Minggu, 22 Januari 2012

Laporan Sakarin


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Sakarin
A.Pengertian
Sakarin yang dikenal antara lain dengan nama 0--sulfon-benzoic imide pertama kali ditemukan oleh Remsen pada tahun 1879. Sakarin adalah zat pemanis buatan yang dibuat dari garam natrium dari asam sakarin terbentuk bubuk putih, tidak berbau dan sangat manis.
Pemanis buatan ini mempunyai tingkat kemanisan 550 kali gula biuasa.Oleh karena itu angat popular dipakai sebagai bahan pengganti gula.
Dalam perdagangan dikenal dengan nama Gucide, Glucid, Garantose, Saccharimol, Saccharol, dan Sykosa. Harga sakarin paling murah dibanding dengan pemanis buatan lainnya.Sakarin dapat menghemat biaya produksi.Harga pemanis buatan jauh lebih murah dibandingkan dengan gula asli. Pemanis buatan hanya sedikit ditambahkan untuk memperoleh rasa manis yang kuat.
Tak dapat diragukan bahwa sebagian besar orang “manis” merupakan suatu rasa yang mempunyai daya tarik sendiri. Selanjutnya daya tarik yang manis ituakan terus meningkat, seperti ungkapan umum”lebih manis, lebih menarik”. Kecenderungan inipun untuk seorang anak bahkan orang dewasa sekalipun dapat merupaka kecanduan, artinya kecanduan makanan yang manis akan terus bertambah, jika tidak kita sendiri yang membatasinya. Hal ini terutama jika sejak bayi, makanan tambahan yang dikenal pertama telah diberi bahan pemanis.
Sejauh ini, bahan pemanis utama yang digunakan manusia adalah “gula”, kemudian selanjutnya berkembang bahan-bahan pemanis buatan selain gula.Dengan bahan pemanis ini banayk orang yang menggunakannya sebagai hadiah bagi anak-anak utnuk suatu prestasi tertentu atau sebagai ungkapan rasa cinta.Hal ini selanjutnya dimanfaatkan oleh para industriawan yang khususnya bergerak dalam bidang makanan bergula (convectionery) seperti permen, cokelat, minuman, dan kue-kue.Mereka menghubungkan segi iklan (promosinya) antara “kemanisan” dengan cinta, keberuntungan, pengertian, kemudahan dan berbagai daya tarik yang menyebabkan kita lebih terpikat dengan produk-produk berkadar gula tinggi tersebut.



              Bahan pemanis buatan adalah bahan pemanis yang dihasilkan melalui reaksi-reaksi kimia organik di laboratorium atau dalam skala industri, boleh juga dikatakan diperoleh secara sintesis dan tidak ,menghasilkan kalori seperti halnya bahan pengganti gula. Kebanyakan bahan pemanis itu campuran dari sakarin dan siklamat.Organisasi Pangan Dunia (WHO) telah menetapkan batas-batas yang disebut ADI werte (kebutuhan per orang tiap harinya), yaitu sejumlkah yang dapt dikonsumsi tanpa menimbulkan resiko.Nilai ini untuk orang dewasa tidak terlalu banyak berarti, tetapi bagi anak-anak relative menimbulkan kepekaan yang besar. Untuk sakarin batas tersebut adalah 5 mg per berat badan, adapun untuk siklamat 11 mg per kg berat badan, artinya jika 1 tablet mengandung 16,5 mg sakarin atau 70 mg siklamat, maka untuk seorang yang berberat badan 70 kg jumlah yang disarankan untuk dikonsumsi per hari tidak lebih dari 21 tablet sakarin atau 11 tablet siklamat.
              Telah diketahui tubuh manusia atau hewan terdiri dari alat tubuh dan jaringan. Alat tubuh atau jaringan tersebut tersusun dari unit-unit yang sangat kecil, yang disebut sel. Sel-sel ini mempunyai fungsi yang berlainan, akan tetapi mereka memperbanyak jumlahnya dengan cara pembelahan yang sama. Dalam keadaaan normal, proses pembelahan itu diatur sedemikian rupa sehingga jumlah sel tubuh yang dibentuk adalah sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan untuk menggantikan sel-sel yang sudah usang atau mati, agar bentuk alat tubuh atau jaringan tersebut tetap tersusun dalam proporsi yang seimbang dan serasi. Bilaman proses pembelahan sel itu menyimpang dan tidak dapat dikendalikan, akan menimbulkan pertumbuhan yang abnormal. Pertumbuhan abnormal tersebut disebut neoplasia atau tumbuh ganda. Penyebab atau factor-faktor penyelewengan proses pembelahan sel itu banayk macamnya, diantaranya yang sekarang sering diperbiuncangkan ialah yang disebabkan oleh bahan-bahan bersifat kimia dan mikotoksi.

B.Struktur Kimia dan Rasa
              Perubahan yang kecil dalam struktur kimia dapat merubah rasa dari senyawa tersebut, misalnya rasa manis menjadi pahit atau hambar. Contoh: efek substitusi dari sakarin (sakarin 500 kali lebih manis dari gula), penambahan gugus nitro pada posisi meta akan membuat senyawa menjadi sangat pahit, substitusi gugus metal pada amino menghasilkan senyawa yang hambar, sedangkan sakarin dalam konsentrasi yang tinggi cenderung memberikan rasa pahit.



C.Bahaya Penggunaan Sakarin yang Berlebihan
              Pemanis buatan banyak menimbulkan bahaya bagi kesehatan manusia diantaranya. Yaitu: migrain dan sakit kepala, kehilangan daya ingat, bingung, insomnia, iritasi, asma, hipertensi, diare, sakit perut, alergi, impotensi dan gangguan seksual, kebotakan, kanker otak, dan kanker kantung kemih.
              Tikus-tikus percobaan yang diberi makan 5% sakarin selama lebih dari 2 tahun, menunjukkan kanker mukosa kandung kemih (dosisnya kira-kira setara 175 gram sakarin sehari untuk orang dewasa seumur hidup). Sekalipun hasil penelitian ini masih kontroversial, namun kebanyakan para epidemiolog dan peneliti berpendapat, sakarin memang meningkatkan derajat kejadian kanker kandung kemih pada manusia kira-kira 60% lebih tinggi pada para pemakai, khususnya pada kaum laki-laki. Oleh karena itu Food and Drug Administation (FDA), AS menganjurkan untuk membatasi penggunaan sakarin hanya bagi para penderita kencing manis dan obesitas. Dosisnya agar tidak melampaui 1 gram setiap harinya.
Mekanisme Kerja Suatu senyawa untuk dapat digunakan sebagai pemanis,kecuali berasa manis, harus memenuhi beberapa kriteria tertentu, seperti 
(1) larut dan stabil dalam kisaran pH yang luas
(2) stabil pada kisaran suhu yang luas
(3) Mempunyai rasa manis dan tidak mempunyai side atau after-taste
(4) murah, setidak-tidaknya tidak melebihi harga gula.

              Senyawa yang mempunyai rasa manis strukturnya sangat beragam. Meskipun demikian, senyawa-senyawa tersebut mempunyai feature yang mirip, yaitu memiliki sistem donor/akseptor proton (sistem AHs/Bs) yang cocok dengan sistem reseptor (AHrBr) pada indera perasa manusia.
              Sakarin, yang merupakan pemanis tertua, termasuk pemanis yang sangat penting perannya dan biasanya dijual dalam bentuk garam Na atau Ca. Tingkat kemanisan sakarin adalah 300 kali lebih manis daripada gula. Karena tidak mempunyai nilai kalori, sakarin sangat populer digunakan sebagai pemanis makanan diet, baik bagi penderita diabetes maupun untuk pasien lain dengan diet rendah kalori. Pada konsentrasi yang tinggi, sakarin mempunyai after-taste yang pahit.Meskipun hasil pengujian pada hewan percobaan menunjukkan kecenderungan bahwa sakarin menimbulkan efek karsinogenik, tetapi hal ini belum dapat dibuktikan pada manusia.Oleh karena itu, sakarin sampai saat ini masih diijinkan penggunaannya di hampir semua negara.
2.2Zat warna  

Suatu zat warna ialah senyawa organic berwarna yang digunakan untuk memberi warna ke suatu objek atau suatu kain.Terdapat banyak sekali senyawa organic berwarna namun hanya beberapa yang sesuai untuk zat warna.Agar dapat digunakan sebagai pewarna, senyawa itu harus tidak luntur.
Suatu kain yang terbuat dari serat polipropilena atau hidrokarbon yang serupa sukar untuk diwarnai karena tidak memiliki gugus fungsional untuk menarik molekul-molekul zat warna.Namun kain ini dapat diwarnai dengan berhasil memasukan suatu kompleks logam-zat warna kedalam polimer itu.  Mewarnai kapas ( selulosa) lebih mudah karena ikatan antara gugus hidroksil satuan glukosa dan gugus molekul zat warna akan mengikat zat warna pada kain . serat polipeptida, seperti wol atau sutera, merupakan tekstil yang paling gampang untuk diwarnai karena meraka mengandung banyak gugus polar yang dapat berantaraksi dengan molekul zat warna.

1.      Zat warna langsung
Zat warna yang diaplikasikan langsung ke kain dari dalam suatu larutan air panas. Jika tekstil yang akan diwarnai mempunyai gugus polar, seperti dalam serat polipeptida, maka dengan memasukan suatu zat warna, baik dengan gugus amino maupun dengan suatu gugus asam kuat akan menyebabkan zat warna tidak luntur. Kuning martius adalah suatu zat warna langsung yang lazim.Gugus penol yang asam dalam kuning martius bereaksi dengan rantai sampai yang basa dalam wol dalam sutera.

2.      Zat warna tong
Suatu zat warna yang diaplikasikan pada tekstil dalam suatu tong berbentukterlarut dan kemudian dibiarkan bereaksi menjadi suatu bentuk yang tak larut.suatu zat warna tong yang lazim seperti Indigo diperoleh dari fermentasi suatu tumbuhan Woad  (Isatis tinctoria) di mengandung glukosida indikan,yang dapat dihidrolisis menjadi glokusa dan indoksil,precursor (zat pendahuluan) yang dari indigo.tekstil direndam dalam campuran fermentasi yang mengandung induksil,kemudian dibiarkan kering diudara.oksidasi indoksil oleh udara menghasilkan idigo yang tidsk larut dan berwarna biru.indigo mengendap dalam bentuk cis, yang mengalami isomerisasi sertamerta menjadi isomer-trans.
3.      Zat warna mordan
Suatu zat warna yang dibuat tak larut pada suatu tekstil dengan mengkomplekskan atau penyempit (chelation) dengan suatu ioan logam ,yang disebut Mordan (mordant:latin :mordere,”menggigit”).mula-mula tekstil iyu diolah dengan suatu garam logam (seperto Al,Cu,Co,atau Cr),kemudian diolah dengan suatu bentuk larut dari zat warna itu.reaksi penyempitan pada permukaan tekstil akan menghasilkan zat warna permanen. Salah satu zat warna mordan tertua ialah alizarin, yang memberikan suatu warna merah-mawar dengan Al3+ dan warna biru dengan Ba2+.

4.      Zat warna azo
Zat warna yang terbesar dan terpenting yang jumlahnya mencapai ribuan. Dalam pewarnaan-azo,mula-mula tekstil itu dibasahi dengan senyawa aromatic yang teraktifkan terhadap substitusi elektrofilik,kemudian diolah dengan suatu garam diazonium untuk membentuk zat warna.

A.    Zat warna pada makanan
          Makanan adalah salah satu kebutuhan manusia.dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari makanan. Sebagai kebutuhan dasar , makanan tersebut harus mengandung zat gizi untuk dapat memenuhi fungsinya dan aman dikonsumsi karena makanan yang tidak aman dapat menimbulkan gangguan kesehatan bahkan keracunan (Moehji, 1992).
            Aneka produk makanan dan minuman yang berwarna-warni tampil semakin menarik.Warna-warni pewarna membuat aneka produk makanan mampu mengundang selera.Meski begitu, konsumen harus berhati-hati.Pasalnya, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) kerap menemukan produk makanan yang menggunakan pewarna tekstil.
Di era modern, bahan pewarna tampaknya sudah tidak bisa dipisahkan dari berbagai jenis makanan dan minuman olahan.Produsen pun berlomba-lomba untuk menarik perhatian para konsumen dengan menambahkan pewarna pada makanan dan minuman.
            Bahan pewarna yang sering digunakan dalam makanan olahan terdiri dari pewarna sintetis (buatan) dan pewarna natural (alami).Pewarna sintetis terbuat dari bahan-bahan kimia, seperti tartrazin untuk warna kuning atau allura red untuk warna merah.
Kadang-kadang pengusaha yang nakal menggunakan pewarna bukan makanan (non food grade) untuk memberikan warna pada makanan.Demi mengeruk keuntungan, mereka menggunakan pewarna tekstil untuk makanan.Ada yang menggunakan Rhodamin B pewarna tekstil untuk mewarnai terasi, kerupuk dan minuman sirup.Padahal, penggunaan pewarna jenis itu dilarang keras, karena bisa menimbulkan kanker dan penyakit-penyakit lainnya.  Pewarna sintetis yang boleh digunakan untuk makanan (food grade) pun harus dibatasi penggunaannya. Karena pada dasarnya, setiap benda sintetis yang masuk ke dalam tubuh akan menimbulkan efek.
            Beberapa negara maju, seperti Eropa dan Jepang telah melarang penggunaan pewarna sintetis seperti pewarna tartrazine.Mereka lebih merekomendasikan pewarna alami, seperti beta karoten.Meski begitu, pewarna sintetis masih sangat diminati oleh para produsen makanan.Alasannya, harga pewarna sintetis jauh lebih murah dibandingkan dengan pewarna alami. Selain itu, pewarna sintetis memiliki tingkatstabilitas yang lebih baik, sehingga warnanya tetap cerah meskipun sudah mengalami proses pengolahan dan pemanasan.
            Berbeda dengan pewarna sintetis, pewarna alami malah mudah mengalami pemudaran pada saat diolah dan disimpan.Sebenarnya, pewarna alami tidak bebas dari masalah. Menurut Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI), dari segi kehalalan, pewarna alami justru memiliki titik kritis yang lebih tinggi. Lantaran pewarna natural tidak stabil selama penyimpanan, maka untuk mempertahankan warna agar tetap cerah, sering digunakan bahan pelapis untuk melindunginya dari pengaruh suhu, cahaya, dan kondisi lingkungan.
            Bahan pewarna yang memberikan warna merah diekstrak dari sejenis tanaman.Supaya pewarna tersebut stabil maka digunakan gelatin sebagai bahan pelapis melalui sistem mikroenkapsulasi.Pewarna ini sering digunakan pada industri daging dan ikan kaleng.LPPOM MUI menyatakan penggunaan pewarna sintetis yang tidak proporsional dapat menimbulkan masalah kesehatan. Namun penggunaan bahan pewarna alami pun jika tidak dilakukan secara hati-hati dapat menjurus kepada bahan yang haram atau subhat (tak jelas kehalalannya).
            Meski demikian, pilihan terbaik tentu saja tetap pewarna alami, karena tidak menimbulkan efek negatif pada tubuh.Perlu diingat kalau penggunaan bahan tambahan seperti pelapis pada pewarna harus dipilih dari bahan-bahan yang halal.
Berdasarkan sumbernya zat pewarna dibagi dalam dua golongan utama yaitu pewarna alami dan pewarna buatan.





B.     Pewarna Alami
            Adalah zat warna alami (pigmen) yang diperoleh dari tumbuhan, hewan, atau dari sumber-sumber mineral.Zat warna ini telah digunakan sejak dulu dan umumnya dianggap lebih aman daripada zat warna sintetis, seperti annato sebagai sumber warna kuning alamiah bagi berbagai jenis makanan begitu juga karoten dan klorofil. Dalam daftar FDA pewarna alami dan pewarna identik alami tergolong dalam ”uncertified color additives”  karena tidak memerlukan sertifikat kemurnian kimiawi.
            Keterbatasan pewarna alami adalah seringkali memberikan rasa dan flavor khas yang tidak diinginkan, konsentrasi pigmen rendah, stabilitas pigmen rendah, keseragaman warna kurang baik dan spektrum warna tidak seluas pewarna sintetik. Pewarna sintetik mempunyai keuntungan yang nyata dibandingkan pewarna alami, yaitu mempunyai kekuatan mewarnai yang lebih kuat, lebih seragam, lebih stabil dan biasanya lebih murah.
Beberapa contoh zat pewarna alami yang biasa digunakan untuk mewarnai makanan (Dikutip dari buku membuat pewarna alami karya nur hidayat dan elfi anis saati terbitan Trubus Agrisarana 2006. dapat diperoleh di toko-toko buku se Indonesia) adalah:
  • KAROTEN, menghasilkan warna jingga sampai merah. Biasanya digunakan untuk mewarnai produk-produk minyak dan lemak seperti minyak goreng dan margarin. Dapat diperoleh dari wortel, papaya dan sebagainya.
  • BIKSIN, memberikan warna kuning seperti mentega. Biksin diperoleh dari biji pohon Bixa orellana yang terdapat di daerah tropis dan sering digunakan untuk mewarnai mentega, margarin, minyak jagung dan salad dressing.
  • KARAMEL, berwarna coklat gelap dan merupakan hasil dari hidrolisis (pemecahan) karbohidrat, gula pasir, laktosa dan sirup malt. Karamel terdiri dari 3 jenis, yaitu karamel tahan asam yang sering digunakan untuk minuman berkarbonat, karamel cair untuk roti dan biskuit, serta karamel kering. Gula kelapa yang selain berfungsi sebagai pemanis, juga memberikan warna merah kecoklatan pada minuman es kelapa ataupun es cendol
  • KLOROFIL, menghasilkan warna hijau, diperoleh dari daun. Banyak digunakan untuk makanan. Saat ini bahkan mulai digunakan pada berbagai produk kesehatan. Pigmen klorofil banyak terdapat pada dedaunan (misal daun suji, pandan, katuk dan sebaginya). Daun suji dan daun pandan, daun katuk sebagai penghasil warna hijau untuk berbagai jenis kue jajanan pasar. Selain menghasilkan warna hijau yang cantik, juga memiliki harum yang khas.

  • ANTOSIANIN, penyebab warna merah, oranye, ungu dan biru banyak terdapat pada bunga dan buah-buahan seperti bunga mawar, pacar air, kembang sepatu, bunga tasbih/kana, krisan, pelargonium, aster cina, dan buah apel,chery, anggur, strawberi, juga terdapat pada buah manggis dan umbi ubi jalar. Bunga telang, menghasilkan warna biru keunguan. Bunga belimbing sayur menghasilkan warna merah. Penggunaan zat pewarna alami, misalnya pigmen antosianin masih terbatas pada beberapa produk makanan, seperti produk minuman (sari buah, juice dan susu).

C.    Pewarna sintetis
            Pewarna sintetis mempunyai keuntungan yang nyata dibandingkan pewarna alami, yaitu mempunyai kekuatan mewarnai yang lebih kuat, lebih seragam, lebih stabil, dan biasanya lebih murah. Berdasarkan rumus kimianya, zat warna sintetis dalam makanan menurut ”Joint FAO/WHO Expert Commitee on Food Additives (JECFA) dapat digolongkan dalam beberapa kelas yaitu : azo, triaril metana, quinolin, xantin dan indigoid.
Bahaya Jika Digunakan Pada Makanan
            Proses pembuatan zat pewarna sintetik biasanya melalui perlakuan pemberian asam sulfat atau asam nitrat yang sering kali terkontaminasi oleh arsen atau logam berat lain yang bersifat racun. Pada pembuatan zat pewarna organik sebelum mencapai produk akhir, harus melalui suatu senyawa antara yang kadang-kadang berbahaya dan sering kali tertinggal dalam hasil akhir, atau terbentuk senyawa-senyawa baru yang berbahaya. Untuk zat pewarna yang dianggap aman, ditetapkan bahwa kandungan arsen tidak boleh lebih dari 0,00014 persen dan timbal tidak boleh lebih dari 0,001 persen, sedangkan logam berat lainnnya tidak boleh ada.
Kelarutan pewarna sintetik ada dua macam yaitu dyes dan lakes. Dyes adalah zat warna yang larut air dan diperjual belikan dalam bentuk granula, cairan, campuran  warna  dan  pasta.             Digunakan untuk mewarnai minuman  berkarbonat, minuman ringan, roti, kue-kue produk susu, pembungkus sosis, dan lain-lain. Lakes adalah pigmen yang dibuat melalui pengendapan dari penyerapan dye pada bahan dasar, biasa digunakan pada pelapisan tablet, campuran adonan kue, cake dan donat.
            Rhodamin B. Rhodamin B adalah salah satu pewarna sintetik yang tidak boleh dipergunaan untuk makanan, selain itu pewarna lainnya yang dilarang adalah Metanil Yellow Rhodamin B memiliki rumus molekul C28H31N2O3Cl, dengan berat molekul sebesar 479.000. Rhodamin B berbentuk kristal hijau atau serbuk-unggu kemerah-merahan, sangat mudah larut dalam air yang akan menghasilkan warna merah kebiru-biruan dan berflourensi kuat. Selain mudah larut dalam air juga larut dalam alkohol, HCl dan NaOH. Rhodamin B ini biasanya dipakai dalam pewarnaan kertas, di dalam laboratorium digunakan sebagai pereaksi untuk identifikasi Pb, Bi, Co, Au, Mg, dan Th. Rhodamin B sampai sekarang masih banyak digunakan untuk mewarnai berbagai jenis makanan dan minuman (terutama untuk golongan ekonomi lemah), seperti kue-kue basah, saus, sirup, kerupuk dan tahu (khususnya Metanil Yellow), dan lain-lain.
            Menurut Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat, ciri-ciri makanan yang diberi Rhodamin B adalah warna makanan merah terang mencolok. Biasanya makanan yang diberi pewarna untuk makanan warnanya tidak begitu merah terang mencolok. Tanda-tanda dan gejala akut bila terpapar Rhodamin B :
1.  Jika terhirup dapat menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan.
2. Jika terkena kulit dapat menimbulkan iritasi pada kulit.
3. Jika terkena mata dapat menimbulkan iritasi pada mata, mata kemerahan, udem pada kelopak mata.
4. Jika tertelan dapat menimbulkan gejala keracunan dan air seni berwarna merah atau merah muda.
Metanil Yellow juga merupakan salah satu zat pewama yang tidak diizinkan untuk ditambahkan ke dalam bahan makanan.Metanil Yellow digunakan sebagai pewama untuk produk-produk tekstil (pakaian), cat kayu, dan cat lukis.Metanil juga biasa dijadikan indikator reaksi netralisasi asam basa.
Oleh karena itu sebaiknya konsumen sebelum membeli makanan dan minuman, harus meneliti kondisi fisik, kandungan bahan pembuatnya, kehalalannya melalui label makanan yang terdapat di dalam kemasan makanan tersebut agar keamanan makanan yang dikonsumsi senantiasa terjaga.

Tabel perbedaan antara zat pewarna sintetis dan alami
Pembeda
Zat pewarna Sintetis
Zat pewarna alami
Warna yang dihasilkan
Lebih cerah
Lebih homogeny
Lebih pudar
Tidak homogen
Variasi warna
Banyak
Sedikit
Harga
Lebih murah
Lebih mahal
Ketersediaan
Tidak terbatas
Terbatas
Kestabilan
Stabil
Kurang stabil

            Pemerintah sendiri telah mengatur penggunaan zat pewarna dalam makanan. Namun demikian masih banyak produsen makanan, terutama pengusaha kecil, yang menggunakan zat-zat pewarna yang dilarang dan berbahaya bagi kesehatan, misalnya rhodamine B sebagai pewarna untuk tekstil atau cat yang pada umumnya mempunyai warna yang lebih cerah, lebih stabil dalam penyimpanan, harganya lebih murah dan produsen pangan belum menyadari bahaya dari pewarna tersebut.
























BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1 Bahan dan Alat
            Bahan :
Ø  Bahan baku pembanding natrium sakarin (China)
Ø  Natrim benzoat (F.Goodrich Kalama USA)
Ø  Kalium sorbat (Japan)
Ø  Kofeina (China)
Ø   Aspartam (Ajinomoto)
Ø   Pelarut kimia metanol p.a asam asetat glasial (e.Merck)
Ø  Ammonium asetat (E.Merck),
Ø   Asetonitril p.a (E.Merck), dan
Ø   Aquabides (Ikapharmindo).
Ø   Sampel minuman ringan berkabonasi CC, DC, PC, DP dan CLC.
Alat :          
Ø  KCKT yang terdiri dari pompa KCKT model LC-6A
Ø      Detektor UV-VIS model SPD-6AV
Ø      Rekorder dan integrator model C-R4A Chro- matopac (Shimadzu)
Ø    Kolom C-18
Ø      Latek (15 cm x 4,0 mm) Spektro- fotometer UV-VIS 1601 (Shimadzu)
Ø      pH meter (Jenway)
Ø      Neraca analitik (Ohaus)
Ø    Pengaduk ultrasonik (Branson 3200)
Ø    Saringan filter eluen dan sampel 0,45 mm (Whatman)
Ø    Alat- alat gelas.
3.2 Cara Kerja :
1.    Sampling minuman
Proses sampling minuman ringanberkarbonasi dilakukan berdasarkan merek yang beredar di pasaran (su-permarket di daerah Jakarta dan Depok).Lima merek minuman ringan berkabonasi dipilih untuk dijadikan sampel dalam penelitian ini.Pemilihan sampel berdasarkan atas informasi kandungan bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam sampel tersebut.
2.    Penetapan panjang gelombang pengukuran
a. Pembuatan larutan baku 10 ppm Dibuat larutan standar dari masing-masing bahan baku pem- banding dengan kadar sakarin9,64 ppm, asam benzoat 10,101 ppm, asam sorbat 10,05 ppm, kofeina 10,01 ppm, dan aspartam10,03 ppm menggunakan pelarut aquabides yang telah disaring.
b.  Penetapan panjang gelombang pengukuranMasing-masing larutan ba- han baku pembanding tersebut diukur serapannya pada panjang gelombang 200-300 nm meng- gunakan spektrofotometer, lalu dibuat kurva serapannya. Kemudian ditentukan panjang gelom- bang untuk analisis.

3. Mencari kondisi percobaan opti- mum untuk analisis sakarin, asam benzoat, asam  sorbat,kofeina dan aspartam.Larutan campuran bahan baku pembanding sakarin, asam benzoat, asam sorbat, kofeina dan aspartam di dalam pelarut aquabides, disun- tikkan  sebanyak  20 m l  ke  dalam kolom  menggunakan  fase  gerak  campuran asetonitril dan dapar asetat dengan berbagai komposisi yaitu :
a.    19:81, pH dapar 4 dan 4,5
b.    10:90, pH dapar 4 ; 4,5 ; dan 5
c.    5:95, pH dapar 4 ; 4,5 ; dan 5
Dipilih komposisi dan pH dapar yang memberikan pemisahan terbaik, berdasarkan waktu tambat (tR), resolusi (R), HETP, dan jumlah pelat teori (N). Kondisi terpilih harus digu- nakan pada analisis sampel.

4.    Penentuan limit deteksi dan limit kuantitatif
Dibuat larutan bahan baku pem- banding dalam aquabides yang telah dipasang dengan konsentrasi sakarin dalam larutan sebesar 1,416 ppm;0,689 ppm; 0,550 ppm; 0,344 ppm; 0,2 ppm; dan 0,138 ppm, konsentrasi asam benzoat dalam larutan sebesar1,072 ppm; 0,852 ppm; 0,750 ppm;0,536 ppm; 0,268 ppm; 0,206 ppm;dan 0,150 ppm, konsentrasi kofeinadalam larutan sebesar 1,076 ppm; 0,5ppm; 0,452 ppm; 0,269 ppm; 0,142ppm; dan 0,086 ppm, konsentrasiasam sorbat dalam larutan sebesar0,055 ppm; 0,027 ppm, 0,013 ppm,0,0074 ppm; dan 0,0057 ppm dankonsentrasi   aspartam dalam laruta sebesar 25,2 ppm; 20,64 ppm; 10,32ppm; 6,5 ppm; dan 5,16 ppm.Larutan bahan baku pembanding tersebut disuntikkan sebanyak 20 ml pada kolom dengan kondisi analisis terpilih. Limit deteksi dan limit kuan-titatif ditentukan dengan memban- dingkan tinggi puncak zat dengan tinggi puncak derau. Derau adalah tinggi puncak terbesar yang dihasilkan oleh garis dasar pelarut.


5 .Pembuatan kurva kalibrasi.

Dibuat larutan sakarin dalampelarut aquabides yang telah di-saring dengan konsentrasi 5,66 ppm;11,32 ppm; 22,64 ppm; 45,28 ppm;dan 56,6ppm laludisuntikkan seba- nyak 20 ml ke dalam kolom meng- gunakan kondisi analisis terpilih. Untuk kurva kalibarsi asam benzoat, dibuat larutan aam benzoat dengan konsentrasi 1,012 ppm; 5,06 ppm; 10,12 ppm; 20,24 ppm; 40,48 ppm; dan 60,72 ppm. Untuk kurva kalibrasi asam sorbat dibuat larutan asam sorbat dengan konsentrasi0,0509 ppm; 0,1018 ppm; 0,509 ppm;1,018 ppm; 2,036 ppm; dan 3,054 ppm.Untuk kurva kalibrasi kofeina, dibuatlarutan dengan konsentrasi 1,01 ppm;5,05 ppm; 10,1 ppm; 20,2 ppm; dan40,4 ppm. Sedangkan untuk kurvakalibrasi aspartam, dibuat larutanaspartam dengan konsentrasi 30,24ppm; 40,32 ppm; 50,4 ppm; 60,48 ppm;dan 100,8 ppm.

6 .Penentuan keterulangan metoda analisis sakarin, asam benzoat, asam sorbat, kofeina dan aspar- tam
Dibuat larutan sakarin dalam pelarut aquabides yang telah disa- ring dengan konsentrasi 21,88 ppm; dan 28,57 ppm. Masing-masing konsentrasi disuntikkan enam kali ke dalam kolom, lalu area yang diper- oleh dicatat dan dihitung konsen- trasinya berdasarkan kurva kalibrasi yang diperoleh.Tentukan koefisien variasi dari masing-masing konsen- trasi dan variasi rata-rata konsentrasi tersebut.Untuk asam benzoat dibuat dengan kosentrasi 14,35 ppm; dan 34,01 ppm. Untuk asam sorbat dibuat dengan konsen- trasi 0,85 ppm; dan 1,63 ppm. Untuk kofeina dibuat dengan konsentrasi 10,1 ppm; dan 20,2 ppm. Sedangkan untuk aspartam dibuat dengan konsentrasi 40,32 ppm; dan 45,95 ppm.

7.    Uji perolehan kembali
Uji perolehan kembali dilakukan dengan  menambahkan  sejumlah bahan baku pembanding sakarin, asam benzoat, asam sorbat, kofeina, dan  aspartam  ke  dalam  sampel minuman ringan yang sebelumnya telah ditentukan kadar sakarin, asam benzoat, asam sorbat, kofein dan aspartamnya. Dihitung perolehan kembalinya.

8.    Identifikasi sakarin, asam ben- zoat, asam sorbat, kofeina, dan aspartam dalam sampel.
Menggunakan kondisi analisis terpilih dan komposisi fase gerak lain, 20 ml  sampel disuntikkan ke dalam kolom dan dicatat waktu tam- bat puncak-puncak yang dihasilkan oleh sampel. Jika puncak-puncak tersebut mempunyai waktu tambat yang kurang lebih sama dengan waktu tambat puncak bahan baku pembanding sakarin, asam benzoat, asam sorbat, kofeina, dan aspartam, maka disimpulkan bahwa pada sampel terdapat zat-zat tersebut.
Cara lain untuk memastikan apakah puncak yang dihasilkan sampel adalah benar puncak sakarin, asam benzoat, asam sorbat, kofeina, dan aspartam, yaitu dengan menam- bahkan sejumlah bahan baku zat-zat tersebut ke dalam sampel, lalu sam- pel dikromatografi lagi. Apabila puncak yang diduga meningkat intensitasnya, maka dapat disimpul- kan bahwa memang benar puncak tersebut puncak zat yang diduga.

9.    Penetapan kadar
Beberapa minuman ringan yangberedar di pasaran diperiksa kadarsakarin, asam benzoat, asam sorbat, kofeina dan aspartamnya menggunakan kondisi analisis terpilih. Sampel diencerkan sebanyak lima kali menggunakan pelarut aquabides, lalu disuntikkan sebanyak 20 ml ke dalam kolom. Area yang diperoleh dicatat, lalu dihitung kadarnya menggunakan kurva kalibrasi masing-masing zat.





           




                                      


                                                                                                                              





BAB IV
PEMBAHASAN
         
Mekanisme pemisahan yang terjadi didasarkan pada kompetensi antara fase gerak dan sampel berikatan dengan kolom.Zat yang keluar terlebih dahulu adalah zat  yang lebih polar daripada zar yang lainnya, sedangkan zat yang tertahan lebih lama dari kolom, merupakan zat yang lebih non polar. Semakin polar fase gerak, waktu tambat sampel semakin lambat dan semakin non polar fase gerak, sampel semakin cepat keluar.
Metode dan kondisi awal yang menjadi acuan pada percobaan ini adalah   kolom   C18,   fase   gerak merupakan campuran asetronitril dan dapar asetat (2% asam asetat dan 0,5% ammonium asetat dalam air) pH 4 (19  :  81),  detektor  UV  254  nm.  Kondisi awal ini disesuaikan dengan alat   yang   tersedia   agar   dapat  diterapkan pada analisis sampel. Untuk menentukan panjang gelombang analisis  yang akan digunakan, dibuat spektrum serapan larutan standar sakarin, asam benzoat, asam sorbat, kofeina, dan aspartam dengan konsetrasi 10 ppm, pada panjang gelombang 200-300 nm. Panjang gelombang analisis yang dipilih adalah 254 nm, karena pada panjang gelombang   tersebut,   semua   zat memberi  puncak yang baik. Pemilihan panjang gelombang harus mempertimbangkan   kadar   zat   pada sampel  yang dianalisis.
Untuk mencari kondisi perco- baan optimum untuk analisis sakarin, azam benzoat, asam sorbat, kofeina, dan aspartam dicobakan beberapa komposisi fase gerak yang merupa- kan penyesuaian dari fase gerak acuan (campuran asetonitril dan dapar asetat pH 4 (19:81)). Komposisi itu adalah campuran asetonitril dan dapar asetat pH 4 sampai pH 5 dengan perbandingan 19:81, 10:90, dan 5:95. Parameter yang dipakai untuk menetapkan kondisi percobaan optimum adalah resolusi, N, dan HETP. Maka disimpulkan bahwa kondisi optimum yang digunakan pada analisis adalah kolom Latek 18 (15 cm x 4,0 mm), fase gerak berupa campuran asetonitril dan dapat asetat pH 5 (5:95), kecepatan aliran 1,0 ml/ menit, dideteksi pada panjang ge- lombang 254 nm, dan sesitivifas alat 0,04.
Pada uji ini, dilakukan penambahan sejumlah zat baku ke dalam sampel yang telah dihitung kadar masing-masing zatnya dalam tiga konsetrasi yang berbeda. Setelah itu, sampel tadi disuntikkan lagi ke dalam alat lalu dihitung konsentrasi perolehan kembalinya.Hasil yang memenuhi syarat untuk uji perolehan kembali ini adalah 90% - 110%. Didapat hasil bahwa perolehan kembali tiap zat memenuhi syarat, yaitu untuk sakarin99,3%, asam benzoat 98,73%, asam sorbat 98,59%, kofeina 99,66% dan aspartam 96,36%.
Pada sampel terdapat juga zat- zat lain yang mempunyai waktu tambat yang berdekatan dengan watu tambat zat, khusunya sakarin. Oleh karena itu, perlu dilakukan identifikasi puncak yang dihasilkan oleh sampel untuk memastikan bahwa puncak itu adalah puncak sampel yang dimaksud.Kesimpulan tersebut diperkuat dengan meningkatnya intensitas puncak yang diduga setelah dilaku- kan penambahan sejumlah bahan baku pembanding ke dalam sampel.





















BAB V
PENUTUP

5.1KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Sakarin adalah zat pemanis buatan yang dibuat dari garam natrium dari asam sakarin terbentuk bubuk putih, tidak berbau dan sangat manis. Pemanis buatan ini mempunyai tingkat kemanisan 550 kali gula biuasa.Oleh karena itu angat popular dipakai sebagai bahan pengganti gula.

Bahan pemanis buatan adalah bahan pemanis yang dihasilkan melalui reaksi-reaksi kimia organik di laboratorium atau dalam skala industri, boleh juga dikatakan diperoleh secara sintesis dan tidak menghasilkan kalori seperti halnya bahan pengganti gula.
Kadar sakarin, asam benzoat, kofeina, dan aspartam yang di- temukan pada sampel tidak me- lewati batas maksimum peng- gunaan yang diperbolehkan. Sedangkan kadar asam benzoat pada sampel B melewati batas maksimum penggunaan yang diperbolehkan.
Penambahan zat pewarna pada makanan dilakukan untuk memberi kesan menarik bagi konsumen, menyeragamkan warna makanan, menstabilkan warna dan menutupi perubahan warna selama penyimpanan.Penambahan zat pewarna rhodamine B pada makanan terbukti mengganggu kesehatan, misalnya mempunyai efek racun, berisiko merusak organ tubuh dan berpotensi memicu kanker.Oleh karena itu rhodamine B dinyatakan sebagai pewarna berbahaya dan dilarang penggunannya.Pemerintah sendiri telah mengatur penggunaan zat pewarna dalam makanan. Namun demikian masih banyak produsen makanan, terutama pengusaha kecil, yang menggunakan zat-zat pewarna yang dilarang dan berbahaya bagi kesehatan, misalnya pewarna untuk tekstil atau cat yang pada umumnya mempunyai warna yang lebih cerah, lebih stabil dalam penyimpanan, harganya lebih murah dan produsen pangan belum menyadari bahaya dari pewarna-pewarna tersebut.



4.2SARAN
            Alternatif lain untuk menggantikan penggunaan zat pewarna sintetis adalah dengan menggunakan pewarna alami seperti ekstrak daun suji, kunyit dan ekstrak buah-buahan yang pada umumnya lebih aman. Di samping itu masih ada pewarna alami yang diijinkan digunakan dalam makanan antara lain caramel, beta-karoten, klorofil dan kurkumin.
























DAFTAR PUSTAKA

1.   Kimia Fisika II, Yayasan Karyawan Kimia ITB, Bandung,1971;
2.   Literatur Kimia, Yayasan Pendidikan Kimia No.1, Himpunan Kimia Indonesia, Bandung, 1968; Kamus Istilah Biokimia Pusat Bahasa,1987.
3.   Ralp J. Fessenden, Joan S. Fessenden. Kimia Organik: University Of Montana Kalifornia.1986.
4.   Anonimus. 2006. Rhodamine B ditemukan pada makanan dan minuman di Makassar. Republika Kamis 5 Januari 2006.
5.   Subandi. 1999. Penelitian kadar arsen dan timbal dalam pewarna rhodamine B dan auramine secara spektrofotometri: Suatu penelitian pendahuluan.
6.   Jacobson, Michael. 2000. How softdrinks are harming Americans’health, http://www.cspinet.org/sodapop/liquid candy.html. 12 hal. 4 Januari 2003, pk 22.
7.   Johnson, E.L., Robert Stevenson.Dasar Kromatografi Cair, Terj. DariBasic Liquid Chromatography, olehPadmawinata, Bandung : InstitutTeknologi bandung, 1991 : 1-27,90-117.
8.   Meyers, RA. Encyclopedia of analytical chemistry, vol 5, New York :John Wiley and Sons Ltd, 2000 :4066-4067.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar