Minggu, 22 Januari 2012

Laporan Pembuatan Tepung Dari Singkong


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
SINGKONG

            Serealia dan umbi-umbian banyak tumbuh di Indonesia. Produksi serealia terutama beras sebagai bahan pangan pokok dan umbi-umbian cukup tinggi. Begitu pula dengan bertambahnya penduduk, kebutuhan akan serealia dan umbi-umbian sebagai sumber
energi pun terus meningkat. Tanaman dengan kadar karbohidrat tinggi seperti halnya serealia dan umbi-umbian pada umumnya tahan terhadap suhu tinggi. Serealia dan umbi-umbian sering dihidangkan dalam bentuk segar, rebusan atau kukusan, hal ini tergantung dari selera.
           
            Usaha penganekaragaman pangan sangat penting artinya sebagai usaha untuk mengatasi masalah ketergantungan pada satu bahan pangan pokok saja. Misalnya dengan mengolah serealia dan umbi-umbian menjadi berbagai bentuk awetan yang mempunyai rasa khas dan tahan lama disimpan. Bentuk olahan tersebut berupa tepung, gaplek, tapai, keripik dan lainya. Hal ini sesuai dengan program pemerintah khususnya dalam mengatasi masalah kebutuhan bahan pangan, terutama non-beras. Ubi kayu atau singkong merupakan salah satu bahan makanan sumber karbohidrat (sumber energi).
Tabel 1. Komposisi Ubi Kayu (per 100 gram bahan)
KOMPONEN
KADAR
Kalori
146,00 kal
Air
62,50 gram
Phosphor
40,00 mg
Karbohidrat
34,00 gram
Kalsium
33,00 mg
Vitamin C
30,00 mg
Protein
1,20 gram
Besi
0,70 mg
Lemak
0,30 gram
Vitamin B1
0,06 mg
Berat dapat dimakan
75,00
            Ubi kayu dalam keadaan segar tidak tahan lama. Untuk pemasaran yang memerlukan waktu lama, ubi kayu harus diolah dulu menjadi bentuk lain yang lebih awet, seperti gaplek, tapioka (tepung singkong), tapai, peuyeum, keripik singkong dan lain-lain.

            Tepung tapioka yang dibuat dari ubi kayu mempunyai banyak kegunaan, antara lain sebagai bahan pembantu dalam berbagai industri. Dibandingkan dengan tepung jagung, kentang, dan gandum atau terigu, komposisi zat gizi tepung tapioka cukup baik sehingga mengurangi kerusakan tenun, juga digunakan sebagai bahan bantu pewarna putih.

            Tapioka yang diolah menjadi sirup glukosa dan destrin sangat diperlukan oleh berbagai industri, antara lain industri kembang gula, penggalengan buah-buahan, pengolahan es krim, minuman dan industri peragian. Tapioka juga banyak digunakan sebagai bahan pengental, bahan pengisi dan bahan pengikat dalam industri makanan, seperti dalam pembuatan puding, sop, makanan bayi, es krim, pengolahan sosis daging, industri farmasi, dan lain-lain.

            Ampas tapioka banyak dipakai sebagai campuran makanan ternak. Pada umumnya masyarakat kita mengenal dua jenis tapioka, yaitu tapioka kasar dan tapioka halus. Tapioka kasar masih mengandung gumpalan dan butiran ubi kayu yang masih kasar, sedangkan tapioka halus merupakan hasil pengolahan lebih lanjut dan tidak mengandung gumpalan lagi.
Kualitas tapioka sangat ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu :
1.   Warna Tepung; tepung tapioka yang baik berwarna putih.
2.   Kandungan Air; tepung harus dijemur sampai kering benar sehingga kandungan airnya rendah.
3.   Banyaknya serat dan kotoran; usahakan agar banyaknya serat dan kayu yang digunakan           harus yang umurnya kurang dari 1 tahun karena serat dan zat kayunya masih sedikit dan          zat patinya masih banyak.
4.   Tingkat kekentalan; usahakan daya rekat tapioka tetap tinggi. Untuk ini hindari             penggunaan air yang berlebih dalam proses produksi.



BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Bahan


o   Singkong


3.2 Alat

o   Pisau
o   Panci
o   Parutan
o   Kain Saring
o   Tampah atau (nyiru)
o   Alat penumbuk (lumpang dan alu)


3.3 Cara karja
1.      Kupas, cuci dan parut ubi kayu segar;
2.      Tambahkan air, peras dan saring dengan kain saring;
3.      Simpan hasil saringan selama 1 malam untuk mengendapkan patinya;
4.      Kemudian buang air di atas endapan dan tiriskan hasil pengendapan;
5.      Jemur di bawah sinar matahari sampai kering;
6.      Tumbuk lalu ayak.







3.4 Diagram alir
Catatan:
Untuk mempercepat pengendapan, dapat ditambahkan tawas atau aluminium SulfatAl(SO4)3 sebanyak 1 g/lt dan karbohidrat (CaOCL2) sebanyak 1 mg/lt, sedangkanuntuk memperbaiki warna dapat ditambahkan natrium bisulfit (Na2 SO4) sebanyak 0,1 %.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.I HASIL
Hasil :
 50 gr    x 100% = 1,6%
1250 gr



IV.II PEMBAHASAN
            Dari 1250 gr singkong utuh yang telah kami Kupas, cuci dan parut lalu kami tahbahkan sedikit air kemudian diperas hingga mendapatkan pati. Kemudian pati tersebut didiamkan selama 1 malan agar mendapatkan endapan pati. Setelah pati terpisaah dengan air pati diketingkan denagn menggunakan oven setelah kering dihaaluskan denga menggunakan alu hingga halus dan kemudian diayak. Dalam pemerahanya kami mendapatkan kasulita sehingga kami hanya mendapatkan air pati hanya sedikit dan pada saat penghalusan kami juga mendaptakan kendala karena kami hanya menggunakan alat tardisional ( cobek ) dan tidak menggunakan alat elektronik ( blender ) sehinggga memakan waktu yang cukup lama untuk mengahalusakan tepung tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar