Jumat, 27 Januari 2012

PERSEPSI


Pengertian Persepsi
Persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.
Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi (sensori stimuli). Hubungan sensasi dengan persepsi sudah jelas. Sensasi adalah bagian dari persepsi. Walaupun begitu, menafsirkan makna informasi inderawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekspektasi, motivasi, dan memori (Desiderato, 1976: 129; Jalaludin, 2003: 51).
Menurut Widayatun (1999: 110) persepsi atau tanggapan adalah proses mental yang terjadi kepada diri manusia yang akan menunjukkan bagaimana kita melihat, mendengar, merasakan, memberi, serta meraba (kerja indra) sekitar kita.
William James (Widayatun, 1999: 110) menjelaskan persepsi adalah suatu pengalaman yang terbentuk berupa data-data yang didapat melalui indra, hasil pengolahan otak dan ingatan proses dihayati melalui ilusi atau mispersepsi atau trick atau tipuan dan juga bukan salah tanggapan.
Persepsi biasanya juga diartikan mengenal dan memilih berbagai obyek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil (Notoadmojo, 2003: 133).
Menurut Davidoff, 1981; Rogers, 1965 (Walgito, 2004: 89), menyatakan bahwa persepsi merupakan aktivitas yang intergrated dalam diri individu, maka apa yang ada dalam diri individu akan ikut aktif dalam persepsi. Maka dalam persepsi dapat dikemukakan karena perasaan, kemampuan berfikir, pengalaman-pengalaman individu tidak sama, maka dalam mempersepsi sesuatu stimulus, hasil persepsi mungkin akan berbeda antara individu satu dengan individu yang lain.
Persepsi adalah proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap rangsang yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu. Karena merupakan aktivitas yang integreted, maka seluruh pribadi, seluruh apa yang ada dalam diri individu aktif berperan dalam persepsi itu (Bimo Walgito, 2001; Sunaryo, 2004: 93).
Persepsi ialah daya mengenal barang, kualitas atau hubungan, dan perbedaan antara hal ini melalui proses mengamati, mengetahui, atau mengartikan setelah pancaindranya mendapat rangsang. (Maramis, 1999; Sunaryo, 2004: 94).
Persepsi dapat diartikan sebagai proses diterimanya rangsang melalui pancaindra yang didahului oleh perhatian sehingga individu mampu mengetahui, mengartikan, dan menghayati tentang hal yang diamati, baik yang ada di luar maupun dalam diri individu. (Sunaryo, 2004 : 94)
Dari definisi di atas maka pengertian persepsi dalam penelitian ini adalah merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses pengindraan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh alat indra, kemudian individu ada perhatian, lalu diteruskan ke otak, dan baru kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang dinamakan persepsi. Dengan persepsi individu menyadari dapat mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada di sekitarnya maupun tentang hal yang ada disekitarnya maupun tentang hal yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.

Macam Persepsi
Ada dua macam persepsi, yaitu :
1. External perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang datang dari luar diri individu.
2. Self-perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang berasal dari dalam diri individu. Dalam hal ini yang menjadi objek adalah dirinya sendiri.
(Sunaryo,2004 : 94)

Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi menurut Walgito (1995: 22) terdapat dua yaitu faktor ektern dan intern.
1. Faktor Internal
Faktor yang mempengaruhi persepsi berkaitan dengan kebutuhan psikologis, latar belakang pendidikan, alat indera, syaraf atau pusat susunan syaraf, kepribadian dan pengalaman penerimaan diri serta keadaan individu pada waktu tertentu.
2. Faktor Eksternal
Faktor ini digunakan untuk obyek yang dipersepsikan atas orang dan keadaan, intensitas rangsangan, lingkungan, kekuatan rangsangan akan turut menentukan didasari atau tidaknya rangsangan tersebut.
Menurut Walgito (2004: 89-90) agar individu dapat menyadari dan dapat membuat persepsi, adanya faktor- faktor yang berperan, yang merupakan syarat agar terjadi persepsi, yaitu berikut ini:
a. Adanya objek atau stimulus yang dipersepsikan (fisik).
b. Adanya alat indera, syaraf, dan pusat susunan saraf untuk menerima stimulus (fisiologis).
c. Adanya perhatian yang merupakan langkah pertama dalam mengadakan persepsi (psikologis).
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi menurut Widayatun (1999: 115) meliputi :
1. Intrinsik dan ekstrinsik seseorang (cara hidup/cara berfikir, kesiapan mental, kebutuhan dan wawasan)
2. Faktor Ipoleksosbud Hankam
3. Faktor usia
4. Faktor kematangan
5. Faktor lingkungan sekitar
6. Faktor pembawaan
7. Faktor fisik dan kesehatan
8. Faktor proses mental


Tahap-tahap dalam proses persepsi
Menurut Parcek (Walgito, 1995: 20) proses tersebut terdiri dari proses menerima, menyeleksi, mengorganisasi, mengartikan, menyajikan dan memberikan reaksi kepada rangsang panca indra.
1)      Proses menerima
Proses pertama dalam persepsi adalah menerima rangsang atau data dari berbagai sumber. Kebanyakan data diterima melalui panca indra, sehingga proses ini sering disebut dengan pengindraan, proses ini sering disebut sensasi. Menurut Desiderado (Walgito, 1995: 20) merupakan pengalaman elementer yang segera, yang tidak memerlukan penguraian secara verbal, simbolis, atau konseptual, dan terutama selalu berhubungan dengan panca indra. Schereer (Walgito, 1995: 21) mengemukakan bahwa rangsangan itu terdiri dari tiga macam sesuai dengan elemen dari proses penginderaan. Pertama rangsang merupakan obyek, ialah obyek dalam bentuk fisiknya atau rangsang distal. Kedua, rangsang sebagai keseluruhan yang terbesar dalam lapangan progsimal, ini belum menyangkut proses sistem syaraf. Ketiga, rangsang sebagai representasi fenomena atau gejala yang dikesankan dari obyek-obyek yang ada diluar.
2)      Proses Menyeleksi Rangsang
Michell (Walgito, 1995: 18) menyatakan persepsi adalah suatu proses yang didalamnya mengandung proses seleksi ataupun sebuah mekanisme. Setelah menerima rangsang atau data diseleksi. Anderson (Walgito, 1995: 22) mengemukakan bahwa perhatian adalah proses mental, ketika rangsang atau rangkaian rangsang menjadi menonjol dalam keadaan pada saat yang lainnya melemah.
3)      Proses Pengorganisasian
Data atau rangsang yang diterima selanjutnya diorganisasikan dalam suatu bentuk. Pengorganisasian sebagai proses seleksi atau screening berarti beberapa informasi akan diproses dan yang lain tidak. Sebagaimana mekanisme pengorganisasian, berarti bahwa informasi-informasi yang diproses akan digolong-golongkan dan dikategorikan dengan beberapa cara. Hal ini akan memberikan arah untuk mengartikan sesuatu stimulus. Kategorisasi tersebut mungkin terjadi secara terperinci, yang terpenting adalah mengkategorikan informasi yang kompleks ke dalam bentuk yang sederhana.
4)      Proses Pengambilan Keputusan dan Pengecekan
Tahap-tahap dalam pengambilan keputusan menurut Burner (Walgito, 1995: 22) adalah sebagai berikut : pertama kategori primitif, dimana obyek atau peristiwa yang diamati, diseleksi dan ditandai berdasarkan ciri-ciri tersebut. Kedua, mencari tanda (cue search), pengamatan secara cepat memeriksa (scanning) lingkungan untuk mencari tambahan informasi untuk mengadakan kategorisasi yang tepat. Ketiga, konfirmasi, ini terjadi setelah obyek mendapat penggolongan sementara. Pada tahap ini pengamatan tidak lagi terbuka untuk sembarang memasukan melainkan hanya menerima informasi yang memperkuat atau mengkonfirmasiakan keputusannya, masukan-masukan yang tidak relevan dihindari.
5)      Proses Terjadinya Persepsi
Proses terjadinya persepsi menurut Widayatun (1999: 111) karena adanya obyek atau stimulus yang merangsang untuk ditangkap panca indera kemudian stimulus tadi dibawa ke otak. Dari otak terjadi adanya “ pesan “ atau jawaban ( respon ) adanya stimulus, berupa pesan atau respon yang dibalikan ke indera kembali berupa “ tanggapan “ atau persepsi atau hasil kerja indera berupa pengalaman hasil pengelolaaan otak.

Proses terjadinya persepsi ini perlu fenomena, dan yang terpenting fenomena dari persepsi ini adalah “perhatian” atau “attention”. Pengertian perhatian itu sendiri adalah suatu konsep yang diberikan pada proses persepsi menyeleksi input-input tertentu untuk diikutsertakan dalam suatu pengalaman yang kita sadari/kenal dalam suatu waktu tertentu. Perhatian sendiri mempunyai ciri khusus yaitu terfokus dan margin serta berubah-ubah.
Proses persepsi lainnya dikemukakan oleh Walgito (2004, 90-91) yang menjelaskan terjadinya proses persepsi yaitu objek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor. Proses ini dinamakan proses kealaman (fisik). Stimulus yang diterima oleh alat indera dilanjutkan oleh syaraf sensoris ke otak. Proses ini dinamakan proses fisiologis. Kemudian terjadilah suatu proses di otak, sehingga individu dapat menyadari apa yang ia terima dengan reseptor itu, sebagai suatu akibat dari stimulus yang diterimanya. Proses yang terjadi dalam otak atau pusat kesadaran itulah yang dinamakan proses psikologis. Dengan demikian taraf terakhir dari proses persepsi ialah individu menyadari tentang apa yang diterima melalui alat indera atau reseptor. Proses ini merupakan proses terakhir dari persepsi dan merupakan persepsi yang sebenarnya. Respons sebagai akibat dari persepsi dapat diambil oleh individu dalam berbagai-bagai macam bentuk.
Dalam proses persepsi individu tidak hanya menerima satu stimulus saja, tetapi individu menerima bermacam-macam stimulus yang datang dari lingkungan. Tetapi tidak semua stimulus akan diperhatikan atau akan diberi respon. Individu mengadakan seleksi terhadap stimulus yang mengenainya, dan disini berperannya perhatian. Sebagai akibat dari stimulus yang dipilihya dan diterima oleh individu, individu menyadari dan memberikan respon sebagai reaksi terhadap stimulus tersebut. Penjelasan tersebut dapat dilanjutkan dalam skema sebagai berikut:
L S O R L
Keterangan : L = Lingkungan
S = Stimulus
O = Organisme atau individu
R = Respon atau reaksi











FANTASI (khayalan) “Delusional Disorder”
DEFINISI
            Fantasi adalah kemampuan jiwa untuk membentuk tanggapan-tanggapan atau bayangan-bayangan baru. Dengn kekuatan fantasi manusia dapat melepaskan diri dari keadaan yang dihadapinya dan menjangkau kedepan, kekeadaan-keadaan yang akan mendatang. Fantasi sebagai kemampuan jiwa manusia dapat terjadi :
1)      Secara disadari, yaitu apabila individu betul-betul menyadari akan fantasunya. Misalnya seorang pelukis yang sedang menciptakan lukisan dengan kemampuan fantasinya, seorang pemahat yang sedang memahat arca atas dasar daya fantasinya.
2)      Secara tidak sadar, yaitu apabila individu tidak secara sadar telah dituntut oleh fantasinya. Keadaan semacam ini banyak dijumpai pada anak-anak. Anak sering mengemukakan hal-hal yang bersifat fantastis, sekalipun tidak ada niat atu maksud dari anak untuk berdusta. Misalnya seorang anak memberikan berita yang tidak sesuai dengan keadaan senyatanya, sekalipun ia tidak ada maksud untuk berbohong. Dalam hal ini anak dengan tidak disadari dituntut oleh fantasinya.

            Fantasi memungkinkan kita mengikuti seorang pengarang atau pencerita dalam ceritanya, merasakan apa yang dirasakan pengubah lagu, dan mengikuti apa yang diciptakan, baik oleh seorang seniman maupun oleh seorang cerdik pandai. Dengan demikian dapat kita bedakan antara Fantasi Pencipta dan Fantasi Terpimpin.
            Fantasi menciptakan atau kreatif adalah bentuk atau jenis fantasi yang mampu menciptakan hal-hal baru. Misalnya seorang seniman berkhayal membuat lagu dan dinyanyikan didepan orang banyak atau anak-anak berhayal bisa membuat pesawat terbang.
            Fantasi terpimpin adalah bentuk atau jenis fantasi yang dituntut oleh pihak lain. Misalnya seorang yang melihat film, orang ini dapat mengikuti apa yang diihatnya dan dapat berfantasi tentang keadaan atau tempat-tempat lain dengan perantaran film itu, sehingga dengan demikian fantasinya dituntut atau dipimpin oleh film tersebut.
Dilihat dari caranya orang berfantasi, fantasi dapat dapat dibedakan menjadi :
1)      Fantasi yang mengabtraksi, yaitu cara orang berfntasi dengan mengabtraksikan beberapa bagian, sehingga ada  bagian-bagian yang dihilangkan. Misalnya anak yang belum pernah melihat gurun pasir, maka untuk menjelaskan dipakailah bahan apersepsi yaitu lapangan.
2)      Fantasi yang mendeterminasi, yaitu cara orang berfantasi dengan cara mendeterminasi terlebih dahulu. Misalnya anak belum pernah lihat harimau. Yang telah mereka kenal kucing, maka kucing dipergunakan sebagai bahan apresiasi untuk memberikan pengertian mengenai harimau. Dalam berantasi harimau, dalam bayangannya seperti kucing, tetapi besar.
3)      Fantasi yang mengkombinasi,yaitu cara orang berfantasi dimana orang mengkombinasikan pengertian-pengertian atau bayangan-bayangan yang ada pada individu bersangakutan. Berfantasi tentang ikan duyung, yaitu kepalanya kepala seorang wanita, tapi badannya badan ikan. Jadi ada kombinasi anatara badan manusia dengan badan ikan. Fantasi kombinasi inilah yang banyak digunakan orang. Misalnya ingin membuat rumah dengan mengkombinasikan rumah model eropa dengan atap model minangkabau.

Gangguan khayalan ditandai dengan satu atau lebih keyakinan palsu yang berlangsung setidaknya 1 bulan.
Gangguan khayalan biasanya pertama kali mempengaruhi orang di pertengahan atau akhir kehidupan orang dewasa. Khayalan cenderung tidak aneh dan berhubungan dengan situasi yang bisa secara masuk akal terjadi dalam kehidupan nyata, seperti diikuti, diracuni, terinfeksi, cinta jarak jauh, atau ditipu oleh pasangan atau kekasih. Beberapa subjenis pada gangguan khayalan diketahui.
Pada erotomanic subtype, tema pusat pada khayalan adalah bahwa orang lain mencintai secara individual. Upaya untuk berhubungan dengan benda pada khayalan melalui panggilan telepon, surat, atau bahkan pengawasan dan mengikuti kemungkinan umum. Perilaku berhubungan dengan khayalan bisa mendatangkan konflik dengan hukum.
Pada grandiose subtype, orang tersebut berkeyakinan bahwa mereka memiliki talenta besar atau telah membuat beberapa penemuan penting.
Pada subtipe cemburu, orang tersebut berkeyakinan bahwa pasangan atau kekasih tidak setia. Keyakinan ini didasari pada kesimpulan yang tidak benar oleh ‘bukti’ yang meragukan. Di bawah beberapa keadaan, serangan fisik kemungkinan menjadi bahaya yang signifikan.
Pada subtipe penyiksa, orang tersebut percaya bahwa dia direncanakan untuk dilawan, diselidiki, difitnah, atau diganggu. Orang tersebut bisa mencoba berulang-kali untuk memperoleh keadilan dengan protes ke pengadilan dan para agen pemerintahan lainnya. Jarang, kekerasan kemungkinan dipilih untuk pembalasan penyiksaan yang dibayangkan.
Pada subjenis somatik, orang tersebut terlalu disibukkan dengan fungsi atau atribut tubuh, seperti kelainan atau bau fisik yang dibayangkan. Khayalan tersebut bisa juga mengambil bentuk kondisi kesehatan umum yang dibayangkan, seperti infeksi parasit.

GEJALA
Gangguan delusional bisa muncul dari gangguan kepribadian paranoid yang telah ada. Diawali pada masa dewasa dini, orang dengan gangguan kepribadian paranoid menunjukkan kecurigaan pervasiv dan kecurigaan pada orang lain dan motif mereka. Gejala-gejala awal bisa termasuk merasa dieksploitasi, terlalu sibuk dengan kesetiaan atau kepercayaan pada teman, membaca ancaman yang berarti ke dalam keterangan atau peristiwa yang tidak berbahaya, menyimpan dendam untuk waktu yang lama, dan bereaksi dengan segera dari perhatian yang meremehkan.

DIAGNOSA
Setelah menguasai kondisi tertentu lain yang berhubungan dengan khayalan, seorang dokter mendasari diagnosa pada gangguan khayalan sebagian besar pada riwayat orang tersebut. Hal ini sangat penting untuk dokter untuk menilai tingkat bahaya, terutama tingkat dimana orang tersebut ingin bertindak dalam khayalannya.

PENGOBATAN
Gangguan khayalan umumnya tidak menyebabkan kerusakan hebat. Meskipun begitu, orang tersebut bisa menjadi semakin terlibat dengan khayalan. Kebanyakan orang bisa tetap dipekerjakan.
Hubungan dokter-pasien yang baik membantu dalam pengobatan gangguan khayalan. Opname kemungkinan diperlukan jika dokter tersebut meyakini orang tersebut adalah membahayakan. Obat-obatan antipsikotis tidak umum digunakan tetapi kadangkala efektif dalam menekan gejala-gejala. Tujuan pengobatan jangka panjang adalah untuk mengangkat focus yang hilang orang tersebut dari khayalan ke daerah yang lebih membangun dan memuaskan, meskipun tujuan ini sering sulit untuk dicapai.





DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi.A,H.1998. Psikologo Umum. RINEKA CIPTA: Jakarta
Walgito, Bimo. 1974. Pengantar Psikologi Umum. ANDI: Yogyakarta
Sujanto, Agus. 2004. Psikologi Umum. BUMI AKSARA: Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar