Pengertian
Persepsi
Persepsi
adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang
diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.
Persepsi ialah
memberikan makna pada stimuli inderawi (sensori stimuli). Hubungan
sensasi dengan persepsi sudah jelas. Sensasi adalah bagian dari persepsi.
Walaupun begitu, menafsirkan makna informasi inderawi tidak hanya melibatkan
sensasi, tetapi juga atensi, ekspektasi, motivasi, dan memori (Desiderato,
1976: 129; Jalaludin, 2003: 51).
Menurut
Widayatun (1999: 110) persepsi atau tanggapan adalah proses mental yang terjadi
kepada diri manusia yang akan menunjukkan bagaimana kita melihat, mendengar,
merasakan, memberi, serta meraba (kerja indra) sekitar kita.
William
James (Widayatun, 1999: 110) menjelaskan persepsi adalah suatu pengalaman yang
terbentuk berupa data-data yang didapat melalui indra, hasil pengolahan otak
dan ingatan proses dihayati melalui ilusi atau mispersepsi atau trick atau
tipuan dan juga bukan salah tanggapan.
Persepsi
biasanya juga diartikan mengenal dan memilih berbagai obyek sehubungan dengan
tindakan yang akan diambil (Notoadmojo, 2003: 133).
Menurut
Davidoff, 1981; Rogers, 1965 (Walgito, 2004: 89), menyatakan bahwa persepsi
merupakan aktivitas yang intergrated dalam diri individu, maka apa yang ada
dalam diri individu akan ikut aktif dalam persepsi. Maka dalam persepsi dapat
dikemukakan karena perasaan, kemampuan berfikir, pengalaman-pengalaman individu
tidak sama, maka dalam mempersepsi sesuatu stimulus, hasil persepsi mungkin
akan berbeda antara individu satu dengan individu yang lain.
Persepsi
adalah proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap rangsang yang
diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti
dan merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu. Karena
merupakan aktivitas yang integreted, maka seluruh pribadi, seluruh apa yang ada
dalam diri individu aktif berperan dalam persepsi itu (Bimo Walgito, 2001;
Sunaryo, 2004: 93).
Persepsi
ialah daya mengenal barang, kualitas atau hubungan, dan perbedaan antara hal
ini melalui proses mengamati, mengetahui, atau mengartikan setelah
pancaindranya mendapat rangsang. (Maramis, 1999; Sunaryo, 2004: 94).
Persepsi dapat
diartikan sebagai proses diterimanya rangsang melalui pancaindra yang didahului
oleh perhatian sehingga individu mampu mengetahui, mengartikan, dan menghayati
tentang hal yang diamati, baik yang ada di luar maupun dalam diri individu.
(Sunaryo, 2004 : 94)
Dari
definisi di atas maka pengertian persepsi dalam penelitian ini adalah merupakan
proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses pengindraan, yaitu proses
diterimanya stimulus oleh alat indra, kemudian individu ada perhatian, lalu
diteruskan ke otak, dan baru kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang
dinamakan persepsi. Dengan persepsi individu menyadari dapat mengerti tentang
keadaan lingkungan yang ada di sekitarnya maupun tentang hal yang ada
disekitarnya maupun tentang hal yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.
Macam
Persepsi
Ada dua
macam persepsi, yaitu :
1. External perception, yaitu
persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang datang dari luar diri
individu.
2. Self-perception, yaitu persepsi
yang terjadi karena adanya rangsang yang berasal dari dalam diri individu.
Dalam hal ini yang menjadi objek adalah dirinya sendiri.
(Sunaryo,2004 : 94)
Faktor yang
Mempengaruhi Persepsi
Faktor-faktor
yang mempengaruhi persepsi menurut Walgito (1995: 22) terdapat dua yaitu faktor
ektern dan intern.
1. Faktor Internal
Faktor yang mempengaruhi
persepsi berkaitan dengan kebutuhan psikologis, latar belakang pendidikan, alat
indera, syaraf atau pusat susunan syaraf, kepribadian dan pengalaman penerimaan
diri serta keadaan individu pada waktu tertentu.
2. Faktor Eksternal
Faktor ini
digunakan untuk obyek yang dipersepsikan atas orang dan keadaan, intensitas
rangsangan, lingkungan, kekuatan rangsangan akan turut menentukan didasari atau
tidaknya rangsangan tersebut.
Menurut
Walgito (2004: 89-90) agar individu dapat menyadari dan dapat membuat persepsi,
adanya faktor- faktor yang berperan, yang merupakan syarat agar terjadi
persepsi, yaitu berikut ini:
a. Adanya objek atau stimulus yang
dipersepsikan (fisik).
b. Adanya alat indera, syaraf, dan
pusat susunan saraf untuk menerima stimulus (fisiologis).
c. Adanya perhatian yang merupakan
langkah pertama dalam mengadakan persepsi (psikologis).
Faktor-faktor
yang mempengaruhi persepsi menurut Widayatun (1999: 115) meliputi :
1. Intrinsik dan ekstrinsik
seseorang (cara hidup/cara berfikir, kesiapan mental, kebutuhan dan wawasan)
2. Faktor Ipoleksosbud Hankam
3. Faktor usia
4. Faktor kematangan
5. Faktor lingkungan sekitar
6. Faktor pembawaan
7. Faktor fisik dan kesehatan
8. Faktor proses mental
Tahap-tahap
dalam proses persepsi
Menurut Parcek
(Walgito, 1995: 20) proses tersebut terdiri dari proses menerima, menyeleksi,
mengorganisasi, mengartikan, menyajikan dan memberikan reaksi kepada rangsang
panca indra.
1) Proses
menerima
Proses
pertama dalam persepsi adalah menerima rangsang atau data dari berbagai sumber.
Kebanyakan data diterima melalui panca indra, sehingga proses ini sering
disebut dengan pengindraan, proses ini sering disebut sensasi. Menurut
Desiderado (Walgito, 1995: 20) merupakan pengalaman elementer yang segera, yang
tidak memerlukan penguraian secara verbal, simbolis, atau konseptual, dan
terutama selalu berhubungan dengan panca indra. Schereer (Walgito, 1995: 21)
mengemukakan bahwa rangsangan itu terdiri dari tiga macam sesuai dengan elemen
dari proses penginderaan. Pertama rangsang merupakan obyek, ialah obyek dalam
bentuk fisiknya atau rangsang distal. Kedua, rangsang sebagai keseluruhan yang
terbesar dalam lapangan progsimal, ini belum menyangkut proses sistem syaraf.
Ketiga, rangsang sebagai representasi fenomena atau gejala yang dikesankan dari
obyek-obyek yang ada diluar.
2)
Proses Menyeleksi Rangsang
Michell
(Walgito, 1995: 18) menyatakan persepsi adalah suatu proses yang didalamnya
mengandung proses seleksi ataupun sebuah mekanisme. Setelah menerima rangsang
atau data diseleksi. Anderson (Walgito, 1995: 22) mengemukakan bahwa perhatian
adalah proses mental, ketika rangsang atau rangkaian rangsang menjadi menonjol
dalam keadaan pada saat yang lainnya melemah.
3)
Proses Pengorganisasian
Data atau
rangsang yang diterima selanjutnya diorganisasikan dalam suatu bentuk.
Pengorganisasian sebagai proses seleksi atau screening berarti beberapa
informasi akan diproses dan yang lain tidak. Sebagaimana mekanisme
pengorganisasian, berarti bahwa informasi-informasi yang diproses akan digolong-golongkan
dan dikategorikan dengan beberapa cara. Hal ini akan memberikan arah untuk
mengartikan sesuatu stimulus. Kategorisasi tersebut mungkin terjadi secara
terperinci, yang terpenting adalah mengkategorikan informasi yang kompleks ke
dalam bentuk yang sederhana.
4)
Proses Pengambilan Keputusan dan
Pengecekan
Tahap-tahap
dalam pengambilan keputusan menurut Burner (Walgito, 1995: 22) adalah sebagai
berikut : pertama kategori primitif, dimana obyek atau peristiwa yang diamati,
diseleksi dan ditandai berdasarkan ciri-ciri tersebut. Kedua, mencari tanda
(cue search), pengamatan secara cepat memeriksa (scanning) lingkungan untuk
mencari tambahan informasi untuk mengadakan kategorisasi yang tepat. Ketiga,
konfirmasi, ini terjadi setelah obyek mendapat penggolongan sementara. Pada
tahap ini pengamatan tidak lagi terbuka untuk sembarang memasukan melainkan
hanya menerima informasi yang memperkuat atau mengkonfirmasiakan keputusannya,
masukan-masukan yang tidak relevan dihindari.
5)
Proses
Terjadinya Persepsi
Proses
terjadinya persepsi menurut Widayatun (1999: 111) karena adanya obyek atau
stimulus yang merangsang untuk ditangkap panca indera kemudian stimulus tadi
dibawa ke otak. Dari otak terjadi adanya “ pesan “ atau jawaban ( respon )
adanya stimulus, berupa pesan atau respon yang dibalikan ke indera kembali
berupa “ tanggapan “ atau persepsi atau hasil kerja indera berupa pengalaman
hasil pengelolaaan otak.
Proses
terjadinya persepsi ini perlu fenomena, dan yang terpenting fenomena dari
persepsi ini adalah “perhatian” atau “attention”. Pengertian perhatian itu
sendiri adalah suatu konsep yang diberikan pada proses persepsi menyeleksi
input-input tertentu untuk diikutsertakan dalam suatu pengalaman yang kita
sadari/kenal dalam suatu waktu tertentu. Perhatian sendiri mempunyai ciri
khusus yaitu terfokus dan margin serta berubah-ubah.
Proses
persepsi lainnya dikemukakan oleh Walgito (2004, 90-91) yang menjelaskan
terjadinya proses persepsi yaitu objek menimbulkan stimulus, dan stimulus
mengenai alat indera atau reseptor. Proses ini dinamakan proses kealaman
(fisik). Stimulus yang diterima oleh alat indera dilanjutkan oleh syaraf
sensoris ke otak. Proses ini dinamakan proses fisiologis. Kemudian terjadilah
suatu proses di otak, sehingga individu dapat menyadari apa yang ia terima
dengan reseptor itu, sebagai suatu akibat dari stimulus yang diterimanya.
Proses yang terjadi dalam otak atau pusat kesadaran itulah yang dinamakan
proses psikologis. Dengan demikian taraf terakhir dari proses persepsi ialah
individu menyadari tentang apa yang diterima melalui alat indera atau reseptor.
Proses ini merupakan proses terakhir dari persepsi dan merupakan persepsi yang
sebenarnya. Respons sebagai akibat dari persepsi dapat diambil oleh individu
dalam berbagai-bagai macam bentuk.
Dalam proses
persepsi individu tidak hanya menerima satu stimulus saja, tetapi individu
menerima bermacam-macam stimulus yang datang dari lingkungan. Tetapi tidak
semua stimulus akan diperhatikan atau akan diberi respon. Individu mengadakan
seleksi terhadap stimulus yang mengenainya, dan disini berperannya perhatian.
Sebagai akibat dari stimulus yang dipilihya dan diterima oleh individu,
individu menyadari dan memberikan respon sebagai reaksi terhadap stimulus
tersebut. Penjelasan tersebut dapat dilanjutkan dalam skema sebagai berikut:




Keterangan :
L = Lingkungan
S = Stimulus
O = Organisme atau individu
R = Respon atau reaksi
FANTASI (khayalan) “Delusional Disorder”
DEFINISI
Fantasi adalah kemampuan jiwa untuk
membentuk tanggapan-tanggapan atau bayangan-bayangan baru. Dengn kekuatan
fantasi manusia dapat melepaskan diri dari keadaan yang dihadapinya dan
menjangkau kedepan, kekeadaan-keadaan yang akan mendatang. Fantasi sebagai
kemampuan jiwa manusia dapat terjadi :
1)
Secara disadari, yaitu apabila
individu betul-betul menyadari akan fantasunya. Misalnya seorang pelukis yang sedang menciptakan lukisan dengan
kemampuan fantasinya, seorang pemahat yang sedang memahat arca atas dasar daya
fantasinya.
2)
Secara tidak sadar, yaitu apabila
individu tidak secara sadar telah dituntut oleh fantasinya. Keadaan semacam ini
banyak dijumpai pada anak-anak. Anak sering mengemukakan hal-hal yang bersifat
fantastis, sekalipun tidak ada niat atu maksud dari anak untuk berdusta. Misalnya seorang anak memberikan berita
yang tidak sesuai dengan keadaan senyatanya, sekalipun ia tidak ada maksud
untuk berbohong. Dalam hal ini anak dengan tidak disadari dituntut oleh
fantasinya.
Fantasi memungkinkan kita mengikuti
seorang pengarang atau pencerita dalam ceritanya, merasakan apa yang dirasakan
pengubah lagu, dan mengikuti apa yang diciptakan, baik oleh seorang seniman
maupun oleh seorang cerdik pandai. Dengan demikian dapat kita bedakan antara
Fantasi Pencipta dan Fantasi Terpimpin.
Fantasi menciptakan atau kreatif adalah bentuk atau
jenis fantasi yang mampu menciptakan hal-hal baru. Misalnya seorang seniman berkhayal membuat lagu dan dinyanyikan
didepan orang banyak atau anak-anak berhayal bisa membuat pesawat terbang.
Fantasi terpimpin adalah bentuk atau jenis fantasi
yang dituntut oleh pihak lain. Misalnya seorang
yang melihat film, orang ini dapat mengikuti apa yang diihatnya dan dapat
berfantasi tentang keadaan atau tempat-tempat lain dengan perantaran film itu,
sehingga dengan demikian fantasinya dituntut atau dipimpin oleh film tersebut.
Dilihat dari
caranya orang berfantasi, fantasi dapat dapat dibedakan menjadi :
1)
Fantasi yang mengabtraksi, yaitu
cara orang berfntasi dengan mengabtraksikan beberapa bagian, sehingga ada bagian-bagian yang dihilangkan. Misalnya anak yang belum pernah melihat
gurun pasir, maka untuk menjelaskan dipakailah bahan apersepsi yaitu lapangan.
2)
Fantasi yang mendeterminasi, yaitu
cara orang berfantasi dengan cara mendeterminasi terlebih dahulu. Misalnya anak belum pernah lihat
harimau. Yang telah mereka kenal kucing, maka kucing dipergunakan sebagai bahan
apresiasi untuk memberikan pengertian mengenai harimau. Dalam berantasi
harimau, dalam bayangannya seperti kucing, tetapi besar.
3)
Fantasi yang mengkombinasi,yaitu
cara orang berfantasi dimana orang mengkombinasikan pengertian-pengertian atau
bayangan-bayangan yang ada pada individu bersangakutan. Berfantasi tentang ikan
duyung, yaitu kepalanya kepala seorang wanita, tapi badannya badan ikan. Jadi
ada kombinasi anatara badan manusia dengan badan ikan. Fantasi kombinasi inilah
yang banyak digunakan orang. Misalnya
ingin membuat rumah dengan mengkombinasikan rumah model eropa dengan atap model
minangkabau.
Gangguan
khayalan ditandai dengan satu atau lebih keyakinan palsu yang berlangsung
setidaknya 1 bulan.
Gangguan
khayalan biasanya pertama kali mempengaruhi orang di pertengahan atau akhir
kehidupan orang dewasa. Khayalan cenderung tidak aneh dan berhubungan dengan
situasi yang bisa secara masuk akal terjadi dalam kehidupan nyata, seperti
diikuti, diracuni, terinfeksi, cinta jarak jauh, atau ditipu oleh pasangan atau
kekasih. Beberapa subjenis pada gangguan khayalan diketahui.
Pada erotomanic
subtype, tema pusat pada khayalan adalah bahwa orang lain mencintai secara
individual. Upaya untuk berhubungan dengan benda pada khayalan melalui
panggilan telepon, surat, atau bahkan pengawasan dan mengikuti kemungkinan
umum. Perilaku berhubungan dengan khayalan bisa mendatangkan konflik dengan
hukum.
Pada grandiose
subtype, orang tersebut berkeyakinan bahwa mereka memiliki talenta besar
atau telah membuat beberapa penemuan penting.
Pada subtipe
cemburu, orang tersebut berkeyakinan bahwa pasangan atau kekasih tidak setia.
Keyakinan ini didasari pada kesimpulan yang tidak benar oleh ‘bukti’ yang
meragukan. Di bawah beberapa keadaan, serangan fisik kemungkinan menjadi bahaya
yang signifikan.
Pada subtipe
penyiksa, orang tersebut percaya bahwa dia direncanakan untuk dilawan,
diselidiki, difitnah, atau diganggu. Orang tersebut bisa mencoba berulang-kali
untuk memperoleh keadilan dengan protes ke pengadilan dan para agen
pemerintahan lainnya. Jarang, kekerasan kemungkinan dipilih untuk pembalasan
penyiksaan yang dibayangkan.
Pada
subjenis somatik, orang tersebut terlalu disibukkan dengan fungsi atau atribut
tubuh, seperti kelainan atau bau fisik yang dibayangkan. Khayalan tersebut bisa
juga mengambil bentuk kondisi kesehatan umum yang dibayangkan, seperti infeksi
parasit.
GEJALA
Gangguan delusional
bisa muncul dari gangguan kepribadian paranoid yang telah ada. Diawali pada
masa dewasa dini, orang dengan gangguan kepribadian paranoid menunjukkan
kecurigaan pervasiv dan kecurigaan pada orang lain dan motif mereka.
Gejala-gejala awal bisa termasuk merasa dieksploitasi, terlalu sibuk dengan
kesetiaan atau kepercayaan pada teman, membaca ancaman yang berarti ke dalam
keterangan atau peristiwa yang tidak berbahaya, menyimpan dendam untuk waktu
yang lama, dan bereaksi dengan segera dari perhatian yang meremehkan.
DIAGNOSA
Setelah
menguasai kondisi tertentu lain yang berhubungan dengan khayalan, seorang
dokter mendasari diagnosa pada gangguan khayalan sebagian besar pada riwayat
orang tersebut. Hal ini sangat penting untuk dokter untuk menilai tingkat bahaya,
terutama tingkat dimana orang tersebut ingin bertindak dalam khayalannya.
PENGOBATAN
Gangguan
khayalan umumnya tidak menyebabkan kerusakan hebat. Meskipun begitu, orang
tersebut bisa menjadi semakin terlibat dengan khayalan. Kebanyakan orang bisa
tetap dipekerjakan.
Hubungan
dokter-pasien yang baik membantu dalam pengobatan gangguan khayalan. Opname
kemungkinan diperlukan jika dokter tersebut meyakini orang tersebut adalah
membahayakan. Obat-obatan antipsikotis tidak umum digunakan tetapi kadangkala efektif
dalam menekan gejala-gejala. Tujuan pengobatan jangka panjang adalah untuk
mengangkat focus yang hilang orang tersebut dari khayalan ke daerah yang lebih
membangun dan memuaskan, meskipun tujuan ini sering sulit untuk dicapai.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi.A,H.1998.
Psikologo Umum. RINEKA CIPTA: Jakarta
Walgito,
Bimo. 1974. Pengantar Psikologi Umum.
ANDI: Yogyakarta
Sujanto,
Agus. 2004. Psikologi Umum. BUMI
AKSARA: Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar