasi.
d. Media dapat mempermudah pengertian.
e. Media dapat mengurangi komunikasi verbalistik.
f. Media dapat menampilkan objek yang tidak dapat
ditangkap dengan mata.
g. Media dapat memperlancar komunikasi.
Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan kesehatan,
media ini dibagi
menjadi 3 yakni :
a. Media cetak
Media ini
mengutamakan pesan-pesan visual, biasanya terdiri dari gambaran sejumlah kata,
gambar atau foto dalam tata warna. Yang termasuk dalam media ini adalah booklet,
leaflet, flyer (selebaran), flip chart (lembar balik), rubric atau
tulisan pada surat kabar atau majalah, poster, foto yang mengungkapkan
informasi kesehatan. Ada beberapa kelebihan media cetak antara lain tahan lama,
mencakup banyak orang, biaya rendah, dapat dibawa kemana-mana, tidak perlu
listrik, mempermudah pemahaman dan dapat meningkatkan gairah belajar. Media
cetak memiliki kelemahan yaitu tidak dapat menstimulir efek gerak dan efek
suara dan mudah terlipat.
b. Media elektronik
Media ini merupakan
media yang bergerak dan dinamis, dapat dilihat dan didengar
dan penyampaiannya melalui alat bantu elektronika. Yang
termasuk dalam media ini adalah televisi, radio, video film,
cassette, CD, VCD. Seperti halnya media cetak, media elektronik ini
memiliki kelebihan antara lain lebih mudah dipahami, lebih menarik, sudah
dikenal masyarakat, bertatap muka, mengikut sertakanseluruh panca indera,
penyajiannya dapat dikendalikan dan diulang-ulang serta jangkauannya lebih
besar. Kelemahan dari media ini adalah biayanya lebih tinggi, sedikit rumit,
perlu listrik dan alat canggih untuk produksinya, perlu persiapan matang,
peralatan selalu berkembang dan berubah, perlu keterampilan penyimpanan dan
keterampilan untuk mengoperasikan.
c. Media luar ruang
Media menyampaikan
pesannya di luar ruang, bisa melalui media cetak maupun elektronik misalnya
papan reklame, spanduk, pameran, banner dan televisi layar lebar.
Kelebihan dari media ini adalah lebih mudah dipahami, lebih menarik, sebagai
informasi umum dan hiburan, bertatap muka, mengikut sertakan seluruh panca
indera, penyajian dapat dikendalikan dan jangkauannya relatif besar. Kelemahan
dari media ini adalah biaya lebih tinggi, sedikit rumit, perlu alat canggih
untuk produksinya, persiapan matang, peralatan selalu berkembang dan berubah,
memerlukan keterampilan penyimpanan dan keterampilan untuk mengoperasikannya. Media
penyuluhan kesehatan yang baik adalah media yang mampu memberikan informasi
atau pesan-pesan kesehatan yang sesuai dengan tingkat penerimaan sasaran,
sehingga sasaran mau dan mampu untuk mengubah perilaku sesuai dengan pesan yang
disampaikan.
2.5 Tujuan Penyuluhan
Tujuan penyuluhan gizi yaitu :
a.
Terciptanya sikap positif terhadap gizi
b.
Terbentuknya pengetahuan dan kecakapan memilih dan menggunakan
sumber-sumber pangan
c.
Timbulnya kebiasaan makan yang baik
d.
Adanya motivasi mengetahui lebih lanjut tentang
hal-hal yang berhubungan dengan gizi
Tujuan pendidikan kesehatan menurut Effendy (2002) sebagai berikut :
- Tercapainya perubahan
perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam membina dan memelihara
perilaku hidup sehat dan lingkungan sehat, serta berperan aktif dalam
upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
- Terbentuknya perilaku sehat
pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang sesuai dengan konsep
hidup sehat baik fisik, mental dan sosial sehingga dapat menurunkan angka
kesakitan dan kematian.
Menurut WHO
tujuan penyuluhan kesehatan adalah untuk merubah perilaku perseorangan dan atau
masyarakat dalam bidang kesehatan (Effendy, 1998).
Faktor yang perlu diperhatikan
terhadap sasaran dalam keberhasilan penyuluhan kesehatan adalah :
- Tingkat Pendidikan. Pendidikan dapat mempengaruhi
cara pandang seseorang terhadap informasi baru yang diterimanya. Maka
dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikannya, semakin mudah
seseorang menerima informasi yang didapatnya.
- Tingkat Sosial Ekonomi.Semakin tinggi tingkat
sosial ekonomi seseorang, semakin mudah pula dalam menerima informasi
baru.
- Adat Istiadat.Pengaruh dari adat istiadat dalam
menerima informasi baru merupakan hal yang tidak dapat diabaikan, karena
masyarakat kita masih sangat menghargai dan menganggap sesuatu yang tidak
boleh diabaikan.
- Kepercayaan Masyarakat.Masyarakat lebih
memperhatikan informasi yang disampaikan oleh orang–orang yang sudah
mereka kenal, karena sudah timbul kepercayaan masyarakat dengan penyampai
informasi.
- Ketersediaan Waktu di Masyarakat.Waktu
penyampaian informasi harus memperhatikan tingkat aktifitas masyarakat
untuk menjamin tingkat kehadiran masyarakat dalam penyuluhan.
2.6 Strategi Penyuluhan
1. Advocacy
• Kebijaksaan yg mendukung
• Peraturan-peraturan yg
mendukung &
mempermudah terciptanya PHBS ( perilaku hidup besih dan sehat )
• Adanya dukungan dana/sumber
dana lainnya
2. Social Support
PHBS tercipta & berkembang jika
lingkungan mendukung
3. Empowerment
Pendekatan
pokok yg ditempuh :
-
RDD
-
Problem Solving Approach (pemecahan
masalh)
-
Social Interaction (Interaksi social)
2.7 Evaluasi Penyuluhan
Penilaian (Evaluasi)
- Apa yg didapat dari Evaluasi Hasil
- Cara mengevaluasi
- Siapa mengevaluasi
- Kapan mengadakan evaluasi
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dapat kami simpulkan bahwa perencanaan program merupakan upaya perumusan,
pengembangan,dan pelaksanaan program-program. Perencanaan program merupakan
suatu proses yang berkelanjutan, melalui semua warga masyarakat,penyuluh dan
para ilmuwan memusatkan pengetahuan dan keputusan keputusan dalam upaya
mencapai pembangunan yang mantap.
Perencanaan program
meliputi manfaat program penyuluhan,perubahan sebagai asas pengembangan program,model perencanaan program penyuluhan, alat bantu dan media penyuluhan, ukuran perencanaan program yang baik, media penyuluhan,tujuan penyuluhan dan strategi penyuluhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar