BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ANALISA KADAR KARBOHIDRAT
Pengertian Karbohidrat
Secara sederhana dapat diartikan
bahwa karbohidrat ialah suatu senyawa yang terdiri dari molekul-molekul karbon
(C), hydrogen (H) dan oksigen (O) atau karbon dan hidrat (H2O) sehingga
dinamaka karbo-hidrat. Dalam tumbuhan senyawa ini dibentuk melaui proses
fotosintesis antara air (H2O) dengan karbondioksida (CO2) dengan bantuan sinra
matahari (UV) menghasilkan senyawa sakarida dengan rumus (CH2O)n.
Fungsi
Karbohidrat
Ada banyak
fungsi dari karbohidrat dalam penerapannya di industri pangan, farmasi maupun
dalam kehidupan manusia sehari-hari. Diantara fungsi dan kegunaan itu ialah :
a. Sebagai
sumber kalori atau energi
b. Sebagai
bahan pemanis dan pengawet
c. Sebagai
bahan pengisi dan pembentuk
d. Sebagai
bahan penstabil
e. Sebagai
sumber flavor (karamel)
f. Sebagai
sumber serat
Klasifikasi
Karbohidrat
Karbohidrat
dapat digolongan menjadi dua (2) macam yaitu karbohidrat sederhana dengan
karbohidrat komplek atau dapat pula menjadi tiga (3) macam, yaitu :
A.
Monosakarida (karbohidrat
tunggal)
Kelompok monosakarida dibedakan
menjadi dua (2) macam, yaitu pentosa yang tersusun dari lima (5) atom
karbon (arabinosa, ribose, xylosa) dan heksosa yang tersusun dari enam
(6) atom karbon (fruktosa/levulosa, glukosa, dan galaktosa).
Struktu
glukosa dan fruktosa digunakan sebagai dasar untuk membedakan antara gula
reduksi dan gula non-reduksi. Penamaan gula reduksi ialah didasarkan
pada adanya gugus aldehid (–CHO pada glukosa dan galaktosa) yang dapat
mereduksi larutan Cu2SO4 membentuk endapan merah bata. Adapun gula
non-reduksi ialah gula yang tidak dapat mereduksi akibat tidak adanya gugus
aldehid seperti pada fruktosa dan sukrosa/dektrosa yang memiliki gugus keton
(C=O).
Monosakarida
merupakan karbohidrat dalam
bentuk gula
sederhana. Sebagaimana disakarida, monosakarida berasa manis, larut air, dan
bersifat kristalin.
Monosakarida digolongkan berdasarkan jumlah atom karbon yang dikandungnya (triosa, tetrosa, pentosa, heksosa, dan heptosa) dan gugus aktifnya, yang bisa berupa aldehida atau keton. Ini kemudian bergabung, menjadi misalnya aldoheksosa dan
ketotriosa.
Selanjutnya, tiap atom karbon yang mengikat gugus hidroksil
(kecuali pada kedua ujungnya) bersifat optik aktif, sehingga menghasilkan beberapa karbohidrat yang berlainan
meskipun struktur dasarnya sama. Sebagai contoh, galaktosa adalah aldoheksosa, namun memiliki sifat yang berbeda dari
glukosa karena atom-atomnya disusun berlainan.
Monosakarida
adalah karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis menjadi bentuk yang lebih
sederhana. Monosakarida meliputi glukosa, galaktosa, fruktosa, manosa, dan
lain-lain.
1. Glukosa
Glukosa merupakan suatu aldoheksosa,
disebut juga dekstrosa karena memutar bidang polarisasi ke kanan. Glukosa
merupakan komponen utama gula darah, menyusun 0,065- 0,11% darah kita.
Glukosa dapat terbentuk dari hidrolisis
pati, glikogen, dan maltosa. Glukosa sangat penting bagi kita karena sel tubuh
kita menggunakannya langsung untuk menghasilkan energi. Glukosa dapat
dioksidasi oleh zat pengoksidasi lembut seperti pereaksi Tollens sehingga
sering disebut sebagai gula pereduksi.
D-glukosa
|
β-D-glukosa
|
α-D-glukosa
|
2. Galaktosa
Galaktosa
merupakan suatu aldoheksosa. Monosakarida ini jarang terdapat bebas di alam.
Umumnya berikatan dengan glukosa dalam bentuk laktosa, yaitu gula yang terdapat
dalam susu. Galaktosa mempunyai rasa kurang manis jika dibandingkan dengan
glukosa dan kurang larut dalam air. Seperti halnya glukosa, galaktosa juga
merupakan gula pereduksi.
D-galaktosa
|
β-D-galaktosa
|
α-D-galaktosa
|
3. Fruktosa
Fruktosa
adalah suatu heksulosa, disebut juga levulosa karena memutar bidang polarisasi
ke kiri. Merupakan satu-satunya heksulosa yang terdapat di alam. Fruktosa
merupakan gula termanis, terdapat dalam madu dan buah-buahan bersama glukosa.
Fruktosa dapat terbentuk dari
hidrolisis suatu disakarida yang disebut sukrosa. Sama seperti glukosa,
fruktosa adalah suatu gula pereduksi.
(a)
|
(b)
|
Struktur fruktosa: (a) struktur
terbuka (b) struktur siklis
|
B. Disakarida
Disakarida adalah karbohidrat yang
tersusun dari 2 molekul monosakarida, yang dihubungkan oleh ikatan glikosida.
Ikatan glikosida terbentuk antara atom C 1 suatu monosakarida dengan atom O
dari OH monosakarida lain. Hidrolisis 1 mol disakarida akan menghasilkan 2 mol
monosakarida. Berikut ini beberapa disakarida yang banyak terdapat di alam.
1. Maltosa
Maltosa
adalah suatu disakarida dan merupakan hasil dari hidrolisis parsial tepung
(amilum). Maltosa tersusun dari molekul α-D-glukosa dan β-D-glukosa.
Struktur maltosa
|
Dari
struktur maltosa, terlihat bahwa gugus -O- sebagai penghubung antarunit yaitu
menghubungkan C 1 dari α-D-glukosa dengan C 4 dari β-D-glukosa. Konfigurasi
ikatan glikosida pada maltosa selalu α karena maltosa terhidrolisis oleh
α-glukosidase. Satu molekul maltosa terhidrolisis menjadi dua molekul glukosa.
2.Sukrosa
Sukrosa terdapat dalam gula tebu dan gula bit. Dalam kehidupan sehari-hari sukrosa dikenal dengan gula pasir. Sukrosa tersusun oleh molekul glukosa dan fruktosa yang dihubungkan oleh ikatan 1,2 –α.
Sukrosa terdapat dalam gula tebu dan gula bit. Dalam kehidupan sehari-hari sukrosa dikenal dengan gula pasir. Sukrosa tersusun oleh molekul glukosa dan fruktosa yang dihubungkan oleh ikatan 1,2 –α.
Struktur sukrosa
|
Sukrosa
terhidrolisis oleh enzim invertase menghasilkan α-D-glukosa dan β-D-fruktosa.
Campuran gula ini disebut gula inversi, lebih manis daripada sukrosa.
Jika kita perhatikan strukturnya,
karbon anomerik (karbon karbonil dalam monosakarida) dari glukosa maupun
fruktosa di dalam air tidak digunakan untuk berikatan sehingga keduanya tidak
memiliki gugus hemiasetal.
Akibatnya, sukrosa dalam air tidak
berada dalam kesetimbangan dengan bentuk aldehid atau keton sehingga sukrosa
tidak dapat dioksidasi. Sukrosa bukan merupakan gula pereduksi.
3.Laktosa
Laktosa adalah komponen utama yang terdapat pada air susu ibu dan susu sapi. Laktosa tersusun dari molekul β-D-galaktosa dan α-D-glukosa yang dihubungkan oleh ikatan 1,4'-β.
Laktosa adalah komponen utama yang terdapat pada air susu ibu dan susu sapi. Laktosa tersusun dari molekul β-D-galaktosa dan α-D-glukosa yang dihubungkan oleh ikatan 1,4'-β.
Struktur laktosa
|
Hidrolisis
dari laktosa dengan bantuan enzim galaktase yang dihasilkan dari pencernaan,
akan memberikan jumlah ekivalen yang sama dari α-D-glukosa dan β-D-galaktosa.
Apabila enzim ini kurang atau terganggu, bayi tidak dapat mencernakan susu.
Keadaan ini dikenal dengan penyakit galaktosemia yang biasa menyerang bayi.
C.
Oligosakarida (tersusun dari
beberapa monosakarida)
Kelompok ini terdiri dari banyak jenis,
seperti disakarida, trisakarida, tetrasakarida, dll. Namun paling banyak
dipelajari ialah kelompok disakarida yang terdiri dari maltosa, laktosa dan
sukrosa (dekstrosa). Dua dari jenis disakarida ini termasuk gula reduksi
(laktosa dan maltosa) sedangkan sukrosa tidak termasuk gula reduksi (nonreducing).
Oligosakarida
merupakan gabungan dari molekul-molekul monosakarida yang jumlahnya antara 2
(dua) sampai dengan 8 (delapan) molekul monosakarida. Sehingga oligosakarida
dapat berupa disakarida, trisakarida dan lainnya. Oligosakarida secara
eksperimen banyak dihasilkan dari proses hidrolisa polisakarida dan hanya
beberapa oligosakarida yang secara alami terdapat di alam. Oligosakarida yang
paling banyak digunakan dan terdapat di alam adalah bentuk disakarida seperti
maltosa, laktosa dan sukrosa.
Sering
terjadi salah kaprah dalam mengenal definisi gula, karena umumnya gula bagi
masyarakat adalah gula pasir. Padahal gula pasir adalah suatu disakarida.
Molekul disakarida yang disusun oleh dua molekul monosakarida yang dihubungkan
oleh ikatan glikosida.
Ikatan glikosida terjadi dari kondensasi gugus hidroksil dua
molekul monosakarida, yaitu berasal dari gugus hidroksil dari atom Carbon yang
pertama dengan salah satu gugus hidroksil pada atom karbon nomor 2, 4, atau 6,
yang berasal dari monosakarida yang kedua.
Kita ambil contoh bagaimana sebuah α–D–Glukosa dan
β–D–Glukosa membentuk disakarida, Pada kedua molekul ini ikatan glikosida atom
karbon nomor 1 dari α- D-glukosa dan atom karbon nomor 4 dari β-D-glukosa lain.
Ikatan yang terbentuk dinamakan ikatan 1- 4 glikosida, perhatikan Bagan 14.12.
Secara umum reaksi ini dapat digambarkan dengan sederhana dengan pola reaksi
berikut ini:
Bagan 14.12. Ikatan glikosida pada molekul maltosa
Pembentukan ikatan glikosida merupakan jembatan oksigen
yaitu R-OR, reaksi ini juga selalu diikuti dengan pelepasan molekul air.
Disakarida yang banyak terdapat di alam seperti maltosa yang
terbentuk dari 2 molekul glukosa melalui ikatan glikosida. Pada maltosa,
jembatan oksigen terbentuk antara atom karbon nomor 1 dari D-glukosa dan atom
karbon nomor 4 dari D-glukosa lain. Ikatan yang terbentuk dinamakan ikatan α
(1→4) glikosida, secara lengkap dinyatakan dengan β-D-glukopiranosil
(1→4)E-D-glukopiranosa. Dalam bentuk sederhana Glc(α1↔4β)Glc, perhatikan lagi
Bagan 14.12. Maltosa diperoleh dari hasil hidrolisa pati dan banyak
dimanfaatkan sebagai pemanis.
Gambar 14.13. Ikatan glikosida pada molekul sukrosa
Sukrosa
biasa diperoleh di alam sebagai gula tebu dan gula bit. Khususnya pada pada
ekstrak gula dari bit, sukrosa tidak murni melainkan bercampur dengan
oligosakarida yang lain seperti rafinosa dan stakiosa.
Gambar 14.14. Ikatan glikosida pada molekul laktosa.
Monosakarida
dan oligosakarida serta poli alkohol lainnya umumnya memiliki rasa manis.
Sukrosa memiliki rasa manis dan terasa nyaman di lidah kita, walaupun kita
menggunakannya dalam konsentrasi tinggi. Berbeda dengan β–D mannosa memiliki
terasa manis dan pahit. Sedangkan gentiobiosa memiliki rasa pahit.
Bahan untuk pemanis yang sering digunakan oleh industri
adalah sukrosa, starch syrup (campuran glukosa, maltosa dan malto
oligosakarida), glukosa, gula invert, fruktosa, laktosa dan gula alkohol
(sorbitol, mannitol, xylitol). Jika kita membandingkan rasa manis diantara
molekul oligosakarida dan monosakarida, apabila kita gunakan standart 100
adalah sukrosa maka dapat kita susun tabel tingkat kemanisan sebagai berikut.
D.
Polisakarida (tersusun lebih
dari 10 monosakarida)
Kelompok ini terdiri
dari tiga (3) jenis yaitu :
1. Homopolisakarida
Yaitu polisakarida yang tersusun atas
satu jenis dari monosakarida yang diikat oleh ikatan
glikosida, seperti galactan, mannan,
fructosans, dan glucosans (cellulose, dextrin, glycogen, dan starch/pati)
2. Heteropolisakarida
3. Polisakarida mengandung N (chitin)
Polisakarida
merupakan polimer monosakarida, mengandung banyak satuan monosakarida yang
dihubungkan oleh ikatan glikosida. Hidrolisis lengkap dari polisakarida akan
menghasilkan monosakarida. Glikogen dan amilum merupakan polimer glukosa.
Berikut beberapa polisakarida terpenting.
1. Selulosa
Selulosa
merupakan polisakarida yang banyak dijumpai dalam dinding sel pelindung seperti
batang, dahan, daun dari tumbuh-tumbuhan. Selulosa merupakan polimer yang
berantai panjang dan tidak bercabang. Suatu molekul tunggal selulosa merupakan
polimer rantai lurus dari 1,4’-β-D-glukosa. Hidrolisis selulosa dalam HCl 4%
dalam air menghasilkan D-glukosa.
|
Dalam
sistem pencernaan manusia terdapat enzim yang dapat memecahkan ikatan
α-glikosida, tetapi tidak terdapat enzim untuk memecahkan ikatan β-glikosida
yang terdapat dalam selulosa sehingga manusia tidak dapat mencerna selulosa.
Dalam sistem pencernaan hewan herbivora terdapat beberapa bakteri yang memiliki
enzim β-glikosida sehingga hewan jenis ini dapat menghidrolisis selulosa.
Contoh hewan yang memiliki bakteri tersebut adalah rayap, sehingga dapat
menjadikan kayu sebagai makanan utamanya. Selulosa sering digunakan dalam
pembuatan plastik. Selulosa nitrat digunakan sebagai bahan peledak, campurannya
dengan kamper menghasilkan lapisan film (seluloid).
2. Pati / Amilum
Pati
terbentuk lebih dari 500 molekul monosakarida. Merupakan polimer dari glukosa.
Pati terdapat dalam umbi-umbian sebagai cadangan makanan pada tumbuhan. Jika
dilarutkan dalam air panas, pati dapat dipisahkan menjadi dua fraksi utama,
yaitu amilosa dan amilopektin. Perbedaan terletak pada bentuk rantai dan jumlah
monomernya.
Amilosa adalah polimer linier dari
α-D-glukosa yang dihubungkan dengan ikatan 1,4-α. Dalam satu molekul amilosa
terdapat 250 satuan glukosa atau lebih. Amilosa membentuk senyawa kompleks
berwarna biru dengan iodium. Warna ini merupakan uji untuk mengidentifikasi
adanya pati.
Struktur amilosa
|
Molekul
amilopektin lebih besar dari amilosa. Strukturnya bercabang. Rantai utama
mengandung α-D-glukosa yang dihubungkan oleh ikatan 1,4'-α. Tiap molekul
glukosa pada titik percabangan dihubungkan oleh ikatan 1,6'-α.
Struktur amilopektin
|
Hidrolisis lengkap pati akan
menghasilkan D-glukosa. Hidrolisis dengan enzim tertentu akan menghasilkan
dextrin dan maltosa.
Pengujian Karbohidrat
A. Uji Kualitatif
Pengujian
ini dapat dilakukan dengan dua (2) macam cara, yaitu; pertama menggunakan
reaksi pembentukan warna dan yang kedua menggunakan prinsip kromatografi
(TLC/Thin Layer Cromatograpgy, GC/Gas Cromatography, HPLC/High Performance
Liquid Cromatography). Dikarenakan efisiensi pengujian, pada umumnya untuk
pengujian secara kualitatif hanya digunakan prinsip yang pertama yaitu adanya
pembentukan warna sebagai dasar penentuan kandungan karbohidrat dalam suatu
bahan. Sedikitnya ada tujuh (7) macam reaksi pembentukan warna, yaitu :
1. Tes Fehling
Tujuan : mengetahui keberadaan gula
pereduksi pada karbohidrat uji
Reagen : Fehling A (mengandung ion kupri
CuSO4)
Fehling B (campuran alkali NaOH dan KNaC4H4O6)
Hasil
(+) warna kuning dengan endapan merah
bata
(-) larutan tidak berubah warna
Gula pereduksi dapat mereduksi larutan
Fehling menjadi tembaga oksida
yang mengendap dan mereduksi ion kupri
menjadi ion kupro. Gula
pereduksi dengan larutan Fehling B akan
membentuk enediol yang
kemudian akan membentuk ion kupro dan
campuran asam-asam dari
Fehling B. Ion kupro dalam suasana basa
akan membentuk kupro
hidroksida yang dalam keadaan panas akan
mengendap menjadi kupro
oksida (Cu2O) yang berwarna merah
bata.
2. Tes Benedict
Reaksi : karbohidrat + Benedict → CuOH →
Cu2O (s)
Tujuan : mengetahui keberadaan gula
pereduksi pada karbohidrat uji
Reagen : Benedict (CuSO4 + NaOH +
Na-sitrat)
Hasil
(+) warna orange menjadi merah pekat
(-) tidak berubah warna dan tetap biru
Uji ini juga dapat digunakan untuk
analisa kuantitatif, karena banyak gula
dalam larutan berbanding lurus dengan
gelapnya warna endapan yang
terbentuk.
3. Tes Barfoed
Reaksi : karbohidrat + Barfoed →
karboksilat + H+ + Cu2O
(s)
Tujuan : mengetahui keberadaan gula
pereduksi pada karbohidrat uji
Reagen : Barfoed (campuran CuSO4 dan
CH3COOH)
Hasil
(+) warna orange dan terbentuk endapan
warna merah
(-) tidak berubah warna
Uji ini berbeda dengan tes Fehling dan
Benedict dikarenakan uji ini dapat
membedakan karbohidrat monosakarida atau
disakarida berdasarkan
prinsip monosakarida akan tereduksi
lebih cepat daripada disakarida.
4. Tes Moore
Reaksi : transformasi Bruyn-Alberda van
Ekenstein
Tujuan : mengetahui jenis gula, apakah
aldosa atau ketosa
Reagen : Moore (NaOH)
Hasil
(+) warna kuning kemudian menjadi merah
kecoklatan
(-) tidak berubah warna
Gula jenis aldosa akan mengalami
transformasi Bruyn-Alberda van
Ekenstein sementara fruktosa juga akan
terdeteksi sebagai hasil positif,
yang memberi warna kuning menjadi merah
bata.
5. Tes Seliwanoff
Reaksi : ketosa + HCl →
hidroksimetilfurfural + resorsinol → warna
orange tua
aldosa + HCl → hidroksimetilfurfural +
resorsinol → negatif
Tujuan : mengetahui keberadaan gugus
keton
Reagen : Seliwanoff
(HCl)
Hasil
(+) saat dididihkan berwarna orange dan
menjadi orange tua
setelah 7 menit
(-) tidak terjadi perubahan
Adanya warna orange tua/merah
menunjukkan hasil kondensasi dari
resorsinol yang didahului dengan
pembentukan hidroksimetilfurfural yang
proses pembentukannya sendiri berasal
dari konversi fruktosa oleh HCl panas yang
kemudian menghasilkan asam livulenik dan hidroksimetilfurfural.
HCl juga dapat memecah disakarida yang ada pada karbohidrat uji, sehingga
sampel sukrosa dapat terpecah menjadi fruktosa dan glukosa yang memiliki komponen
ketosa.
6. Tes Rapid Furfural
Reaksi : karbohidrat uji + HCl →
hidroksimetilfurfural + α-naphtol →
kompleks warna ungu
Tujuan : mendeteksi keberadaan
karbohidrat
Reagen : α-naphtol
Hasil
(+) warna ungu saat mulai didihkan
selama beberapa menit
(-) tidak terjadi perubahan
HCl pada reagen berfungsi untuk
mempercepat reaksi dengan memberikan
suasana asam, sedangkan α-naphtol
berfungsi sebagai indikator warna
yang akan memberi warna ungu ketika
berikatan dengan kompleks
aldosa/ketosa.
7. Tes Bial
Tujuan : mengetahui keberadaan gula
pentosa
Reagen : Bial (campuran orcinol, HCl,
dan FeCl3)
Hasil
(+) warna biru kehijauan, orange, atau
ungu
(-) tidak terjadi perubahan
Keberadaan pentosa akan didehidrasi oleh
komponen asam dari HCl dan
membentuk furfural.
8. Tes Molisch
Reaksi : pentosa + H2SO4 pekat → furfural + α -naphtol → warna ungu
heksosa + H2SO4 pekat → hidroksimetilfurfural + α -naphtol →
warna ungu
Tujuan : mengetahui keberadaan
karbohidrat dalam sampel uji
Reagen : Molisch (campuran H2SO4 pekat dan α-naphtol)
Hasil
(+) cincin ungu
(-) tidak terjadi perubahan
Asam sulfat pekat berfungsi sebagai agen
dehidrasi untuk membentuk
furfural (untuk pentosa) dan
hidroksimetilfurfural (untuk heksosa) yang
kemudian bereaksi dengan α-naphtol
membentuk kompleks yang
berwarna.
9. Tes Iod
Reaksi : karbohidrat + iodine (I2) →
warna biru kehitaman
Tujuan : mengetahui keberadaan amilum
dalam sampel uji
Reagen : I2
Hasil
(+) warna biru ketika ditambah iod,
namun hilang ketika
ditambah NaOH 2 N dan HCl 2 N
(-) tidak terjadi perubahan
Kondensasi iodine dengan karbohidrat
selain monosakarida dapat
menghasilkan warna yang khas. Amilum
dengan iodine dapat membentuk
kompleks biru, sedangkan dengan glikogen
akan membentuk warna
merah. Adanya NaOH yang bersifat basa
mengikat iod sehingga warna
biru hilang, dan ketika ditambah dengan
HCl tidak terjadi reaksi apapun.
Uji ini didasarkan pada pembentukan
rantai poliiodida pada kompleks
iodine-amilum. Kompleks ini tidak dapat
terbentuk pada senyawa gula
yang lebih pendek seperti monosakarida
atau disakarida, sehingga test ini
sering digunakan untuk mengetahui apakah
hidrolisis dari suatu senyawa
kompleks sudah selesai atau belum.
10. Hidrolisis Selulosa
Reaksi : selulosa + H2SO4 pekat → glukosa + selobiosa + Benedict
Tujuan : mengetahui apakah selulosa
dapat dihidrolisis menggunakan
H2SO4 pekat atau tidak
Reagen : H2SO4 pekat, H2O,
dan Benedict
Hasil hidrolisis menggunakan H2SO4 pekat dan H2O diuji menggunakan
larutan Benedict untuk mendeteksi gula
pereduksi yang telah terhidrolisis.
11. Hidrolisis Amilum
Tujuan : mengetahui apakah amilum dapat
dihidrolisis
Reagen : HCl pekat, iodine (I2),
dan Benedict
Hasil hidrolisis dan non-hidrolisis akan
memberi hasil yang berbeda
karena penguraian amilum menjadi
monosakarida-monosakarida
penyusunnya membutuhkan panas.
B. Uji Kuantitatif
Untuk
penetapan kadar karbohidrat dapat dilakukan dengan metode fisika, kimia,
enzimatik, dan kromatografi (tidak dibahas).
1. Metode Fisika
Ada
dua (2) macam, yaitu :
a. Berdasarkan indeks bias
Cara ini menggunakan
alat yang dinamakan refraktometer, yaitu dengan rumus :
X = [(A+B)C - BD)]
4
dimana :
X = % sukrosa atau
gula yang diperoleh
A = berat larutan
sampel (g)
2. Metode Kimia
Metode
ini didasarkan pada sifat mereduksi gula, seperti glukosa, galaktosa, dan
fruktosa (kecuali sukrosa karena tidak memiliki gugus aldehid). Fruktosa
meskipun tidak memiliki gugus aldehid, namun memiliki gugus alfa hidroksi
keton, sehingga tetap dapat bereaksi.
Dalam metode kimia ini ada dua (2)
macam cara yaitu :
a. Titrasi
Untuk cara yang pertama ini dapat
melihat metode yang telah distandarisasi oleh BSN yaitu pada SNI cara uji
makanan dan minuman nomor SNI 01-2892-1992.
b. Spektrofotometri
Adapun untuk cara yang kedua ini
menggunakan prinsip reaksi reduksi CuSO4 oleh gugus karbonil pada gula reduksi
yang setelah dipanaskan terbentuk endapan kupru oksida (Cu2O) kemudian
ditambahkan Na-sitrat dan Na-tatrat serta asam fosfomolibdat sehingga terbentuk
suatu komplek senyawa berwarna biru yang dapat diukur dengan spektrofotometer
pada panjang gelombang 630 nm.
3. Metode Enzimatik
Untuk
metode enzimatis ini, sangat tepat digunakan untuk penentuan kagar suatu gula
secara individual, disebabkan kerja enzim yang sangat spesifik. Contoh enzim
yang dapat digunakan ialah glukosa oksidase dan heksokinase Keduanya digunakan
untuk mengukur kadar glukosa.
a. Glukosa oksidase
D- Glukosa + O2 oleh glukosa
oksidase Asam glukonat dan H2O2
H2O2 + O-disianidin oleh enzim peroksidase
2H2O + O-disianidin teroksdasi yang berwarna cokelat (dapat diukur pada 540
nm)
b. Heksokinase
D-Glukosa + ATP oleh heksokinase
Glukosa-6-Phospat +ADP
Glukosa-6-Phospat + NADP+
oleh glukosa-6-phospat dehidrogenase Glukonat-6-Phospat + NADPH + H+
Adanya NADPH yang dapat berpendar (memiliki gugus kromofor) dapat diukur
pada 334 nm dimana jumlah NADPH yang terbentuk setara dengan jumlah glukosa.
BAB
III
METODE
PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
Alat
yang digunakan
·
Tabung reaksi
·
Pipet Ukur
·
Pipet tetes
·
Penangas air (
Waterbath)
·
Karet penghisap
·
Gelas ukur
·
Gelas beker
·
Spatula
·
Cawan arloj
·
Corong
·
Neraca analitik
·
Labu ukur
Bahan
yang digunakan
·
Larutan Aqudes
·
Larutan Glukosa 1%
·
Larutan Laktosa 1%
·
Larutan Maltosa 1%
·
Larutan Fruktosa 1%
·
Larutan Sukrosa 1%
·
Reagen Moore 1 %
·
Reagen benedict
·
Reagen Barfoed
·
NaOH 10%
3.2 Prosedur
Percobaan
Larutan Fruktosa
1.
Siapkan
alat dan bahan yang diperlukan
2.
Timbang
bahan (fruktosa) terlebih dahulu sebanyak 2,0055 gram
3.
Larutkan
fruktosa dengan aquades ke dalam gelas beker, aduk hingga larut
4.
Masukkan
larutan fuktosa ke dalam labu takar 200 ml dan tambahkan aquades hingga batas
yang tertera pada labu takar.
5.
Kocok
hingga homogen
Uji
Moore
1.
Siapkan
alat dan bahan yang di gunakan
2.
Masukkan
masing2 tabung reaksi sebanyak 5 ml larutan sampel ke dalam tabung reaksi
3.
Tambahkan
larutan NaOH sebayak 1 ml pada tiap-tiap tabung reaksi yang berisi larutan
sample
4.
Kemudian
panaskan tabung reaksi dengan air yang di panaskan pada Penangas air ( Waterbath)
selama 5 menit
5.
Amati perubahan motif perubahan yang
terjadi pada tabung reaksi sehingga terjadi perubahan warna coklat pekat yang
menandakan larutan tersebut banyak mengandung karbohidrat
Uji Benedict
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Isi tabung dengan reagen benedict sebanyak 3 ml ke masing-masing tabung
3. Tambahkan tiga tetes sampel pada setiap larutan karbohidrat kedalam tabung yang telah berisi reagen benedict
4. Kemudian panaskan semua tabung reaksi dengan air yang di panaskan pada Penangas air ( Waterbath) selama 5 menit
5. Amati perubahan yang terjadi pada tabung sehingga terjadi pengendapan positif berwarna coklat pekat yang menandakan larutan tersebut banyak mengandung karbohidrat.
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Isi tabung dengan reagen benedict sebanyak 3 ml ke masing-masing tabung
3. Tambahkan tiga tetes sampel pada setiap larutan karbohidrat kedalam tabung yang telah berisi reagen benedict
4. Kemudian panaskan semua tabung reaksi dengan air yang di panaskan pada Penangas air ( Waterbath) selama 5 menit
5. Amati perubahan yang terjadi pada tabung sehingga terjadi pengendapan positif berwarna coklat pekat yang menandakan larutan tersebut banyak mengandung karbohidrat.
Uji Barffoed
1. Siapkan alat dan bahan yang digunakan
2. Isilah satu tabung reaski sebanyak 5 ml reagen barffoedaskan
3. Tambahkan 5 tetes larutan fruktosa pada tabung reaksi yang berisi larutan reagen barffoed
4. Kemudian panaskan tabung reaksi dengan air yang di panaskan pada Penangas air ( Waterbath) selama 5 menit
5. Amati perubahan perubahan yang terjadi pada tabung sehingga terjadi pengendapan positif berwarna merah bata yang menandakan larutan tersebut banyak mengandung karbohidrat.
1. Siapkan alat dan bahan yang digunakan
2. Isilah satu tabung reaski sebanyak 5 ml reagen barffoedaskan
3. Tambahkan 5 tetes larutan fruktosa pada tabung reaksi yang berisi larutan reagen barffoed
4. Kemudian panaskan tabung reaksi dengan air yang di panaskan pada Penangas air ( Waterbath) selama 5 menit
5. Amati perubahan perubahan yang terjadi pada tabung sehingga terjadi pengendapan positif berwarna merah bata yang menandakan larutan tersebut banyak mengandung karbohidrat.
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
Moore
Perlakuan
|
Hasil
|
Keterangan
|
1.
Glukosa
·
5 ml Glukosa + 1 ml NaOH
·
Didihkan selama 5 menit
|
Bening è Coklat
|
++
|
2.
Maltosa
·
5 ml Maltosa + 1 ml NaOH
·
Didihkan selama 5 menit
|
Bening è Coklat
|
++
|
3.
Sukrosa
·
5 ml Sukrosa + 1 ml NaOH
·
Didihkan selama 5 menit
|
Bening è Bening
|
-
|
4.
Laktosa
·
5 ml Laktosa + 1 ml NaOH
·
Didihkan selama 5 menit
|
Bening è kuning
|
+
|
5.
Fruktosa
·
5 ml Fruktosa + 1 ml NaOH
·
Didihkan selama 5 menit
|
Bening è Coklat tua
|
+++
|
6.
Akuades
·
5 ml Akuades + 1 ml NaOH
·
Didihkan selama 5 menit
|
Bening è Bening
|
-
|
Benedic
Perlakuan
|
Hasil
|
Keterangan
|
1. Glukosa
·
3ml Glukosa + 3 tetes benedic
·
Didihkan selama 5 menit
|
Biru è Merah pekat
|
+++
|
2. Maltosa
·
3 ml Maltosa +
3tetes benedic
·
Didihkan selama 5 menit
|
Biru è Coklat
|
++
|
3. Sukrosa
·
3 ml Sukrosa + 3 tetes benedic
·
Didihkan selama 5 menit
|
Biru è Biru
|
-
|
4.
Laktosa
·
3 ml Laktosa + 3 tetes benedic
·
Didihkan selama 5 menit
|
Biru è Kuning
|
+
|
5. Fruktosa
·
3 ml Fruktosa + 3tetes benedic
·
Didihkan selama 5 menit
|
Biru è Coklat
|
++
|
6. Akuades
·
3 ml akuades + 3 tetes beendic
·
Didhkan selama 5 menit
|
Biru è Biru
|
-
|
Barfoed
Perlakuan
|
Hasil
|
Keterangan
|
1. Glukosa
·
5 ml Glukosa + 5 tetes barfoed
·
Didihkan selama 5 menit
|
Biru è Merah pekat
|
+++
|
2. Maltosa
·
5 ml Maltosa + 5
tetes barfoed
·
Didihkan selama 5 menit
|
Biru è Biru pekat
|
++
|
3. Sukrosa
·
5 ml Sukrosa + 5 tetes barfoed
·
Didihkan selama 5 menit
|
Biru è Biru
|
-
|
4. Laktosa
·
5 ml Laktosa + 5 tetes barfoed
·
Didihkan selama 5 menit
|
Biru è Biru pekat
|
++
|
5. Fruktosa
·
5 ml Fruktosa + 5 tetes barfoed
·
Didihkan selama 5 menit
|
Biru è Merah
pekat
|
+++
|
BAB V
KESIMPULAN
Ø Uji Moore
digunakan untuk menentukan kadar karbohrat dalam masing-masing sampel.
Dari
percobaan ini dapat disimpulkan bahwa ion OH- yang akan berikatan dengan rantai
aldehida dan mambentuk aldol aldehid.
Ø
Uji Benedich
digunakan untuk menentukan gula pereduksi dalam karbohidrat.
Dari percobaan uji benedich maka dapat disimpulkan bahwa kelima larutan tersebut dapat mereduksi karena memiliki gugus aldehid.
Dari percobaan uji benedich maka dapat disimpulkan bahwa kelima larutan tersebut dapat mereduksi karena memiliki gugus aldehid.
Ø
Uji Berffoed digunakan untuk mengidentifikasi antara
monoskarida, disakarida, dan polisakarida.
Dalam
uji ini tidak ditemukan reaksi spesifik yang terjadi.
DAFTAR
PUSTAKA
Hart, Harold. 1983. Kimia Organik. Jakarta. Erlangga
Lehninger.1982. Dasar-Dasar Biokimia. Penerjemah : Maggy Thenawijaya. Jakarta, ErlanggaLehninger, A.L. 1997. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Penerbit Erlangga. -. (2010). Chemistry for Biologists: Carbohydrates. [Online]. Diunduh 27 Agustus 2010. Tersedia: http://www.rsc.org/education/teachers/ learnnet/cfb/carbohydrates.htm. -. (Sept 18, 2009). Carbohydrate Nomenclature. [Online]. Diunduh 27 Agustus 2010. Tersedia: http://www.db.uth.tmc.edu/faculty/alevine/1521_2000/ carborev.htm. -. (2010). Material Safety Data Sheet. [Online]. Diunduh 27 Agustus 2010. Tersedia: http://www.jtbaker.com/msds/english.
Lehninger.1982. Dasar-Dasar Biokimia. Penerjemah : Maggy Thenawijaya. Jakarta, ErlanggaLehninger, A.L. 1997. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Penerbit Erlangga. -. (2010). Chemistry for Biologists: Carbohydrates. [Online]. Diunduh 27 Agustus 2010. Tersedia: http://www.rsc.org/education/teachers/ learnnet/cfb/carbohydrates.htm. -. (Sept 18, 2009). Carbohydrate Nomenclature. [Online]. Diunduh 27 Agustus 2010. Tersedia: http://www.db.uth.tmc.edu/faculty/alevine/1521_2000/ carborev.htm. -. (2010). Material Safety Data Sheet. [Online]. Diunduh 27 Agustus 2010. Tersedia: http://www.jtbaker.com/msds/english.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar